Dia Anaku

Alea bersenandung ria berjalan menuju Yavin Cake membawa keranjang berisi gorenganya sejak dari rumah dia tersenyum bahagia.

"Permisi kak" setelah sampai.

"Iya, ada yang saya bantu" jawab Lila dia melihat Alea cantik walau penampilanya sederhana.

"Mmm tante Angginya ada?" bukanya jawab malah berbisik sama Ita.

"Siapa dia? kayaknya pelanggan baru" bisik Ita.

"Pasti dia mencari perhatian sama bos seperti yang lain, penggemar Vindra"

"Ada nggak kak?" tanya ulang.

"Oh ada, ada apa mencari bos kami"

"Aku mau nitip jajanan gorengan aku" alis Ita mengkerut maksudnya apa pikirnya.

"Kemaren aku udah diijinin sama tante Anggi" lanjutnya.

"Oke, tunggu dulu aku panggilkan" Ita masuk kedalam. Alea mengangguk.

Tidak lama Anggi keluar "Alea"

"Ini tante aku bawa gorenganya"

Lalu Anggi mempersiapkan tempat untuk daganganya yang baru gorengan dari Alea dan menyuruh Ita menata.

Tadinya Alea menolak dibayar dimuka karena biasanya kalau daganganya laris atau habis lebih dulu, baru dibayar tapi kalau Anggi tidak dia bayar dimuka.

"Alea apa hari ini kamu tidak sekolah?" tanya Anggi mereka sambil berjalan pelan.

"Mmm aku tidak bisa melanjutkan sekolah tante"

"Kenapa?"

"Mm aku tidak bisa bayar"

"Sayang sekali kalau kamu harus putus sekolah"

"Sebenarnya aku masih pengen sekolah" Alea tarik nafas "Tapi, tidak apa - apa aku masih bisa belajar"

"Benar, belajar itu dimana saja"

"Sekali lagi terimakasih tante rotinya"

"Sama - sama" balas Anggi mengganguk dan tersenyum.

"Jadi nggak enak malah ngrepotin tante" Anggi mengusap lengan Alea.

"Nggak kok"

Alea keluar dari toko, karena dinding depan terbuat dari kaca jadi Alea masih terlihat dia merasa kasian yang seharusnya masih mendapatkan pendidikan harus terputus hanya gara - gara biaya.

Karena Anggi sudah meringankan pekerjaannya Alea menjual gorengan, dia mencari pekerjaan sampingan lumayan buat tambah - tambah penghasialan.

Saat Anggi keluar dari toko, Andre datang lagi terlihat dia berjalan kearahnya.

"Gi bisa kita bicara sebentar"

"Apa?"

"Maafkan kejadian kemaren, jangan didengarkan omonganya, Cintia memang keterlaluan"

"Itu sudah biasa banyak orang bilang begitu"

"Maaf" Anggi hanya mengangguk, saat Anggi mau naik kemontornya dicegah Andre.

"Gi aku mau serius sama kamu"

"Maafkan aku Dre aku tidak bisa, carilah orang lain yang tepat buat kamu"

"Tapi kamu yang tepat buat aku"

"Sudah aku katakan, aku tidak mau memiliki hubungan yang serius pada siapapun"

"Sampai kapan kamu akan begini? kamu butuh pendamping kamu..."

"Tidak, aku sudah punya Vindra dialah segalanya bagiku

"Tapi..."

"Cukup, maafkan aku Dre" Lalu Anggi pergi.

Anggi benar - benar tidak mau memiliki hubungan sama orang lain lagi dia menutup hatinya.

Sebelum pulang Anggi mampir ke mall terlebih dulu ada yang ingin dia beli, walaupun mall disini tidak terlalu besar tapi semua barang lengkap apa yang dibutuhkan ada.

Setelah selesai dia tidak sengaja menabrak seseorang.

Brak.

Semua barang orang itu terjatuh, karena ditangan Anggi hanya satu paper bag jadi barang Anggi masih utuh ditangan.

"Maaf" ucap Anggi pada orang yang dia tabrak. Anggi membantu mungutin barang - barang yang terjatuh.

"Heh kamu lagi, kamu sengaja ya hah" ternyata yang dia tabrak bu Retno.

"Saya tidak sengaja"

"Perempuan murahan kayak kamu pura - pura tidak sengaja pasti kamu balas dendam kan" ucap kasar Bu Retno. Lagi - lagi kata - kata kasar yang dia dengar, diucapkan didepan umum pula.

"Saya tidak perempuan murahan"

"Jangan menyangkal itu kenyataan kalau kamu murahan dan pelakor" semakin menjadi.

Plak. tamparan Anggi kepipi Retno.

"Sudah cukup anda sangat keterlaluan jangan menghina saya seperti itu, anda tidak tau apa - apa jangan asal bicara"

"Kamu"

Plak. Tampar Retno balik.

"Sudah berani menampar saya ya"

Terjadilah keributan dipusat perbelanjaan dan mereka dipisahkan oleh satpam.

Priiit suara sumpritan satpam.

"Kalian membuat keributan disini apa mau saya bawa kekantor pilisi hah" Retno takut kalau berusan dengan polisi walau tidak mau berdamai dengan Anggi. tapi dia cepat pergi dari sana.

Semua bubar pada, keributan tadi mengundang seseorang.

"Anggi"