[Sekuel dari Novel "Love Me Please, Hubby"]
Almahyra Tsalsania, seorang mahasiswi berusia 20 tahun yang terjebak cinta dengan pria yang usianya terpaut jauh darinya. Dia mencintai pria itu selama lima tahun, namun sayangnya cintanya tak berbalas. Pria itu terlalu mencintai kakaknya untuk bisa melihat keberadaannya.
Daniel Vieri Nathaniel, pria matang berusia 32 tahun. Dia adalah pewaris kedua dari Grup H, menjabat sebagai wakil direktur utama. Selama lima tahun hidupnya dihabiskan untuk mengejar cinta yang sia-sia. Dia tidak tahu ada cinta tulus yang menunggunya.
Karena jebakan orangtuanya, Daniel harus berakhir menikahi Alma, adik dari wanita yang dicintainya.
Mampukah Daniel menerima cinta Alma?
Mampukah Alma membuat Daniel mencintainya?
Bagaimana kisah cinta mereka? Baca terus kelanjutan kisah mereka dalam novel DANIEL & ALMA.
#StoryOfDaniel&Alma
#CintaDalamDiam
#Diusahakan untuk update tiap hari ^^
~ErKa~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 27 - Perasaan Marah
Daniel menduga Alma pergi ke
tempat-tempat aneh atau dia sedang di culik seseorang. Perasaan khawatir
melandanya. Mendapat balasan pesan seperti ini membuat perasaannya lega.
Daniel menghembuskan napas lega
mengetahui Alma sedang menginap di rumah Nisha. Dia berniat untuk menjemput si
pembuat masalah, namun lagi-lagi niatnya terpatahkan. Alma tidak mau di jemput.
Daniel memutuskan untuk
mengalah. Dia mengikuti kemauan Alma, tidak menjemput wanita itu.
Penolakan Alma yang seperti ini
membuat Daniel uring-uringan. Dia menjadi kesal tanpa alasan. Pak Tohir, Bu Ida
bahkan Asisten Tito kena dampaknya.Tito berusaha mendinginkan kepala bosnya,
tapi tidak berhasil. Daniel mengusir ketiganya untuk menjauh, sehingga hanya
ada dirinya saja di ruangan itu.
Daniel menatap deretan botol
minuman yang ter-display di lemari kaca. Ketika pikirannya sedang pusing
seperti ini, hanya minuman itulah yang akan mengerti dirinya. Daniel mengambil
salah satunya.
Dia membuka minuman itu dan
bersiap untuk meneguknya. Ketika minuman itu tengah mencapai bibirnya, dia mengingat
Alma.
Alma menyuruhnya untuk menjauhi
minuman, rokok dan makanan yang di larang. Daniel terdiam. Kemudian dia kembali
menutup minuman itu.
Hah, kenapa hal-hal kecil saja
bisa mengingatkannya akan Alma? Sebenarnya apa yang di lakukan wanita kecil itu
hingga membuatnya kepikiran seperti ini?
Daniel kembali ke kamar. Dia
melihat sekelilingnya. Rumahnya terasa sangat sepi. Sesepi hatinya yang
sendiri. Keberadaan Alma di sisinya selama seminggu terakhir benar-benar
merubah kebiasaannya. Biasanya dia akan senang dengan kesendirian. Menikmati
hari-hari patah hati dengan di temani minuman. Tapi sekarang, dia merasa sangat
kesepian. Apa kehadiran gadis itu sudah sedikit banyak mempengaruhi
kehidupannya?
Malam itu Daniel tidak bisa
memejamkan mata. Dia memeluk guling di sampingnya, berharap perasaan itu bisa
membunuh rasa kesepian yang di alaminya. Baru menjelang dini hari, Daniel bisa
mengistirahatkan tubuhnya.
***
Daniel bangun kesiangan. Asisten
Tito datang menjemputnya, dan dia masih tertidur. Kurang tidur membuat mood
Daniel buruk. Apalagi bila dia ingat Alma tidak pulang ke rumah tadi malam,
emosinya menjadi semakin memburuk.
"Apa ada yang Anda butuhkan
Bos? Anda nampak kurang sehat pagi ini."
"Tidak ada. Menyetir saja
yang benar." Daniel menjawab dingin. Tito hanya bisa menghela napas
pasrah. Nasib seorang bawahan, hanya bisa pasrah ketika bos sedang
uring-uringan.
Sesuai perintah Daniel, Tito
menyetir dengan sangat hati-hati. Daniel bangun kesiangan, sehingga tiba di
kantor pun tidak bisa on time. Setengah jam berkendara, akhirnya Tito
menghentikan laju kendaraannya di depan pintu masuk gedung.
Sebelum dia keluar membukakan
pintu untuk Daniel, tiba-tiba datang motor yang di kendarai ojol dan
penumpangnya. Motor itu berhenti tepat di samping mobil mereka. Daniel membuka
kaca sedikit, karena dia merasa familiar dengan penumpang wanita itu.
Wanita itu turun dengan tergesa-gesa
dengan helm yang masih menempel di kepalanya.
"Aku duluan ya Mas. Nanti
Aku tranfer aja ya. Aku masuk dulu, sudah telat nih." Alma berlari ke
lobby gedung. Ezra mengikuti di belakangnya.
"Al, helmnya di lepas
dulu." Ezra meraih lengan Alma, berusaha menghentikan Alma dari berlari.
Alma menoleh dengan bingung. Kemudian dia memegang kepalanya. Senyum lucu
tersungging di bibirnya.
