Menantu Yang Tidak Diinginkan sebuah cerita yang dialami seorang wanita yang tidak diinginkan oleh mertuanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Asiseh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21
“Nita” ucap Fifi
Nita tersenyum ke arah Fifi dan Dara.
“Bu aku bawa sarapan untuk ibu, ini juga ada buat kamu Fi. Aku kira kamu belum sadar syukurlah kalo sudah sadar” ucap Nita
“Iya Nit, kamu repot-repot bawa sarapan ke sini” Fifi menunjukkan senyum palsunya
“Tidak repot kok” ucap Nita
“Mana makanannya” Dara mengambil makanan di tangan Nita “Ayo kita makan Fi kamu pasti laparkan, biar aku suapi” ucap Dara
“Aku bisa makan sendiri tan” Fifi hendak bangun dan hendak duduk namun Dara langsung melarangnya
“Jangan bangun Fi, kondisi kamu belum pulih jadi biar aku saja yang menyuapi” ucap Dara
“Iya tan” Fifi pun menuruti perintah Dara
Dar menyuapi makanan pada Fifi, Nita yang melihat itu ada rasa iri tapi segera ia tepisnya. Sewaktu dirinya sakit Dara tak pernah menyuapinya bahkan Dara tidak pernah menjenguknya di rumah sakit.
Raut kesedihan di wajah Nita terlihat jelas, meski ia mencoba menutupi tetap saja ia ingin diperhatikan oleh Dara, meski bukan ibu yang melahirkan Nita Dara sudah Nita anggap seperti ibunya sendiri. Namun sayang Dara tak pernah menganggap dirinya ada, seperti bukan menantunya.
“Oh iya Nit, mas Surya sudah berangkat bekerja?” tanya Fifi
“Ngapain dia tanya mas Surya, tidak tahu malu banget sih” ucap Nita dalam hati
Nita kesal, bisa-bisanya dia bertanya Surya padahal sudah jelas Nita istrinya.
“Iya mas Surya sudah berangkat bekerja, ada apa kamu menanyakan mas Surya Fi?” tanya Nita
“Tidak apa-apa, aku hanya ingin bertemunya saja kata tante Dara kemarin mas Surya khawatir banget sama aku makanya aku tanya sama kamu” Fifi mengembangkan senyumnya
“Lebih baik kamu fokus pada kesembuhan kamu Fi, tidak baik orang yang sedang sakit memikirkan suami orang” sindir Nita
Fifi yang mendengarnya merasa kesal, bahkan raut wajahnya berubah kini ia menatap tajam pada Nita sedangkan Nita biasa saja seperti tak ada apa-apa.
“Sudahlah jangan membuat keributan di sini lebih baik kamu pulang saja, Fifi sedang sakit jangan membuatnya tambah parah” ucap Dara
“Biar aku di sini saja bu, aku juga bawa baju ganti untuk ibu lebih baik ibu ganti baju dulu dan istirahat biar aku yang menjaga Fifi. Ibu pasti capek dari semalam menjaga Fifi” ucap Nita
“Ya kau benar juga, bajuku terasa lengket, Fi aku ganti baju dulu ya” ujar Dara
“Iya tante” jawab Fifi
Fifi merasa tidak nyaman jika Nita berada di sini, ingin rasanya dia mengusir Nita tapi nanti pasti Dara akan bertanya. Biarlah Fifi bertahan sebentar dulu sampai Dara keluar lalu nanti Dara sendiri yang akan mengusirnya.
Dara sudah mengganti pakaiannya, Dara duduk di sofa sedangkan Nita dudu di samping Fifi. Nita melihat kelelahan di wajah Dara jadi ia menyuruh Dara untuk beristirahat dan biar dirinya yang menjaga Fifi.
“Apa kau ingin sesuatu?” tanya Nita
“Boleh aku pinjam ponselmu?”
Hal itu membuat Nita mengkerutkan keningnya
“Untuk apa?” tanya Nita
“Aku ingin menghubungi seseorang” jawab Fifi
Nita mengeluarkan ponselnya dari dalam tasnya dan memberikan pada Fifi.
Fifi menerima ponsel Nita dan langsung mencari nomor yang akan dihubunginya.
