Di usianya yang beranjak remaja, pengkhiatan menjadi cobaan dalam terjalnya kehidupan. Luka masa lalu, mempertemukan mereka di perjalanan waktu. Kembali membangun rasa percaya, memupuk rasa cinta, hingga berakhir saling menjadi pengobat lara yang pernah tertera
"Pantaskah disebut cinta pertama, saat menjadi awal dari semua goresan luka?"
-Rissaliana Erlangga-
"Gue emang bukan cowo baik, tapi gue bakal berusaha jadi yang terbaik buat lo."
-Raka Pratama-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caramels_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 01
Gerbang megah bernuansa hitam menyambut kedatangan gadis cantik dengan kuncir kuda di kepalanya. Namanya Rissaliana Erlangga. Gadis manis berlesung pipit di kanan kiri pipinya. Panggil aja Rissa. Hari ini adalah hari pertama ia masuk ke sekolah barunya di Jakarta yaitu SMA Garuda. Sebelumnya, ia bersekolah di SMA Tunas Bangsa yang terletak di bogor. Dikarenakan urusan pekerjaan ayahnya, mengharuskan ia ikut pindah ke Jakarta sekarang ini.
“Permisi, letak kantor guru dimana ya?” Tanya Rissa kepada siswi yang kebetulan di depannya.
“Masuk aja, nanti ada lorong langsung belok kanan. Nah, ruang gurunya ada di pojokan,” tunjuk siswi itu memberi tahu letak lokasi ruang guru.
“Makasih ya,” kemudian Rissa berjalan mengikuti arah yang telah ditunjukkan oleh siswi tadi.
SMA Garuda adalah SMA favorit yang mana melahirkan siswa-siswi dengan prestasi begitu baik. Pemandangan yang ia lihat di dalam SMA Garuda membuatnya semakin kagum. Seluruh murid terlihat berpenampilan begitu rapi dan modis walau sama-sama mengenakan seragam.
Tokk…tokkk…
Sesampainya di ruang guru, ia mencoba mengetuk pintu. Tak lama kemudian, muncul seorang wanita cantik dengan penampilan sangat rapi dari balik pintu tersebut.
“Iya, ada apa?” wanita itu berucap dengan ramah.
“Perkenalkan nama saya Rissa, saya murid baru, pindahan dari SMA Tunas Bangsa bu,” Rissa tersenyum menjawab pertanyaan perempuan paruh baya itu.
“Ohh jadi kamu putri dari pemilik Rynd Corps. Perkenalkan nama saya Rere, kebetulan saya wali kelas kamu mulai saat ini,” kemudian Bu Rere menunjukkan letak kelas yang akan ditempati Rissa.
“Ikuti saya! Saya akan antarkan kamu ke kelas yang baru,” lalu Rissa pun mengekor dari belakang.
Sesampainya di depan kelas bertuliskan XI MIPA 01 yang terdengar begitu ramai, Bu Rere memilih untuk langsung masuk dan berucap salam.
“Assalamualaikum,” seketika semua murid yang ada di kelas itu menoleh ke tempat Bu Rere berada.
“Lagi jamkos ya? Emang waktunya pelajaran apa?” tanya Bu Rere dengan begitu santai sambil memasuki kelas tersebut.
“Itu bu, sekarang waktunya fisika tapi Pak Andre nya lagi sakit,” jawab seorang siswa yang kemungkinan adalah ketua kelas.
“Oh baiklah. Sekarang kalian duduk di bangku masing-masing. Ibu mau memberi pengumuman sebentar,” Bu Rere menghela napas sebentar lalu melanjutkan ucapannya.
“Jadi hari ini kalian akan kedatangan teman baru, silahkan masuk Rissa!” Bu Rere tersenyum menyuruh Rissa untuk masuk ke kelas.
“Silahkan perkenalkan diri kamu!” tambahnya.
Rissa melihat sekelilingnya sebentar, sebelum akhirnya mulai memperkenal diri.
“Nama gue Rissa Erlangga, bisa dipanggil Rissa,” singkat, padat, dan jelas.
“Sudah Rissa? Baiklah kamu bisa duduk di bangku yang masih kosong,” Rissa berjalan ke arah bangku kosong yang terletak di barisan tengah nomor tiga.
“Baiklah anak-anak. Kalau tidak ada yang mau ditanyakan, silahkan tanya langsung ke Rissa ya. Ibu pamit keluar duku, Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam,” jawab semua murid serempak.
...****************...
“Hai, nama gue Dara. Kalo ada apa-apa bilang aja jangan sungkan,” seorang siswi dengan rambut sebahu memperkenalkan diri kepada Rissa.
“Eh iya makasih,” Rissa menjawab diakhiri dengan senyum yang begitu tipis.
“Rissa! Boleh minta username instagram atau Line lho ga?” celetuk seorang cowok yang hanya diabaikan Rissa.
Kring…kring…kring…
Bel istirahat berbunyi, semua murid di jelas Rissa berhamburan keluar untuk mengisi perut mereka.
