Alvaro rela mengorbankan mimpinya untuk menjadi seorang polisi demi sang istri. Dia bekerja keras di siang dan malam untuk bisa membiayai kuliah sang istri, sehingga akhirnya sang istri diterima bekerja sebagai manager di sebuah perusahaan raksasa.
Suatu hari, istrinya tanpa sengaja menabrak seseorang hingga orang tersebut meninggal. Alvaro rela menggantikan istrinya sehingga dia yang dipenjara, mengakui kesalahan yang sama sekali bukan dia perbuat.
Tapi dengan teganya sang istri berselingkuh dan meninggalkan Alvaro yang telah banyak berkorban untuknya.
Setelah keluar dari penjara, Alvaro bekerja menjadi seorang detektif swasta, mengandalkan kemampuannya dalam mengungkapkan banyak kasus.
Alvaro tak pernah bisa melupakan bagaimana perlakuan buruk mantannya terhadap dirinya, Alvaro berjanji akan membalas semua perbuatan mantan istri dan selingkuhannya, sehingga dia memanfaatkan adik ipar sang mantan sebagai pion rencana balas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Danu telah menemukan siapa kekasihnya Dion, setelah melakukan komunikasi dengan salah satu orang yang pernah satu universitas dengan Dion di Amerika. Narasumbernya itu bernama Alvin.
[Setahu saya Dion itu berpacaran dengan seorang gadis bernama Joana Alpharez, walaupun mereka berbeda angkatan. Saya tidak akrab dengan mereka, hanya saja banyak pria yang patah hati saat itu karena Joana lebih memilih Dion, padahal banyak pria yang naksir pada Joana. Sangat disayangkan, mengapa kekasih Joana harus Dion.]
Itulah secuil pesan yang dibalas oleh Alvin lewat sebuah Instagram. Danu menghubunginya karena sedang mencari siapa saja yang seangkatan dengan Dion waktu kuliah di Amerika.
Yang membuatnya terkejut adalah ternyata kekasihnya Dion adalah Joana, gadis yang kemarin datang ke kantor dan menyebut Alvaro sebagai pria cabul.
"Wah, mengapa bisa kebetulan seperti ini? Ternyata gadis cantik itu adalah adik ipar dari mantan istrimu dan dia juga adalah kekasihnya pria yang sedang diselidiki oleh kita." gumam Gleen.
"Apakah ini pertandanya dia jodohmu, Al?" goda Danu kepada Alvaro. Siapa tahu Alvaro tertarik kepada Joana, gadis cantik itu.
Alvaro lebih memilih diam, dia tidak bisa diajak bercanda saat ini. Mungkin karena merasa kasus pembunuhan berantai itu sulit untuk dipecahkan, dia hanya bisa mengandalkan asumsi dan kecurigaan yang belum ada bukti sama sekali.
Jika seandainya kecurigaannya benar, bahwa Dion adalah tersangka yang sesungguhnya, itu artinya dia sangat pintar menutupi kejahatannya, tak meninggalkan jejak sedikit pun. Bahkan setara polisi pun tak menyadari akan kejanggalan ini, lebih mempercayai pengkuan dari Alex.
Bukan hanya itu, hatinya saat ini sedang terguncang, karena akan bertemu Bianca kembali, dia harus datang ke pesta, melihat Bianca merayakan hari ulang tahun pernikahannya bersama sang kekasih yang telah menginjak ke 5 tahun.
"Sekarang aku tau caranya untuk memancing psikopat sialan itu keluar dari sarangnya?" kini akhirnya Alvaro memiliki sebuah ide. Sebuah ide brilian yang harus dia lakukan.
"Bagaimana caranya?" tanya Danu dan Gleen, hampir bersamaan, mereka sangat penasaran sekali dengan ide dari Alvaro.
"Membuatnya marah." jawab Alvaro sambil tersenyum kecut, kemudian dia meneguk satu seloki vodka yang telah tersedia di atas meja.
Joana, gadis itu adalah sebuah jawaban untuk membuat Dion keluar dari sarangnya, sekaligus menjadikan dia sebagai alat untuk membalaskan dendamnya kepada Bianca. Sekali tepuk dua nyamuk mati. Bukankah itu sebuah rencana yang sangat sempurna?
...****************...
Malam ini telah digelar sebuah pesta yang sangat megah dan meriah, merayakan hari ulang tahun pernikahan Dimas dan Bianca yang telah menginjak 5 tahun.
Walaupun mereka belum dikaruniai seorang anak, justru disanalah mereka mendapatkan banyak pujian, karena semua orang mengira bahwa mereka adalah pasangan yang sangat setia, bahkan sekarang ini mereka terlihat begitu mesra, untuk kedua kalinya Dimas mendaratkan kecupan di keningnya Bianca, membuat semua mata menatap mereka dengan penuh rasa kagum.
"Kalian memang pasangan yang serasi."
"Bu Bianca adalah seorang wanita yang hebat, sukses menjadi seorang istri dan sukses menjadi seorang wanita karir."
