NovelToon NovelToon
Sunday 22.22

Sunday 22.22

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Balas Dendam / Cinta Karena Taruhan
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: sun. flower. fav

Di tengah keindahan Jogja, proyek seni yang seharusnya menggembirakan berubah menjadi teka-teki penuh bahaya. Bersama teman-temanku, aku terjebak dalam misteri yang melibatkan Roats, sosok misterius, dan gadis bergaun indah yang tiba- tiba muncul meminta tolong.
Setiap sudut kota ini menyimpan rahasia, menguji keberanian dan persahabatan kami. Saat ketegangan memuncak dan pesan-pesan tak terjawab, kami harus menemukan jalan keluar dari labirin emosi dan ketegangan yang mengancam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sun. flower. fav, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

sisi gelap Roats

Aku membawa Anindya duduk di depan supermarket, berusaha menenangkan diri kami berdua setelah kejadian mengerikan tadi. Ebra dengan gesit membelikan dua botol air dingin, agar aku dan Anindya bisa lebih mudah menetralisir napas yang masih terengah-engah. Sambil meminum air, bayangan kejadian tadi terus menghantui pikiranku.

Aku masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Gadis dalam tas penuh darah, ancaman Roats yang dingin, dan ketegangan yang membuat bulu kuduk berdiri semuanya seperti adegan dari mimpi buruk. Anindya menggenggam botol air dengan tangan gemetar, matanya masih dipenuhi ketakutan dan trauma. Ebra, meski terlihat tenang di luar, jelas-jelas terpengaruh oleh kekejaman yang baru saja kami saksikan.

“Sekarang aku gak mau teka-teki jawaban apalah itu, kamu ceritain langsung yang sebenarnya,” tegasku enggan berbasa-basi.

“Aku…dan Roats memang berpacaran,” jelas Anindya terbata-bata. Spontan aku mengerutkan dahi.

“Kamu tau Roats bukan orang baik, kenapa masih mau pacaran sama dia,” tukasku terheran-heran, sekaligus tidak habis pikir.

Anindya menundukkan kepala, air matanya menetes jatuh ke tangannya yang sedari tadi menelangkup. Sepedih itu pasti sekarang yang dia rasakan. Roats sialan.

“Aku berpacaran lewat jaur perjanjian, perjanjian yang dibuka dengan ancaman yang akan merusak hidupku dan keluargaku.” Anindya mengatakan sebenarnya sambil terisak.

“Ancaman?” Ebra yang semula berdiri akhirnya ikut duduk menatap Anindya tajam.

Anindya mengangguk pelan. “Dia menjebakku. Di sekolah ballerina, menerima penyewaan kelompok dan solo untuk acara tertentu. Roats yang menyewaku menari solo, bukan untuk acara, melainkan untuk dirinya sendiri. Dulu aku melihat seorang Roats seperti pria berkarir yang mencintai dunia seni. Aku anggap dia menyukai tarianku, gerakanku, dan ketukan kakiku saat melompat. Dia bilang aku bagai peri yang terbang dengan bebas saat menari. Dia juga membeelikan aku banyak sepatu balet warna-warni, gaun mahal, dan semua yang aku butuhkan di sekolah ballerina. Tapi lama-kelamaan, aku menyadari sesuatu lewat mata dan sikapnya. Dia bukan hanya menyukai tarianku, dia juga menyukai semua lekuk ditubuhku, dia menyukai setiap tubuhku yang bergerak lihai, bukan karena dia menyukai seni, tapi nafsu.” Anindya menjelaskan sangat panjang. Setiap kata yang keluar dari mulutnya menceritakan Roats, berhasil membuatku merinding dan ikut merasakan kepedihannya. “Kalian pasti tahu, selanjutnya apa yang terjadi padaku,” lanjutnya semakin terisak. Aku dengan cepat meluknya erat, sampai kesedihanya turut menyalur di sekujur tubuhku.

“Malam itu aku hancur, bahkan apa yang aku khususkan untuk lelaki yang akan menikahiku diambil habis oleh Roats.” Anindya mencoba memaksakan diri menceritakan apa yang selama ini ia hadapi. Tanganku spontan mengepal, aku jaga wanita, bahkan aku yang hanya mendengarnya saja rasanya benar-benar tertusuk, apalagi Anindya yang merasakannya.

“Dia mengancamku dengan USB cctv kejadian itu, dia bilang kalau aku tidak menurutinya, video itu akan tersebar. Kalian tau apa yang akan terjadi padaku jika saja video itu benar-benar tersebar, reputasiku hancur, keluargaku pasti ikut roboh,” Anindya melanjutkan penjelasannya.

“Setiap hari aku dihantui kelakuan Roats yang semakin tidak masuk akal. Dia selalu meminta waktu malam bersama setiap setelah perform. Dia memintaku menemuinya dua menit setelah lampu teater dimatikan, kalau aku tidak datang, yang terjadi adalah sesuatu yang kalian juga lihat tadi.” Anindya menyelesaikan penjelasannya. Kini aku jadi tahu kenapa dia menyuruhku menunggu sampai pukul 22.22 malam, lampu teater mati jam 22.20, yang artinya kalau Anindya tidak datang, Roats pasti bertingkah.