“Yuk ke kantin!” ajak siswi yang bernama Dara.
“Yuk!” lalu mereka berdua bergegas pergi ke kantin. Sesampainya di kantin, Rissa memilih bangku kosong sedangkan Dara memesan makanan.
“Eh liat deh disana, gue kasih tau ya, nama cowok itu Raka Pratama, terus yang disampingnya itu namanya Dinda. Mereka pacaran selama tiga tahun loh,” tunjuk Dara memberi informasi tentang seorang cowok yang entah apa pentingnya buat Rissa.
“Ohh bagus dong kalo langgeng gitu,” Rissa berucap sambil mengunyah makanannya.
“Iya bagus sih, tapi gue kasihan sama si Raka.”
“Emang dia kenapa?” tanya Rissa sedikit penasaran.
“Terakhir kali gue denger berita dari teman-teman sih Dinda pernah jalan berdua sama cowok lain. Terus si Raka masih aja percaya sama dia.”
“Ya siapa tau cuma teman gitu. BTW kenapa lo kayak perhatian banget sama Raka, jangan-jangan lo suka sama dia ya?” goda Rissa yang akhirnya mendapat jitakan dari Dara.
“Nggak lah, dulu kita pernah sahabatan. Jadi ya kasihan aja liat sahabat gue udah berjuang tapi malah digituin sama cewenya,” Dara menjelaskan dengan sedikit menggerutu.
“BTW menurut lo Raka ganteng gak?” tanya Dara diiringi senyum jahil.
“Lumayan sih,” mata Rissa melirik sekilas ke tempat cowok itu berada.
“Oh ya, lo udah punya pacar, Sa?”
“Udah, pacar gue sekolah di SMA gue yang dulu,” Rissa memberi penjelasan yang hanya dibalas anggukan oleh Dara.
...****************...
Setelah pulang dari sekolah, ia langsung masuk ke kamarnya dan membuka instagram. Terlihat pacarnya yang di Bogor sedang membuat snapgram. Tanpa sengaja, ia membuka snapgram dari akun yang bernama @diano.angg_ membuat hatinya semakin sakit. Disana terpampang nyata bahwa pacarnya sedang jalan berdua dengan cewek asing, entah siapa. Kemudian ia memilih untuk bertanya langsung kepada Diano yang tak lain pacar Rissa.
...Diano🤍...
^^^Lagi dimana?^^^
Lagi kerja kelompok
^^^Sama siapa aja?^^^
Sama temen-temenku lah. Nanti lagi ya, aku mau ngerjain tugas. Bye sayang 🤍
^^^Hmmm, okey 🤍^^^
Insting Rissa masih percaya dengan apa yang dikatakan Diano. Ia mencoba positif thinking terlebih dahulu. Rissa beranjak dari tempat tidurnya dan memilih untuk keluar rumah sejenak. Ia melangkahkan kaki ke arah taman dekat rumahnya.
Sesampainya di taman, ia duduk di kursi lalu memejamkan mata menikmati semilir angin yang begitu menyegarkan untuk melupakan hal yang baru saja terjadi. Tanpa disadari, seorang cowok bermata sipit duduk di sebelahnya sedari tadi.
“Sejak kapan lo disini?” mata Rissa menyipit mengingat-ingat seseorang yang kini di sampingnya.
“Udah lama, lo sih kalo mau tidur jangan di tempat umum, ntar kelebon lalat mulut lo,” celetuk cowok tersebut yang ternyata adalah Raka.
“Apaan sih, siapa juga yang tidur? Gue tuh cuma lagi nenangin diri,” Rissa membalasnya dengan nada sewot.
“Oohh, emang ngapain pake nenangin diri segala? Lagi ada masalah?” ujarnya yang entah mengapa terdengar begitu lembut di telinga Rissa.
“Kepo banget sih lo!” balas Rissa masih dalam mode sewot.
“Dih, ditanyain gitu aja jangan judes-judes dong jadi cewe! Ntar nggak laku,” Raka berucap dengan tampang jahil.
“Bukan urusan lo! Ngapain lo masih disini? Bukannya berduaan sama pacar lo itu?” Rissa melirik sekilas ke arah Raka.
“Dari mana lo tau kalo gue punya pacar?”
“Tau lah, lo tadi berduaan di kantin kan?”
“Emang lo anak SMA Garuda?” Raka bertanya dengan mimik wajah bingung.
“Kok gue nggak pernah liat muka lo di sekolah?”
“Iya, gue anak baru.”
“Oh, anak baru,” ujarnya disertai anggukan.
“BTW kenalin nama gue Raka,” ia menyodorkan tangannya untuk berkenalan namun hanya dibalas lirikan oleh Rissa.
“Udah tau,” jawabnya singkat dan padat.
“Ya udah, gue mau pulang dulu. Bye,” Rissa beranjak dari bangku taman meninggalkan Raka tanpa menunggu balasan darinya.
Disisi lain, Raka hanya tersenyum dengan tingkah laku Rissa.
...****************...
