Aresha adalah gadis jenius, dia menyembunyikan identitas asli dan hidup sebagai Disha sejak kecil untuk menghindari ancaman musuh keluarga. Mengenakan kacamata tebal, Disha menutupi pesonanya dengan penampilan yang sederhana sambil diam-diam menyelidiki identitas musuh-musuhnya.
Suatu penyelamatan darurat, Disha berpartisipasi dalam penyelamatan nyawa pasien VVIP bernama Rayden, kemunculan Rayden membuat Disha menyadari adanya bau musuh yang muncul.
Di saat yang sama, karena Disha Rayden teringat pada gadis hilang yang dia cintai selama bertahun-tahun.
Tanpa sepengetahuan satu sama lain, keduanya mulai diam-diam mengawasi gerak-gerik masing-masing.
Apakah Rayden adalah musuh keluarga yang harus Disha hindari? Keterikatan macam apa yang terjadi di antara keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MGD Bab 5 - Mundur
Disha terus memberikan penanganan yang terbaik untuk Rayden. Dia ingin pria ini segera sadar dari koma yang di deritanya.
Perawat dengan kacamata bundar itu pun memberikan teknik akupuntur, sangat berharap dengan semua upaya yang dia lakukan pria ini akan segera sadar.
Samuel pun terus mendesak pihak rumah sakit untuk memberikan penanganan yang terbaik. Samuel masih merahasiakan kondisi Rayden dari pihak keluarga. Keluarga Carter hanya tahu jika selama ini Rayden tengah berada di luar negeri.
Namun sadar jika tak selamanya dia bisa menutupi tentang hal ini, Karena itulah Sam terus mendesak pihak rumah sakit untuk segera membuat sang tuan sadar.
Tapi Samuel tidak pernah percaya andai Disha yang menangani.
Jadi teknik akupuntur yang diterapkan pada Rayden pun setahu dia yang menjalankannya adalah dokter Anna, bukan Disha.
Dan saat Anna tengah pura-pura menjalankan teknik akupuntur itu dia meminta Samuel keluar dari ruangan ini dan hanya menyisakan dia dan Disha saja.
Anna hanya memperhatikan anak satu-satunya itu melakukan teknik akupuntur dengan sangat ahli.
Anaknya sanget sempurna dalam dunia medis, namun untuk hidupnya sendiri Disha sungguh malang.
Maafkan Mama Sha, Batin Anna, menatap nanar pada sang anak. Tapi nyawa Disha lebih penting dari hanya sekedar menyandang nama keluarga Dude.
Saat Disha menerapkan teknik akupuntur itu, setengah sadar Rayden membuka mata, samar-samar dia melihat seorang wanita yang menancapkan jarum ke tubuhnya. Namun tak lama kemudian kedua mata itu kembali terpejam.
30 menit berlalu dan Disha telah selesai melakukan teknik akupuntur itu. Sudah 5 hari ini Disha memberikan terapi yang sama.
"Mama bangga padamu sayang," ucap Anna lirih, meski hanya berdua seperti ini namun tetap saja dia bicara pelan. Sungguh tak ingin ada orang lain yang mendengar.
Sementara Disha hanya tersenyum kecil, dia sangat ingin memeluk ibunya namun tak kuasa untuk melakukan itu. Dia harus tumbuh jadi gadis yang kuat, tak ingin membuat ibunya semakin bersedih dengan nasib yang dia jalani.
Disha kembali menatap sang pasien, Saat itu Disha lihat kedua mata Rayden yang bergerak, seolah hendak terbuka dan sadarkan diri.
"Dokter Anna," panggil Disha.
Anna pun mengikuti arah pandang sang anak, kemudian melihat pula jika pasien itu seperti hendak sadarkan diri.
"Beri rangsangan Sha, genggam tangannya," titah Anna dan Disha langsung menurut.
Dengan cepat dia menggenggam erat tangan Rayden, memberikan sentuhan yang begitu terasa bagi pria ini.
Disha bahkan dengan sengaja semakin memperkuat genggamannya sampai akhirnya Rayden benar-benar membuka mata dan tersadar dari koma.
Wanita berkaca mata itu tersenyum, melihat Rayden sadar seperti melihat harapan baru dalam hidupnya. Pria inilah yang akan membuatnya bisa bertemu dengan musuh bebuyutan keluarganya.
Sementara Rayden hanya mampu mengerjabkan mata, menyesuaikan diri dengan cahaya yang mulai masuk di kedua netranya. Dia menatap sekitar, melihat dua orang wanita yang menggunakan baju yang berbeda, satu menggunakan jas dokter putih dan satunya menggunakan baju khas perawat.
Satu wanita berumur yang masih terlihat cantik, berdiri dibelakang gadis berkacamata mata ini.
Gadis buruk rupa dengan senyum lebar yang menggenggam erat tangannya.
Menyadari hal itu Rayden merasa sangat tak nyaman, susah payah dia berucap diantara kesadarannya yang belum benar-benar pulih. Bahkan Rayden masih merasa semua tubuhnya begitu berat untuk digerakkan.
"Mundur," ucap Rayden, namun ucapannya itu hanya terdengar seperti hembusan angin. Anna dan Disha bahkan tidak mampu mendengarnya dengan jelas.
"Apa?" ulang Disha, dia semakin mendekatkan diri pada pria ini, sangat ingin tahu apa yang akan Rayden ucapkan.
Bagaimanapun pria ini adalah pasiennya yang telah terbebas dari masa kritis.
"Mundur," ulang Rayden lagi dengan suara yang terdengar sedikit jelas.
Mendengar itu kedua mata Disha membola.
"Mundur sedikit, mataku semakin sakit jika melihatmu dari dekat," ucap Rayden akhirnya, hingga membuat Disha dengan segera melepas genggaman tangannya dan mundur mengambil jarak.
Dia menurunkan pandangan, menghindari tatapan pria itu dan pilih menatap lantai.
Sudah sangat biasa aku diperlakukan seperti ini, harusnya tidak perlu sakit hati. Batin Disha.
Sementara Anna yang juga mendengar ucapan itu pun hanya mampu menelan ludahnya dengan kasar, seolah tak peduli pada apa yang dirasakan oleh sang anak, akhirnya Anna maju untuk menggantikan diri memberikan penanganan pada pasien ini.