NovelToon NovelToon
Tangan Kasar Suamiku

Tangan Kasar Suamiku

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Selingkuh / Pelakor
Popularitas:390.5k
Nilai: 5
Nama Author: Linda Pransiska Manalu

Laura, adalah seorang menantu yang harus menerima perlakuan kasar dari suami dan mertuanya.

Suaminya, Andre, kerap bertangan kasar padanya setiap kali ada masalah dalam rumah tangganya, yang dipicu oleh ulah mertua dan adik iparnya.

Hingga disuatu waktu kesabarannya habis. Laura membalaskan sakit hatinya akibat diselingkuhi oleh Andre. Laura menjual rumah mereka dan beberapa lahan tanah yang surat- suratnya dia temukan secara kebetulan di dalam laci. Lalu laura minggat bersama anak tunggalnya, Bobby.

Bagaimana kisah Laura di tempat baru? Juga Andre dan Ibunya sepeninggal Laura?

Yuk, kupas abis kisahnya dalam novel ini.
Selamat membaca!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Linda Pransiska Manalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21. Sesal

"Kebaikan seseorang akan kamu sadari disaat dia telah menghilang dari pandanganmu.

Saat itulah kamu tau arti sebuah sesal.

Kamu masih bisa melihat dia sebebas mata lepas memandang.

Namun, untuk merengkuhnya dalam dekapmu, melepas rindu dan sesal yang membelit,....

Ah, segalanya telah terlambat!"

"Nģomong apaan sih, Bang. Aku itu kerja bukan selingkuh." beliak Irina kaget. Tidak menduga kalau Andre menuduhnya telah selingkuh.

"Masih mengelak kamu, ya. Mau bukti dari perselingkuhanmu?" Andre mengambil sesuatu dari laci. Lalu melemparkannya kehadapan Irina.

"Lihat! Perhatikan baik-baik siapa yang ada didalam foto ini! Aku tidak menyangka kamu itu sangat menjijikkan!" Andre menyisakan satu foto ditangannya dan menunjukkan tepat di depan wajah Irina.

Kedua mata Irina melotot, saat kornea matanya menangkap sepasang laki dan wanita tengah bermesraan dan itu adalah dirinya dan Fandy.

Fandy sendiri adalah pelanggan ditempatnya bekerja.

"Bang, kamu itu salah faham. Dia adalah tamu pelanggan kami."

"Cih! Masih berkelit juga kamu. Ibuku saja pernah memergoki kamu. Aku tidak sangka kamu sebegitu murahannya. Kamu tega menipuku!" hardik Andre.

"Huh! Kamu yang memulakan semuanya jadi seperti ini. Kamu pikir aku bisa menerima begitu saja perbuatanmu padaku. Aku dendam padamu Andre! Aku telah berjanji untuk menghancurkan keluargamu. Seperti kamu telah hancurkan hidupku!" seringai Irina. Dia menatap tajam wajah Andre, dan tersenyum mengejek.

Andre terhenyak mendengar ucapan sinis Irina. Dendam? Jadi selama ini Irina telah memperalatnya?

"Aku bukan Laura yang hanya diam saat kamu berbuat seenaknya. Tapi kamu memang dasar pecundang. Lelaki serakah! Kau yang membuat aku jadi seperti ini." Tatapan mata Irina nyalang, melibas wajah Andre.

"Aku benar-benar mencintai kamu Irina, karena itulah aku tetap mau menikahimu. Menurutmu buat apa bersikap kadar pada Laura, itu karena aku tidak pernah mencintainya."

"Dan kamu jadikan aku orang kedua, dibalik bayang-bayang istrimu, Laura. Sekarang, lihat apa yang telah perempuan itu lakukan padamu. Dia ambil segalanya darimu. Iya, 'kan? Sungguh bodoh, bagaimana bisa Laura lakukan itu padamu!" Irina mengejek sinis, membuat Andre emosi.

"Cukup, Irina! Bukan berarti kamu punya alasan untuk menghianati aku!" teriak Andre meradang.

Irina malas berdebat, dia bergegas masuk ke kamar dan mengambil koper diatas lemari. Mengambil sembarangan pakaiannya dari lemari dan menjejalkannya ke dalam koper.