“Roats bajingan,” umpat Ebra memukul meja keras. Tidak lama kemudian mobil putih datang menghampiri kami.

“Aku pesan mobil online, pulanglah, akan semakin bahaya kalau Roats tau kamu sedang bersama aku dan Eliza,” ujar Ebra dingin.

Benar kata Ebra. Mata Roats tajam, mata-matanya pun banyak, jika dia tau Anindya tidak makan malam bersamaku melainkan menangis tersedu-sedu di handapanku dan Ebra, akan semakin bahaya untuk Anindya.

“Aku mau kalian tetap melanjutkan pekerjaan kalian. Roats bukan orang yang kalian kira bisa ditandingi. Setidaknya aku lega ada yang mendengar keluhanku sekalipun tidak akan bisa menyelamatkanku,” ujar Anindya padaku dan Ebra, lalu dia masuk mobil, sesekali menampilkan senyum tipisnya ditengah air matanya yang masih tersisa.

Setelah mobilnya menghilang, aku sempat terdiam memikirkan banyak hal. “Semisal aku ada di posisi Anindya…” ucapanku belum selesai, tangan Ebra sudah menampar pelan mulutku.

“Habis Roats di tanganku,” tukasnya cepat kemudian menarikku untuk pulang.

***

Malam itu, mataku benar-benar tidak bisa dipejamkan. Rasanya perih, baru kali ini aku sesyok ini melihat sesuatu yang tidak seharusnya kulihat. Bayangan kejadian tadi terus membayangi pikiranku, membuat tidur menjadi hal yang mustahil.

Aku terus menerus menatap layar handphone yang menunjukkan percakapanku dengan Eja yang belum juga berlanjut. Sembari duduk di kursi tinggi di dapur, aku mencoba menghabiskan malamku untuk menenangkan pikiran. Aku menggulir layar ponsel, membaca ulang pesan demi pesan, berharap ada kabar terbaru dari Eja.

“Entah kenapa aku yakin itu tadi si Eja, lubuk hatiku gak pernah salah,” gumamku berbicara sendiri. Tapi jika dipikir, apa yang dimaksud Anindya pria yang akan menikahinya itu, Eja?

Setiap detik terasa seperti selamanya. Pikiran-pikiran mengerikan terus menghantuiku, mengingatkanku pada wajah Anindya yang ketakutan dan adegan mengerikan yang kami saksikan. Aku tahu malam ini akan menjadi malam yang panjang, dan aku hanya bisa berharap pagi segera datang dengan kabar baik dan ketenangan.Aku terus mencoba mengirim pesan lagi pada Eja. Aku sangat yakin bahwa pria yang kulihat tadi benar-benar Eja. Namun, hingga sekarang, tidak ada balasan darinya, membuat rasa gelisah semakin menghimpit dadaku.

Di tengah kesunyian langkah kaki lembut terdengar mendekat. Baskara muncul dari pintu dapur, wajahnya penuh kekhawatiran.

"Belum tidur?" tanyanya dengan suara lembut, melihat betapa lelahnya aku.

Aku mengangguk, mataku masih terpaku pada layar handphone. "Aku berasa kena insomnia."

Baskara mendekat sambil tersenyum, tangannya yang hangat menyentuh bahuku dengan lembut. "Aku sudah dengar dari Ebra, hebat kamu malam ini, yang perlu diingat, jangan apa-apa diahadapi sendiri selagi ada aku, Ebra, dan Evan."

Aku menatapnya dengan peluh rasa keluh, mataku mulai berkaca-kaca. Baskara dengan cekatan menyiapkan teh hangat, aroma teh yang menenangkan mulai memenuhi dapur. Dia menyerahkan cangkir teh kepadaku, dan aku merasakan kehangatan menjalar melalui cangkir ke tanganku.

“Terima kasih," bisikku, mengambil cangkir teh dari tangannya."

Baskara duduk di sebelahku, tidak mengatakan apa-apa lagi, hanya memberikan kehadirannya yang menenangkan. Aku menyesap teh hangat itu perlahan, merasakan sedikit demi sedikit ketegangan dalam diriku mulai mereda. Meski bayangan kejadian tadi masih menghantui, kehadiran Baskara dan teh hangatnya memberikan secercah ketenangan di tengah malam yang penuh kecemasan ini.

***

1
pausberkuda
semangattt🫶👏👏
Azzah Nabilah: weeehhhhh🥲
total 1 replies
ׅ꯱ƙׁׅᨮׁׅ֮ᥣׁׅ֪ꪱׁׁׁׅׅׅꭈׁׅɑׁׅ ηα
kerja bagus ija
Azzah Nabilah
jangan lupa ikuti kisan Eliza dan eja ya
Ohara Shinosuke
Semangat terus thor, aku yakin ceritamu akan menjadi luar biasa!
boing fortificado
Yang bikin author sebisanya aja ya, pengen lanjutin ceritanya.
Min meow
Tidak ada yang kurang.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!