“Halo” ucap Fifi
“Halo, siapa ya?” Surya heran karna suara itu bukanlah suara Nita tapi yang menghubunginya adalah Nita
“Ini aku Fifi mas” jawab Fifi
“Mas? Siapa yang ditelepon Fifi kenapa perasaanku mengatakan kalau aku mengenalnya” Nita membatin
“Oh kamu Fi, kok bisa kamu menggunakan ponsel Nita?” tanya Surya heran
“Iya mas, Nita ke sini karna ponsel aku rusak jadi aku meminjam punya Nita untuk menghubungi kamu. Oh iya kamu nanti pulang kerja ke sini kan mas Surya?” ucap Fifi
Deg
Nita tercengang dengan apa yang diucapkan oleh Fifi, bagaimana bisa dia menghubungi suaminya menggunakan teleponnya.
“Iya aku ke sana nanti, apa kamu sudah mendingan?” tanya Surya
“Iya aku sudah mendingan mas” jawab Fifi
“Cih bisa-bisanya dia seperti itu apa otaknya sudah bergeser akibat kecelakaan yang dialaminya. Tidak tahu malu sekali bicara seperti itu di depan istrinya. Aku rasa pelakor sekarang sudah mulai berani, kalau tidak karna sakit sudah aku jedotin kepalanya biar otaknya berfungsi” gerutu Nita dalam hati
“Ya sudah aku mau kerja dulu Fi, oh iya boleh tolong kasih ponselnya pada Nita aku ingin bicara sebentar” ucap Surya
“Oh iya mas” Fifi memberikan ponselnya pada Nita “Mas Surya mau bicara katanya” ucap Fifi
Nita mengambil ponselnya “Iya ada apa mas?” tanya Nita
“Aku nanti langsung ke rumah sakit ya, kamu pulang saja dulu. Mungkin aku akan gantian dengan ibu kasihan ibu sudah menjaga Fifi semalam” ucap Surya
Lagi-lagi Nita harus bersabar dengan keinginan sang suami “Iya mas, aku akan pulang setelah ibu sudah beristirahat” jawab Nita
“Ya sudah aku mau lanjut kerja”
“Iya mas”
Surya memutuskan sambungan teleponnya
“Mas Surya bicara apa?” tanya Fifi tidak tahu malu
“Mas Surya bilang kalau nanti harus hati-hati karna dia khawatir” ucap Nita bohong
Terlihat jelas wajah Fifi berubah datar, Nita sengaja membuat Fifi semakin panas. Siapa suruh dia menghubungi suami orang di depan istrinya.
Fifi tak menanggapi ucapan Nita, ia malah memejamkan matanya berpura-pura untuk tidur. Sementara itu Nita melihat pada Dara yang sepertinya sudah selesai beristirahat dan menghampiri Nita.
“Kamu pulang saja sana, kerjakan semuanya jangan lupa tanamannya disiram” ucap Dara
“Iya bu, ya sudah aku pulang dulu” Nita beranjak dari tempat duduknya dan keluar
*
Di perjalanan, Aryo yang baru saja pulang dari kantornya melajukan mobilnya ke sebuah toko kue untuk membelikan pesanan istrinya.
Aryo keluar dari mobil dan masuk ke dalam.
Setelah selesai membeli kue, Aryo kembali ke dalam mobilnya dan melajukannya.
Ketika di lampu merah, Aryo menoleh ke samping. Aryo melihat seorang perempuan yang menurutnya tidak asing bahkan wajahnya seperti mirip dengan istrinya. Aryo membuka jendela mobilnya, namun keberuntungan belum berpihak padanya lampu sudah hijau dan sepeda motor itu melaju dengan pesat.
“Kenapa aku merasa sangat dekat dengan dia, apalagi wajahnya yang mirip dengan istriku. Apa mungkin?” Aryo bermonolog
Tak mau berlarut dengan pikirannya, Aryo segera pulang karna sang istri sudah menunggunya di rumah.
Sesampainya di rumah, Aryo langsung turun dari mobilnya dan masuk ke dalam rumahnya.
“Assalamualaikum” ucap Aryo
“Waalaikumsalam” jawab Sinta
“Ini kue pesananmu” Aryo memberikan kue yang dibawanya pada Sinta
“Terima kasih ya mas” Sinta mengecup Aryo
Cup
“Kalau bonusnya seperti ini aku mau beliin kamu setiap saat” Aryo tersenyum jahil