Astoria Adventure

"𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘱𝘪𝘬𝘪𝘳𝘬𝘢𝘯" 𝘽𝙪𝙙𝙙𝙝𝙖.

...****************...

Ramai anak-anak berlari menuju Vincent, teriakan mereka menusuk hati seolah mereka tengah berhadapan dengan ancaman maut. Gelombang orang dari berbagai usia, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa dan bahkan yang paruh baya, berkejaran dalam kebingungan mendekati Vincent.

Dengan ekspresi heran di matanya, Mc menatap mereka sejenak sambil sesekali memutar kepala ke kanan dan kiri, mencoba mencari tahu apa sebenarnya yang sedang terjadi di antara kerumunan tersebut. Sebelum Vincent sempat bertanya kepada salah seorang yang berlari, suara-suara keras memenuhi udara ketika setiap orang berteriak mengenai sesuatu yang mengejar mereka dari kejauhan.

Tak butuh waktu lama sebelum segerombolan serigala buas muncul di cakrawala, air liur menggantung di antara gigi tajam mereka yang mengancam. Serigala-serigala itu mengejar dengan nafsu pemangsa, mulut mereka menyeringai siap melahap siapa pun yang berani menghalangi jalannya.

Caspian melangkah berani ke depan, mempertaruhkan dirinya untuk melindungi Vincent dari bahaya yang mengancam. Matanya melirik kesana-kemari, mencoba menghitung berapa banyak serigala yang mendekat dari kejauhan, siap menyerang dengan keganasan yang mematikan.

"Tuan, sekitar 500 ekor serigala berada di depan sana," ujar Caspian sambil menarik pedang dari sarungnya dan menempatkannya di depan untuk berjaga.

Sadar akan keadaan yang tidak bisa dihadapi sendirian oleh jenderalnya, Vincent turun dari kudanya dan mendekati Caspian. "Biarkan aku membantu," kata Vincent sambil mengambil pedang dari tangan jenderalnya.

"Saatnya mencoba jurus yang diajarkan oleh guru," desis Vincent sambil tersenyum menantang pada serigala-serigala itu.

Dengan sikap yang gagah berani, Vincent maju ke depan menghadapi segerombolan serigala yang hampir mencapainya. Ketika jaraknya hanya tinggal 10 meter, dengan gesit Vincent melancarkan serangan vertikal dengan pedangnya, menghantam hewan-hewan buas itu dengan keberanian yang luar biasa.

“Time slicing sword!” teriaknya, memancarkan aura yang begitu kuat sehingga udara berputar hebat di sekitarnya, menggoyahkan serigala-serigala buas yang siap menyerangnya.

Sebuah sayatan tajam melayang ke arah binatang buas, dikelilingi oleh aura biru pekat yang menambah kesan dramatis pada adegan yang sedang berlangsung. Sayatan itu bergerak secepat kilat, seperti gelombang ultrasonik yang tak terelakkan, menghantam segala yang berada di jalannya.

Ketika sayatan itu mencapai sasarannya, energi yang dilepaskannya menciptakan ledakan dahsyat setara dengan 1 ton bahan peledak, melemparkan tubuh-tubuh hewan buas itu terpental ke langit, membumbung tinggi di udara.

**Booommmmm!**

Suara ledakan begitu menggelegar, membuat para penonton terbelalak oleh kekuatan yang mengerikan, memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pikiran mereka.

Apa yang terjadi? Apakah itu kekuatan dewa? Pertanyaan-pertanyaan itu menghantui pikiran mereka yang menyaksikan kejadian itu dengan mata kepala sendiri. Orang-orang yang sebelumnya berlari terhenti, terpaku melihat kejadian yang begitu luar biasa ini. Kuda-kuda yang mereka tunggangi pun terjatuh karena terkena hembusan angin deras akibat serangan tersebut.

Caspian berlari cemas menyusul Vincent yang terduduk lemas di tempatnya berdiri. "Yang Mulia! Apakah Anda baik-baik saja?" teriaknya, kekhawatiran jelas terpancar dari suaranya.

"Hosh... hosh... aku baik-baik saja, aku tidak terbiasa menggunakan kekuatan ini," jawab Vincent dengan napas tersengal-sengal setelah melepaskan kekuatan dahsyatnya.

Tubuhnya basah oleh keringat, Caspian dengan napas terengah-engah memapah Vincent, membantunya berdiri, lalu membawanya istirahat sejenak di samping kudanya.

David terdiam, pucat, setelah terjatuh dari atas tunggangannya, wajahnya mencerminkan kekagetan yang begitu mendalam. "Demi Tuhan Yang Maha Agung, apa yang terjadi ini," gumamnya terbelalak, masih terguncang oleh peristiwa yang baru saja terjadi.

"𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑 𝒅𝒊 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒅𝒖𝒏𝒊𝒂,𝒅𝒊𝒎𝒂𝒏𝒂 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒑𝒆𝒓𝒍𝒖 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒖𝒂𝒕 𝒑𝒊𝒍𝒊𝒉𝒂𝒏,𝒅𝒂𝒏 𝒊𝒕𝒖 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒊𝒍𝒊𝒉𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒖𝒂𝒕 𝒌𝒊𝒕𝒂" 𝙃𝙚𝙣𝙧𝙞 𝙗𝙚𝙧𝙜𝙨𝙤𝙣.