"Semoga Pak Dimas lah yang menjadi pemimpin perusahaan, menggantikan Pak Riki. Apalagi disamping Anda, ada seorang istri yang hebat, yang selalu mendukung Anda."
Hampir semua orang memberikan banyak pujian terhadap mereka, bahkan ada yang mendukung jika Dimas yang lebih pantas menjadi pengganti ayah tirinya sebagai pemimpin perusahaan.
Terlihat Joana yang sedang tidak tenang menunggu kedatangan Alvaro, berharap Alvaro datang malam ini dan menjelaskan kepada ayahnya bahwa dia bukanlah kekasihnya Joana, serta menjelaskan kejadian yang sebenarnya kepada ayahnya.
Baru setelah itu, Joana akan menjelaskan kepada ayahnya tentang siapa kekasihnya yang sesungguhnya. Dion Sanjaya adalah kekasihnya, bukan Alvaro Ferdinand, si pria cabul itu.
"Joana, mengapa pacarmu belum datang juga?" tanya Pak Riki kepada putrinya.
"Sudah aku katakan dia bukan pacar aku, Pa. Nanti dia akan datang, menjelaskan semuanya kepada papa." jawab Joana dengan nada kesal, karena ayahnya tak mempercayai penjelasan darinya.
Bagaimana bisa ayahnya mempercayainya? Karena bukti terlihat sangat nyata ketika melihat sebuah foto yang menunjukkan bahwa Alvaro keluar dari kamarnya Joana. Semua orang tua pasti sangat tidak menginginkan hal itu terjadi. Bagi Pak Riki menikah adalah satu-satunya jawaban yang paling tepat untuk mereka.
Bu Nadia, Bianca, dan Dimas hanya tersenyum sinis, berharap kekasihnya Joana tidak akan datang ke pesta itu, mungkin saja pria itu tidak siap untuk menikah.
Kemudian terlihat ada seorang pria yang baru saja tiba disana dengan mengendarai mobil mewahnya, pria tersebut segera membuka kaca mata hitam yang sedari tadi dia pakai. Begitu tampan, rupawan, dan mempesona. Siapakah dia? Tentu saja Alvaro.
Joana tersenyum lebar ketika melihat Alvaro datang dengan mengenakan pakaian yang terlihat begitu rapi. Memakai kemeja berwarna putih dan berjas hitam, semua mata memandang padanya, mungkin karena pria itu terlihat sangat asing.
Sementara Bianca nampak terkejut, dia memandangi Alvaro, mengapa pria itu datang ke pesta? Padahal dia tak mengundang mantan suaminya itu. Yang membuatnya tak suka adalah ketika melihat Joana berjalan mendekati Alvaro, seakan mereka saling mengenal.
Sehingga hati Bianca bertanya-tanya, ada hubungan apa diantara Alvaro dan Joana. Mengapa mereka bisa saling mengenal? Membuatnya penasaran dan tak enak hati, dan juga sangat kesal karena dia tak ingin Alvaro dekat dengan adik iparnya itu.
"Akhirnya kamu datang juga, pria cabul. Cepat jelaskan kepada papa bahwa kamu bukan kekasih aku, dan jelaskan juga kepada papa, bahwa kita tidak melakukan apapun di kamar hotel itu." Joana berkata dengan pelan. Dia ingin segera mengakhiri kesalahpahaman ini. Dia tidak ingin menikah dengan Alvaro, hanya karena sebuah kesalahpahaman.
Alvaro tak menanggapi perkataan Joana, dia lebih fokus kepada Bianca yang sedang memandanginya, dia tersenyum kecut kepada wanita itu. Senyum penuh kelicikan dari Alvaro membuat Bianca tak enak hati.
Alvaro berjalan mendekati Pak Riki. Sungguh di luar dugaan, Alvaro tiba-tiba bersimpuh dihadapan Pak Riki, layaknya seorang pria sejati yang sedang menunjukkan keseriusannya dihadapan calon ayah mertua, sehingga perhatian semua orang yang ada disana tertuju pada pria tampan itu.
"Saya sangat mencintai Joana, Om. Karena itu tolong izinkan saya untuk menikahi putri Anda." ucap Alvaro, seakan pria itu bersungguh-sungguh ingin melamar putrinya. Padahal nyatanya mereka baru saling mengenal, itu juga karena sebuah insiden, bukan berkenalan karena ada ketertarikan.
"Ngikkk.." Joana mendadak cegukan saking kagetnya. Joana terkejut bukan main, rasanya dia ingin pingsan saja, pria cabul itu malah melamarnya, membuat masalahnya semakin runyam.
Bianca merasakan ada sebuah bom di dadanya, seakan hatinya meledak hancur lebur tak tersisa. Seluruh tubuhnya terasa panas bagaikan terbakar. Dia tak sanggup membayangkan jika Alvaro menjadi suami dari adik iparnya yang mengesalkan itu.