"Eh iya lupa Mas. Habis
telat sih, jadi buru-buru." Alma berusaha melepaskan helm itu. Sebelum dia
berhasil melakukannya, Ezra mengambil alih. Dengan lembut dia melepaskan helm
dari kepala Alma.
"Jangan lari-lari lagi.
Telat sekali tidak akan membuatmu di pecat. Sana, pergilah."
"Iya Mas, Aku pergi dulu
ya. Dah Mas..."
"Nanti Aku jemput ya."
Alma menoleh dan membalas dengan mengacungkan jempol. Ezra tersenyum senang.
Dia tidak sadar ada sepasang mata yang mengawasinya dengan tatapan membunuh.
Daniel merasa darahnya sangat
mendidih. Dia sangat marah!! Marah pada Alma dan pria berjaket hijau itu!
Mungkin dia tidak akan marah bila pria itu hanya ojol biasa. Tapi pria itu
melepaskan helm Alma dengan sangat mesra!! Dan berkata akan menjemput
istrinya!! Apa haknya melakukan hal seperti itu?!
Daniel turun dari mobil. Dia
berjalan mendekati abang ojol. Ingin rasanya dia menghajar pria itu. Tapi dia
sekarang sedang berada di perusahaan. Akan sangat memalukan bila dia melakukan
kekerasan di depan ratusan karyawannya.
Daniel memperhatikan ojol itu
secara intens. Perasaannya semakin kesal ketika mengetahui tampang si ojol.
Darahnya semakin mendidih. Tangannya mengepal erat. Berusaha menahan diri untuk
tidak memukul wajah tampan si ojol.
Karena tidak bisa memukul, yang
bisa Daniel lakukan hanya menabrak tubuh ojol dengan tubuhnya.
BRUUK (Tubuh mereka bertabrakan)
Keduanya tidak terjatuh, hanya
kehilangan keseimbangan sebentar sebelum akhirnya pulih kembali.
"Tuan, Anda belum meminta
maaf." Kata Ezra ketika melihat Daniel melenggang pergi.
"Minta maaf? Aku tidak
merasa bersalah. Kamu saja yang menghalangi jalanku." Daniel berkata
dengan emosi.
Tito bisa melihat gelagat tidak
baik yang akan terjadi. Ini akan berhubungan dengan reputasi wakil dirut dan
perusahaan. Dia harus mencegah hal itu terjadi. Tito bertindak cepat. Tiba-tiba
dia sudah berdiri di tengah-tengah kedua pria itu.
"Mohon maaf. Atasan Saya
tidak sengaja. Beliau sedang buru-buru." Tito mendekati Ezra, bersikap sok
akrab. "Ini kartu nama Saya. Bila ada keluhan di kemudian hari, Anda bisa
menghubungi nomor Saya. Kalau begitu, Kami permisi dulu."
Tito berusaha mengarahkan Daniel
untuk melanjutkan perjalanan mereka. Sebenarnya Daniel masih tidak puas. Dia
terus menerus menatap Ezra dengan tatapan tidak suka. Ezra balas menatapnya
dengan tak kalah tajam. Tatapan keduanya tampak saling menilai satu sama lain.
"Sebaiknya Kita segera ke
atas. Rapat direksi akan di mulai sebentar lagi. Dirut pasti tidak akan suka di
buat menunggu." Tito berbisik.
Perkataan Tito membuat Daniel
tersadar. Dareen tidak akan suka bila di buat menunggu. Dia harus segera ke
ruang meeting.
Dengan enggan Daniel pergi ke
ruang meeting. Sebenarnya dia masih ingin mengkonfrontasi pria ojol itu,
memperingatinya untuk tidak dekat-dekat dengan Alma. Tapi waktunya tidak tepat.
Kedepannya dia harus mengawasi
Alma dengan lebih ketat. Bagaimana pun Alma bagaikan bunga yang baru mekar.
Pasti banyak kumbang-kumbang yang ingin mendekatinya.
Meeting itu selesai lebih lama
dari yang di perkirakan. Setelah meeting selesai, Daniel pergi ke ruang
kerjanya. Dia menatap meja sekretaris. Tidak ada siapa pun di situ. Grace
maupun Alma tidak tampak batang hidungnya. Sebenarnya kemana wanita itu pergi?
Daniel merasakan perasaan yang
tidak nyaman. Seharian ini dia belum bertemu dengan Alma. Perasaan bingung,
sepi dan kehilangan tiba-tiba meliputinya. Daniel mengambil ponsel, bersiap
untuk menghubungi Alma.
[Lily was a little girl...]
Suara nada dering ponsel tampak terdengar dari dalam tas yang terletak di atas
meja. Itu suara dering ponsel Alma. Wanita itu tidak membawa ponsel dan tasnya.
Daniel semakin kebingungan.
"Ada dimana Kamu?"
Daniel mulai bicara sendiri. Tiba-tiba Tito muncul dari belakangnya.
"Bos, meeting selanjutnya
dengan para manager cabang sudah di mulai. Mari Kita ke ruang meeting."
"Dia dimana?!"
"Nyonya tidak akan
kemana-mana. Tas, ponsel dan semua barangnya ada di sini. Mungkin dia sedang ke
kamar kecil. Mari Kita ke ruang meeting sekarang. Semua orang sudah menunggu
Anda."
Daniel mau tidak mau mengikuti
saran Tito. Lingkungan perusahaan sangatlah sensitif. Dia tidak boleh bertindak
sembarangan dan meninggalkan kecurigaan orang-orang. Meskipun pikirannya di
penuhi dengan Alma, Daniel tetap kembali melakukan meeting.
***
Happy Reading ^^