Keesokan harinya, Rissa berangkat ke sekolah menaiki motor kesayangannya. Sebelum keluar rumah, tak lupa ia berpamitan kepada mamanya yang akan berangkat bekerja. Sedangkan adik Rissa, diantarkan oleh sopir mereka. Jika kalian bertanya tentang papanya, beliau sudah berangkat sebelum matahari terbit.
Sudah lama Rissa tak pernah merasakan sarapan bersama di rumah bahkan berkumpul di satu ruangan pun tak pernah ia rasakan beberapa tahun belakangan.
Jam masih menunjukkan pukul 6 pagi dan sekolah masih terasa sangat sepi. Mungkin hanya ada beberapa murid yang sudah datang. Saat Rissa ingin berjalan ke kelas, ia tak sengaja melihat sepasang murid datang berboncengan menggunakan motor vespa. Rissa berhenti sejenak untuk melihat siapa seorang kekasih tersebut. Saat sepasang kekasih tersebut mulai beranjak lumayan dekat dengan Rissa, ia bisa mengetahui siapa mereka. Setelah diperhatikan, sepasang kekasih tersebut tak lain adalah Raka dan pacarnya yang bernama Dinda. Kemudian Rissa langsung beranjak ke kelasnya.
Sesampainya di kelas, ia langsung duduk di bangkunya dan membuka ponsel miliknya. Dilihatnya, notif si Diano dari beberapa menit lalu.
...Diano🤍...
Morning sayangku, gimana kabarnya?
^^^Morning too, alhamdulillah baik, kamu?^^^
Ohh ya, aku besok mau ke Jakarta buat turnamen, kamu mau lihat nggak?
^^^Insyaallah aku liat, mau nyemangatin kamu hehe ^.^^^^
Chat tersebut berlanjut hingga tanpa disadari semua murid satu persatu telah memenuhi kelas, Dara mengintip apa yang sedang dilakukan Rissa di ponselnya.
“Ciyee …pacar lo ya?” Dara mencolek lengan Rissa dan menggodanya.
“Ishh.. sejak kapan lo datang?”
“Udah dari tadi, makanya jangan serius-serius atuh kalau bales chat hahaha…” ejek Dara. Ia terlihat sangat puas melihat Rissa tersipu malu. Beberapa menit kemudian, seorang guru datang memenuhi kelas.
“Assalamualaikum, baiklah anak-anak. Kali ini kita akan membahas tentang sistem respirasi. Silahkan buka halaman 51!” perintah Bu Alfi, seorang guru biologi.
...****************...
Tak terasa, bel pulang sekolah telah lama berbunyi dan kali ini Rissa terjebak hujan di tengah jalan. Akhirnya, ia memilih untuk berteduh di salah satu kafe dan memesan segelas kopi untuk menghangatkan tubuhnya. Sembari menikmati hawa dingin hujan dengan segelas kopi, ia melihat keluar jendela dimana masih banyak orang berlalu lalang di tengah derasnya hujan.
Keadaan tersebut membuat Rissa mengingat tentang bagaimana kondisi keluarganya mulai hari itu sampai sekarang. Hal dimana penyebab semua hancur berantakan seperti saat ini. Hal yang membuat ia dan adiknya tak pernah lagi merasakan hangatnya berkumpul bersama kelaurga.
Di tengah lamunannya, datang seorang cowok dengan tampang watados (wajah tanpa dosa) berusaha mengagetkan Rissa.
“Dorr!!” teriaknya sambil mendorong punggung Rissa dari arah belakang yang membuat Rissa sedikit terkejut. Untung saja, ia berhasil menyembunyikannya.
“Ih, lo kok gak kaget sih?” gerutu cowok tersebut sebab gagal mengagetkan Rissa.
“Apaan sih lo datang-datang main teriak aja,” Rissa melirik sinis ke arah cowok yang telah mengganggu belakangan ini.
“Eh maaf deh, BTW ngapain sih lo sendirian ngelamun disini? Kesambet setan mampus lo,” ujar Raka.
“Lo gak liat di luar lagi hujan, gue lagi gak bawa jas hujan jadi mending berhenti disini biar gak kehujanan,” Rissa menjawab dengan nada sewot.
“Kasihan banget sih lo, udah sendirian, kehujanan lagi, hahaha…” Raka terlihat sangat puas menertawakan Rissa.
“Ngaca dong! Lo juga kesini sendirian. Mana cewek lo itu?” Rissa memutar bola matanya dengan malas.
“Dia lagi keluar sama teman-temannya.”
“Ohh, BTW udah agak reda, gue pulang dulu ya. Semoga langgeng sama pacar lo itu,” seperti biasa, Rissa langsung beranjak tanpa menunggu balasan dari Raka. Mendengar Risa berkata seperti itu, entah mengapa ada hal yang terasa mengganjal di hatinya.
“Entah mengapa kayak ada yang beda kalo gue lagi deket lo,” batin Raka sambil tersenyum tipis melihat punggung Rissa yang perlahan menjauh.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...