Andre mengejar langkah Irina ke kamar mereka. Langkahnya terhenti diambang pintu melihat apa yang sedang dilakukan Irina.

Andre mengusap kasar wajahnya. Pikirannya jadi kacau!

"Irina, maafkan aku. Kamu tidak perlu lakukan itu," ucap Andre serba salah. Andre menyesal terbawa emosi. Dia terlalu cemburu melihat foto-foto itu.

Padahal sudah lebih seminggu foto itu dia terima, tapi dia masih menahan kesabarannya. Entah kenapa tadi dia sampai khilaf.

"Sudah, aku akan pergi seperti katamu. Tidak ada gunanya juga aku disini. Kamu sudah berubah!" Irina menyerer kopernya. Keluar dari kamar. Andre mengejarnya hingga ruang tamu.

"Baiklah, jika kamu mau pergi, pergi saja. Jangan harap pintu itu akan terbuka lagi untukmu!" ancam Andre.

Irina terus melangkah, tidak peduli semua ucapan, Andre. Buat apa juga bertahan, Andre bukanlah yang dulu lagi.

Dia sudah bangkrut, dengan apa coba dia akan membiayai hidupnya.Mending memilih Fandy, yang lebih punya segalanya dibanding Andre.

Irina terus berjalan, hingga tiba dijalan besar dan menghadang taxi.

Andre memandang kepergian Irina. Ingin mengejarnya sebelum taxi datang, tapi suara ribut dari kamar ibunya, mengurungkan langkahnya.

Andre berlari ke kamar ibunya dan melihat perempuan itu terjatuh dari kursi rodanya.

"Astaga, Ibu kenapa?!" ucap Andre seraya mengangkat tubuh ibunya ke tempat tidur.

"Kenapa kamu bertengkar dengan, Irina," ucap Bu Maya susah payah. Sejak serangan stroke beberapa minggu yang lalu, Bu Maya susah untuk bicara. Separuh dari tubuhnya juga kini tidak bisa digerakkan.

"Tidak apa-apa, Bu. Biar saja dia pergi."

"Ini sudah larut malam. Adikmu Luna, juga belum pulang?" tatap Bu Maya memohon jawaban dari Andre.

Andre diam. Tidak tega membohongi ibunya. Berterus terangpun dia tidak mampu. Takut akan membuat pikiran ibunya makin ruwet.

"Sudah, Bu. Baiknya Ibu istirahat dulu saja dulu. Biar Andre saja yang menunggunya, Bu."

"Apakah kamu sudah tau keberadaan, Laura? Apakah mereka baik-baik saja?" Tatap Bu Maya dengan pandangan lusuh.

Mata tua itu sepertinya menyesali, apa yang telah beliau perbuat selama ini pada menantunya itu. "Ibu rindu pada Bobby," ucapnya lirih. Air mata mengenang di kelopak mata tua itu.

Andre juga merasakan hal yang sama. Rindu kepada putranya. Putranya yang sering ia abaikan. Setelah Laura dan Bobby pergi, dia merasakan ada yang hilang dalam hidupnya. Sayang, semuanya ia sadari setelah mereka pergi entah kemana.

***

Pagi masih berembun, ketika Laura dan Mark tiba di kota Medan. Laura hendak mengurus perceraiannya dengan Andre. Sebelumnya Laura telah menghubungi Om David sehubungan dengan rencananya itu. Om David berjanji akan membantu Laura. Supaya proses perceraiannya itu berjalan dengan lancar.

Disaat mereka jalan-jalan di sebuah mall, kebetulan sekali Andre dan Laura bertemu.

Andre yang hendak membeli pampers untuk ibunya. Andre dan Laura berpapasan di pintu masuk.

"Laura! Bobby!" teriak Andre tak sadar. Andre begitu terkejut melihat istri dan anaknya.

Dihampirinya Bobby dan hendak memeluknya, tapi Bobby malah sembunyi dibelakang Laura.

"Bobby, ini Papa, Nak." Andre berusaha memeluk putranya. Namun, Bobby keburu sembunyi dibelakang paha, ibunya.

