Kehadiran sosok wanita cantik yang memasuki sebuah rumah mewah, tiba-tiba berubah menjadi teror yang sangat mengerikan bagi penghuninya dan beberapa pria yang tiba-tiba saja mati mengenaskan.
Sosok wanita cantik itu datang dengan membawa dendam kesumat pada pria tampan yang menghuni rumah mewah tersebut.
Siapakah sosok tersebut, ikuti kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keanehan
Wanita bernama Dayanti itu menutup pintu kamar. Lalu menuju ranjang dan berbaring disana. Disaat ia tertidur. Wajahnya berubah menjadi sosok lain yang sangat mengerikan.
Rambut panjang terurai dengan taring yang tumbuh disudut bibirnya dan kukunya memanjang.
Sosok lain itu seolah bangkit dari tubuh Dayanti dan melayang keluar dari kamar dengan menembus pintu.
Setelah kepergian sosok tersebut, wajah Dayanti berubah menjadi seorang wanita berkulit gelap dengan yang tertidur lelap. Tubuhnya dingin bagaikan es, wajah pucat dengan banyak luka hampir diseluruh tubuhnya.
Hal lain yang sangat janggal, detak jantungnya tidak lagi terdengar, bahkan ia tidak lagi bernafas. Ia hanyalah seonggok tubuh tanpa nyawa dan kulitnya sangat pucat, bahkan suhu tubuhnya sangat dingin, seolah tak ada aliran darah disana.
Diranjang kamarnya, Mahardika mencoba memejamkan matanya. Akan tetapi sangat sulit untuk ia lakukan. Suara petir yang terus menggema dimalam nan sunyi membuat ia semakin gelisah, ditambah dengan hujan yang terus saja turun seolah sedang berduka.
Dalam samar, Mahardika mendengar suara tangisan yang begitu memilukan dari lorong menuju lantai tiga. Diatas sana ada sebuah ruang yang tidak pernah dibuka dan hal itu membuat Pria yang yang disapa Dika merasa curiga sekaligus penasaran.
"Siapa yang sedang menangis? Bukankah tidak ada orang lain dirumah ini? Atau Dayanti yang sedang menangis?" gumamnya lirih saat mengingat nama gadis misterius tersebut.
Rasa penasaran membawanya keluar dari kamar. Ia mencoba melihat wanita yang terdengar menangis dengan sangat pilu itu.
Saat ia keluar dari dalam kamar, sekelebat bayangan melintas menuju anak tangga dilantai tiga.
Seketika udara menjadi sangat dingin. Suhu tiba-tiba menurun dan seolah membuat dirinya berada ditengah salju.
Pria berwajah tampan itu bersidekap untuk melawan rasa dingin yang hingga menusuk ke tulang.
Akan tetapi, bayangan hitam itu tiba-tiba menjelma menjadi sosok wanita berambut panjang yang dengan dua bola mata menyala dan taringnya yang tumbuh disudut mulutnya. Kuku tangannya memanjang lima belas centimeter.
Wajah cantiknya tertutup oleh sebuah ambisi yang sangat misterius.
"Dayanti," panggil Dika saat mengkuti langkah wanita itu saat menapaki anak tangga.
Tak ada sahutan. Hanya saja ia merasakan jika tengkuknya meremang dan punggungnya seolah menebal.
"Dayanti!" panggilnya lagi.
Sesaat wanita itu memutar tubuhnya dengan rambut yang menutupi wajahnya. Tanpa diduga, sosok itu melayang dan menghampiri Mahardika, lalu mencekik lehernya hingga membuat pria itu kesulitan bernafas.
"Siapa, Kau! Siapa?!" pekiknya dengan.suara yang tertahan.
"Aku adalah bayanganmu, dan sudah saatnya kau harus mati!" ucap sosok tersebut dengan nada penuh dendam.
"Siapa, Kau! Pergi, pergi!" teriak Mahardika dengan nafas yang semakin sesak. Ia hampir kehabisan oksigen.
Plaaaak...
Sebuah tamparan mendarat dipipinya dengan sangat kerasa dan hal itu membuat ia tersentak kaget.
"Mas, sadar, Mas!" ucap seorang wanita dengan sangat khawatir. Ia adalah Ayu Sutini yang merupakan istrinya.
Mahardika tercengang menatap sang istri yang menatapnya dengan bingung. Nafasnya masih tersengal dengan deguban jantungnya yang memburu.
"Tini," gumamnya lirih. Lalu duduk dan bersandar disandaran ranjang.
Kamu kenapa teriak-teriak, Mas? Mana pakai cekik leher sendiri lagi! Kamu udah bosan hidup!" cecarnya dengan kesal.
