Tidak terpikirkan oleh Sabrina lulus kuliah kemudian menikah. Pertemuanya dengan Afina anak kecil yang membuat keduanya saling menyayangi. Lambat laun Afina ingin Sabrina menjadi ibu nya. Tentu Sabrina senang sekali bisa mempunyai anak lucu dan pintar seperti Afina. Namun tidak Sabrina sadari menjadi ibu Afina berarti harus menjadi istri Adnan papa Afina. Lalu bagaimana kisah selanjutnya? Mampukah Sabrina berperan menjadi istri Adnan dan menjadi ibu sambung Afina???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Luntur predikat istri patuh.
Tiga hari kemudian selama itu pula Sabrina belum bercerita tentang kehamilannya kepada Adnan. Sebab Adnan masih sibuk. Dan hari ini tepatnya hari sabtu perayaan ulang tahun kampus yang ke 20 tahun dilaksanakan.
Sabrina turun dari mobil bersama suami dan anaknya menuju lapangan kampus yang sudah di sulap menjadi berbagai pasar. Dalam perayaan ini panitia penyelenggara mengadakan bazar buku, pakaian, dan juga makanan, yang dikelola oleh para mahasiswa / masiswi.
Acara ini juga mengudang aktor ternama dan di adakakan doorprize, bermacam-macam hadiah dari yang harga paling murah, hingga termahal. Dari tempat pensil hingga sepeda motor tersedia bagi yang beruntung. Walaupun sebagai istri pemilik kampus Sabrina juga ikut memasukan kupon seperti para pengunjung yang lain.
"Ina... loe harus beli baju dari stan gw, loe," todong Prily menghadang langkah Sabrina.
"Mas aku nanti menyusul ya, mau lihat dagangan Prily dulu," ijin Sabrina pada suaminya yang akan berkumpul dengan keluarga besar Adnan.
"Iya" jawab Adnan.
"Fina ikut Bunda ya Pa," kata Afina.
Adnan mengacungkan jempol sebelum akhirnya berkumpul dengan para keluarga, stap kampus, dosen, dan juga yang lainya.
"Ini loh In, bagus buat loe, dan yang ini buat anak loe," Prily menunjukkan setelan baju muslim untuk Sabrina dan Afina.
"Pakaian ini dari butik Bu Lastri ya?" Sabrina sudah hafal dengan jahitan dari konveksi milik Lastri.
"Betul In,"
"Okay deh, gw ambil yang ini, kamu mau yang mana sayang?" tanya Sabrina kepada Afina yang hanya memperhatikan dua wanita dewasa yang sibuk memilih pakaian.
"Terserah Bunda saja deh," jawab Afina setiap membeli baju memang selalu Sabrina yang memlih warna dan model. Afina sudah pasti cocok dengan pakaian pilihan Sabrina.
Prily memasukkan pakaian pilihan Sabrina dalam kantong yang dibantu dua teman sesama mahasiswi.
"Tepuk tangan semua..." seru MC di atas panggung. Acara sedang berlangsung. Selesai sambutan. Diadakan pentas seni tari yang di bawakan oleh anak TK, SD, dan panduan suara dari anak SMP, SMK sederajat dari yayasan AL INAYAH.
Plok plok plok.
"Terimakasih anak-anak ku semua, tanpa support kalian, yayasan AL INAYAH dan kampus ini tidak akan maju pesat seperti sekarang," sambutan dari pemilik kampus yang tak lain adalah papa Rachmad.
Setelah memberi sambutan papa Rachmad kembali ke tempat duduk nya.
"Okay... sekarang akan kami panggilkan penyanyi yang sudah tidak asing lagi, yaitu dari group band ternama," MC memanggil salah satu group band yang sudah saat nya tampil.
Plok plok plok.
Lima pria tampan berjalan ke atas panggung di sambut tepuk tangan dan suara riuh dari para hadirin.
Sabrina dan Afina pun sudah tidak sempat bergabung dengan suaminya sebab ia duduk di kursi barisan depan diantara para pengunjung.
Turut menyaksikan lima pria dengan gayanya yang kas di atas panggung.
Istriku, marilah kita berdoa.
Sementara biarkan lapar terlupa.
Seperti yang pernah Ibu ajarkan.🎶
Lihatlah anak kita tidur menahan lapar.
Erat memeluk bantal dingin.
Pinggiran jalan wajahnya kurus pucat.🎶
"Ayo... siapa yang akan menyumbangkan lagu..." seru Vokalis netra nya menatap dua sosok wanita yang sedang berpelukan rupanya ia merasa baper juga mendengarkan lagu tersebut. Siapa lagi jika bukan Sabrina dan Afina.
Para penonton menangis mendengarkan lagu tersebut. Vokalis band pun turun dari panggung hendak menarik tangan Sabrina mengajaknya naik.