Laura yang tidak menduga pertemuan itupun terkejut. Untunglah ada Mark disisinya membuat hatinya tak gentar.

"Laura, kalian dari mana saja. Aku sudah lelah mencari-cari kalian." Andre hendak meraih lengan Laura, tapi keburu Laura mengelak.

Andre menatap tajam kearah Laura terlebih saat menyadari ada seorang pria berdiri disisi, Laura.

"Siapa dia?"

"Bukan urusanmu!" sahut Laura dingin.

"Oh, jadi begini ya, perangaimu sekarang. Kamu minggat dari rumah demi lelaki itu. Kamu lebih memilihnya dan mengambil apa yang bukan milikmu." Kecam Andre tajam.

"Aku bukan pencuri! Aku mengambil apa yang menjadi hakku. Jurlstru kamulah yang telah berbuat curang pada ayahku." sergah Laura.

"Ayah kamu menghibahkannya padaku."

"Tapi dengan memamfaatkan aku, 'kan? Kamu mengancam ayahku, sehingga beliau mau menuruti kemauanmu. Kamu sungguh licik, Andre!"

"Kamu harus kembalikan semua surat- surat itu, Laura. Kalau tidak aku akan menuntutmu ke penjara." Ancam Andre

"Lakukan saja sesukamu. Kamu pikir aku akan takut ancamanmu. Oh, tidak! Justru aku yang akan menuntutmu atas kematian ayahku!" Laura malah balik mengancam. Membuat Andre terpelongo mendengar ancaman, Laura.

Tidak mungkin Laura asal mengancamnya. Apa dia telah tau sesuatu dengan kematian ayahnya? Batin Andre.

"Laura! Sekarang juga kamu harus pulang ke rumah. Kamu masih istriku yang syah, meskipun kamu telah menghilang beberapa bulan ini." Andre menarik lengan, Laura.

Namun, Laura menolak dan

menghempaskan lengan Andre dengan kasar.

"Aku kembali ke kota ini, karena aku mau minta cerai!" ***

1
Nurhasanah
Luar biasa
Anna Wong
Lumayan
Anna Wong
Luar biasa
Katherina Ajawaila
kasihan luna, semoga bertobat ya lun, biar yg lalu du buang jauh 2 . hidup baru.
Katherina Ajawaila
kasihan luna,
Katherina Ajawaila
pasti di Terima kalau ingin berubah ya thour🤗🤗🤗
Katherina Ajawaila
ya nasip seseorang yg tau hanya yg kuasa 🤔🤔🤔
Katherina Ajawaila
semoga Ryan, mau berbagi dgn luka ya thour 🤭🤭🤭🤭
Katherina Ajawaila
cepat sembuh Thour, ceritanya bagus, sukses selalu
Katherina Ajawaila
bertobat Luna, biar Tuhan jamah doa mu
Katherina Ajawaila
bagus juga sih bu maya msh punya harga diri, walau sdh terpuruk. luna tuh suruh kerja ya wajar. buat utus ortu. jgn nge jablai. aja. 🤫🤫🤫
Katherina Ajawaila
pecat aja, pak umar, itu mafia jelas teri modal lendir doank
Katherina Ajawaila
bego mark ms ngk berasa itu ulah pelacur, liat HP istri mu donk siapa yg tlp,
Katherina Ajawaila
dasar pembantu lacur. mark si h tutup cerita dr suami
Katherina Ajawaila
org hamil di ksh obat tidur, pengaruh ngk thour sm baby nya🤭🤭🤭
Katherina Ajawaila
jadi PSK aja kalau mau dpt duit banyak dan hanya jual apem basi kan🙄🙄🙄
Katherina Ajawaila
dasar belatung nangka ngk tau diri, murahan. biar tau rasa di pecat dgn tidak hormat😫😫😫😫
Katherina Ajawaila
Ratih ngk tau diri juga, dulu di usir dr tmp kerja karna godain majikan, skrng mau coba lg, mmg dasar ngk tau diri
Katherina Ajawaila
ada aja, pelakor yg rendahan, udh di tolong punya niat jahat. mmg lah
Katherina Ajawaila
jenguk dede baby dulu donk, kaya cowok deh babynya😁😁😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!