"Aku bermimpi buruk," jawabnya dengan datar. Terlihat wajahnya masih tampak raut ketakutan karena mimpinya barusan.
"Yaelah, Mas. Mimpi saja pakai dibawa serius," ucap sang wanita dengan ketus.
Kemudian ia kembali membaringkan tubuhnya untuk melanjutkan tidurnya.
Dika menatap dinding kamarnya dengan nanar. Ia mencoba mengingat suara parau yang keluar dari mulut makhluk.mengerikan itu.
Ia seolah dejavu. Pemilik suara itu seolah sangat dekat dengannya.
Dalam sekejap saja, Ayu Sutini sudah tertidur pulas, dan seolah tidur tanpa beban apapun.
Namun tiba-tiba...,
Tes...tes... Tes...
Terdengar suara tetesan benda cair dari atas plafon kamar dan tiba-tiba tetesannya jatuh tepat diatas rambutnya.
Dika menyadarinya saat cairan pekat berbau amis itu mengalir ke keningnya.
Ia mengusapnya dengan jemari telunjuknya, lalu melihat jelas cairan pekat yang menempel dengan memberikan aroma khas anyir darah.
"A-apa ini? Dan darimana?" ia mencoba berfikir jernih ditengah kekalutannya. Sebab ia merasa ini sangat aneh. Ia menatap plafon kamarnya yang terus meneteskan cairan pekat berwarna merah dengan bau amis menyengat yang semakin lama semakin deras dan membuat Dika terpaku diam menatapnya.
Da-rah itu semakin deras mengguyur kepalanya dan kini membasahi sekujur tubuhnya hingga membuat wajahnya memucat ketakutan.
Ia ingin beranjak dari posisinya. Namun tubuhnya seolah membeku dan tidak dapat digerakkan. Bahkan untuk menggerakkan bibirnya saja ia tak mampu karena seolah terkunci oleh sesuatu.
Mahardika, pria yang selama ini selalu mendapatkan apapun yang diinginkannya dan tidak pernah takut akan siapapun, kali ini merasa sangat ciut nyalinya karena tiba-tiba ruang kamarnya dibanjiri da-rah yang hampir menyentuh tinggi ranjangnya.
Sat bersamaan, terdengar suara jeritan kesakitan yang sangat menyayat hati dengan begitu jelasnya.
"Sakit, Kang, sakit kang, ampun," suara jeritan yang sangat memilukan itu terdengar menggema di ruang kamar.
Dika membeliakkan matanya. Ia menggerakkan ekor matanya untuk mencari dimana sumber suara yang sangat ia kenal tersebut.
Ia masih mengingat peristiwa beberapa hari yang lalu saat ia menghabisi seseorang demi sebuah ambisinya.
Perlahan sesosok makhluk muncul dari genangan da-rah dan memperlihatkan wajah pucat yang penuh amarah dan dendam. Sosok lain muncul dengan sinar mata yang menyala dan kukunya yang panjang meruncing.
"Kau adalah bayanganku, dan kau harua mati!" ucapnya dengan nada parau dan penuh kebencian.
Dika meeasakan deguban didadanya semakin memburu. Ruang kamar semakin dingin bagaikan didalam frezeer. Pria itu tak dapat menghindar saat sosok mengerikan tersebut bergerak melambat menghampirinya dengan lumuran da-rah yang menutupi hampir sekujur tubuhnya yang terlihat putih memucat.
"S-siapa, Kau, pergi!" usirnya dengan tiba-tiba dan ia dapat mengeluarkan suaranya.
Dirinya seolah sebuah radio yang dapat disetel oleh sosok tersebut.
Sosok misterius itu tersenyum menyeringai. Lalu menjulurkan tangan kanannya tepat ke hadapan Dika dan menggerakkan jemarinya bagaikan seorang penari yang sangat mahir.
Sesaat tangan Dika terangkat, lalu kemudian mengarah ke lehernya sendiri dan mence-kik dengan kuat hingga membuat ia kesulitan bernafas.
Plaaaak!
Kembali sebuah tamparan mendarat dipipinya "Hah!" ucapnya, dan hal ini membuat Mahardika tersentak kaget, lalu mengusap pipinya yang terasa perih bercampur panas.
Ayu Sutini, menatapnya dengan penuh kebingungan.
"Kamu kenapa sih, Mas?" tanya wanita cantik itu dengan penuh penasaran.
"A-aku, aku mendengar suara Dayanti berteriak menangis," ucapnya dengan sangat ketakutan. Wajahnya pucat terbias oleh rasa tak tenang.
"Hey... Tenanglah. Jangan bahas wanita itu lagi, dia sudah mati dan tidak mungkin dapat membalas dendam!" wanita itu mencoba mengingatkan, sekaligus menenangkan.