"Maaf, saya tidak bisa beryanyi" tolak Sabrina segera menjauhkan tanganya.
"Bohong Om, Bunda pandai bernyanyi," jujur Afina.
"Ayo Bun, kita naik... ayok..." rengek Afina menarik-narik tangan Sabrina. Dengan terpaksa Sabrina naik ke atas panggung.
Pada akhirnya Sabrina sampai di atas panggung. MC memberikan mikrofon kepadanya.
Percayalah hanya diriku yang paling mengerti kegilisahan jiwamu.🎶
Sabrina melirik Adnan yang sedang duduk bersama mama Fatimah dan papa Rachmad.
Kasih yakinlah hanya aku yang paling memahami
Besar arti kejujuran diri indah sanubari kasih. 🎶
Plok plok plok.
"Sabrina..." jerit Prily dari bawah panggung yang bangga dengan sahabatnya.
Sabrina pun selesai bernyanyi. Kemudian mengembalikan mikrofon kepada MC. Ketika hendak turun dari panggung, tiga pria dari kelima band tersebut memberikan tiga buket bunga.
Sabrina hanya diam sejenak bingung akan menerima atau tidak. Seandainya ia terima pasti suaminya akan marah. Jika tidak, betapa malunya ketiga group band tersebut.
"Bunda... ambil... Bunda kan suka bunga," lagi-lagi Afina yang merengek. Dengan berat hati Sabrina pun mengambil buket bunga dari ketiga pria itu.
"Tepuk tangan..." seru MC.
Sabrina menoleh suaminya ternyata sudah tidak ada di tempat duduknya. Padahal acara baru setengah nya. Ia kemudian memindai sekitar panggung tampak Adnan sedang berjalan keluar. Firasat Sabrina sudah tidak enak.
Deg deg deg.
Jantung Sabrina berdebar-debar takut jika suaminya marah. "Sayang... Fina sama nenek ya," Sabrina berbisik di telinga Afina.
"Iya Bun," Afina segera duduk di pangkuan Fatimah. Sabrina mengangguk santun kepada mertua dari jarak jauh seolah berkata "Titip Afina Ma," Setelah mama Fatimah tersenyum dan memberi jempol. Sabrina turun dari panggung berjalan cepat mengejar suaminya.
Sabrina lupa jika ia sedang hamil sambil memegang tiga buket bunga.
"Mas tunggu" kata Sabrina ketika jaraknya sudah dekat. Namun Adnan sama sekali tidak menoleh. Pria itu segera masuk ke dalam mobil.
Brak!
Pintu mobil di banting dengan keras. Sabrina terperangah ia tarik napas panjang lalu membuka pintu mobil duduk di samping suaminya yang sedang menyalakan mobil.
"Maaf Mas... aku...
Ngeeennnggg....
Adnan tancap gas menyetir mobil dalam keadaan emosi. Sabrina tidak melanjutkan ucapanya.
"Mas... pelan-pelan nyetirnya!" Sabrina takut terjadi sesuatu dengan bayi yang ia kandung.
Adnan tidak menghiraukan justeru mengendara di atas rata-rata sambil marah. Inilah Adnan jika sudah begini taruma masalalu kembali lagi.
"MAAASSS..." bentak Sabrina.
"APA?! BUANG BUNGA ITU! MENGOTORI MOBIL SAYA!"
"Mas?! Kenapa kamu jadi begini, aku menerima bunga ini hanya ingin menjaga perasaan orang lain! Apa aku salah?!" Sabrina tak kalah sengit baru kali ini dia melawan suami mungkin hormon kehamilannya yang memicu.
"Kamu ini tidak ada bedanya dengan wanita lain! KAMU MURAHAN!" bentak Adnan.
Sabrina mendelik gusar dikatakan wanita murah hatinya terasa sakit. "JANGAN SAMAKAN AKU DENGAN ISABELLA KAREANA AKU BUKAN DIRINYA!"
"Selama ini aku selalu mengalah! Aku rela kehilangan sahabat, kehilangan teman, kehilangan orang-orang terdekat! Ini demi siapa? Demi suami aku. Padahal aku ini makhluk sosial yang butuh sesama!" Sabrina mengeluarkan isi hatinya dengan deraian air mata.
"Oh jadi kamu menyesal menikah dengan saya?!" ketus Adnan.
"Cukup Mas! Turunkan aku disini! Aku tidak mau mati sia-sia!" Sabrina hilang kesabaran. Bobol sudah pertahanan Sabrina, pridikat istri yang patuh luntur sudah.
"TURUNKAN AKU....!!!"
Ciiiitttt!!!
.
lbh gk nyambung lg 🤣🤣🤣🤣
hajar bello