Akibat kesalahannya di masa lalu, Freya harus mendekam di balik jeruji besi. Bukan hanya terkurung dari dunia luar, Freya pun harus menghadapi perlakuan tidak menyenangkan dari para sesama tahanan lainnya.
Hingga suatu hari teman sekaligus musuhnya di masa lalu datang menemuinya dan menawarkan kebebasan untuk dirinya dengan satu syarat. Syarat yang sebenarnya cukup sederhana tapi entah bisakah ia melakukannya.
"Lahirkan anak suamiku untuk kami. Setelah bayi itu lahir, kau bebas pergi kemanapun yang kau mau."
Belum lagi suami teman sekaligus musuhnya itu selalu menatapnya penuh kebencian, berhasilkah ia mengandung anak suami temannya tersebut?
Spin of Ternyata Aku yang Kedua.
(Yang penasaran siapa itu Freya, bisa baca novel Ternyata Aku yang Kedua dulu ya.)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Khawatir
"Freya ... " Teriak Tio yang tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Nafasnya memburu, jantungnya bertalu. Membuat Anisa yang sudah terlelap jadi tersentak.
"Mas, kamu kenapa? Kamu mimpi buruk?" tanya Anisa khawatir saat melihat suaminya terbangun dengan nafas memburu dan wajah diliputi kecemasan.
"Freya, Nis, Freya ... "
"Freya, kenapa dengan Freya? Kamu mimpiin Freya?" tanya Anisa dengan raut wajah ditekuk. Ia tak suka saat suaminya begitu mengkhawatirkan Freya. Ia memang sudah tau tentang Freya dan permasalahan yang membuatnya harus mendapatkan hukuman penjara.
"Mas mimpi buruk. Sepertinya telah terjadi sesuatu pada Freya. Mas mengkhawatirkannya. Mas takut, mas takut terjadi sesuatu padanya." Paparnya membuat Anisa memutar bola matanya.
"Mas, mas itu hanya bermimpi. Mimpi itu bunga tidur jadi mas nggak perlu terlalu khawatir. Dia pasti aman di sana dan takkan terjadi apa-apa padanya. Jadi mas sekarang tidur, ya. Mas masih masa pemulihan. Butuh istirahat yang banyak. Ingat, mas punya tanggung jawab bukan hanya pada adik mas itu, tapi pada kami, aku dan calon anak kita." Ucap Anisa sambil mengusap perutnya yang masih terlihat rata. "Selain itu, ingat, pekerjaan Mas sudah menumpuk. Gimana kalau tiba-tiba Mas diganti pak Gathan karena kelamaan libur? Cari kerja sekarang ini susah, Mas. Apalagi yang gajinya cukup tinggi. Jadi Nisa mohon sekali sama Mas, Mas harus memilah mana yang harus Mas lebih prioritaskan."
"Tapi Sa, Mas yakin kalau terjadi sesuatu dengan Freya. Mas khawatir. Dia adik Mas satu-satunya. Keluarga Mas satu-satunya. Mas nggak mau kehilangan dia. Mas nggak mau terjadi sesuatu padanya." Ucap Tio dengan mata berkaca-kaca. Tio sangat yakin telah terjadi sesuatu pada adiknya itu.
"Iya, iya, Nisa ngerti. Tapi mau bagaimana? Ini udah malam. Nggak mungkin kan kita ke sana malam-malam gini. Ini juga udah lewat jam berkunjung. Ya udah, gini aja, besok kita pergi liat adikmu. Tapi sekarang, kamu tidur ya, Mas.
Tio menghela nafas panjang, ia pun mengangguk meskipun terpaksa. Ia juga tidak mungkin memaksa pergi ke lapas di malam hari seperti ini. Selain karena jam berkunjung telah habis, istrinya juga sedang hamil muda. Sedangkan dirinya masih belum diizinkan untuk menyetir sendiri.
...***...
Abidzar beringsut dari tempat tidur menuju keluar kamar. Lalu ia menghempaskan tubuhnya di sofa tua yang ada di ruang tamu paviliun itu. Meninggalkan Freya yang masih terisak pilu di dalam sana.
Entah harus merasa senang atau sedih sebab ternyata ia merupakan laki-laki pertama bagi Freya. Sesuatu yang tak pernah ia sangka selama ini. Bahkan segala tuduhannya nyatanya tak terbukti.
Di balik sifat nakalnya di masa lalu, yang kerap bergonta ganti kekasih, bermesraan dengan banyak laki-laki, pergi ke club malam dan mabuk-mabukan, ternyata Freya masih mampu menjaga dirinya dengan baik. Padahal tak sedikit orang yang mencibir sepak terjang dirinya. Tak sedikit pula laki-laki yang memamerkan kemampuan bercinta perempuan itu. Seakan sebuah kebanggaan tersendiri bisa bercinta dengan perempuan cantik itu dan memamerkannya. Namun semua rumor itu kini terpatahkan. Ternyata si gadis yang kerap dianggap murahan oleh kaum perempuan tersebut masih bisa menjaga kesuciannya. Bahkan sampai di pernikahan keduanya.
Degh ...
Jantung Abidzar berdetak makin cepat saat menyadari sesuatu yang benar-benar tak terduga. Bahkan semua orang pun pasti takkan menduganya. Selain dikenal bukan perempuan baik-baik, Freya juga pernah menikah sebelumnya. Namun ternyata Freya masih suci setelah pernikahan pertamanya.
"Jadi ... suami sebelumnya pun belum pernah menyentuhnya?" Abidzar menelan ludahnya kasar. Fakta-fakta tak terduga ini seperti sebuah kejutan yang sukses membuatnya tercengang.
Abidzar meraup wajahnya frustasi. Dadanya seketika sesak saat mengetahui fakta tak terduga ini. Setelah hinaan demi hinaan yang ia lontarkan pada Freya ternyata semua tak terbukti. Ia bukanlah perempuan murahan seperti yang ia dan semua orang kira.
Sebenarnya apa yang terjadi? Ia jadi penasaran dengan sosok asli Freya yang dinilai banyak orang sebagai bukan perempuan baik-baik.
Detik demi detik waktu terus berganti. Tak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Suara isak tangis Freya pun sudah tak terdengar lagi. Sepertinya ia tertidur setelah kelelahan menangis.
Abidzar beranjak dari tempatnya duduk kemudian melangkahkan kaki menuju kamar Freya. Mendadak jantungnya berdegup dengan kencang. Ia gugup. Tapi entah dorongan dari mana, ia ingin melihat keadaan wanita yang baru saja ia gauli dengan paksa itu.
Entah setan mana yang merasukinya sehingga tega-teganya menggauli Freya tanpa pemanasan sama sekali. Dari isak tangisnya, Abidzar bisa merasakan betapa sakit dan perih yang Freya rasakan karena desakan miliknya yang terkesan brutal.
"Astaghfirullahal'adzim." Abidzar benar-benar menyesal telah memperlakukan Freya dengan begitu kasar. Ia juga benar-benar menyesal telah menghina dan mencaci makinya.
"Tapi ini tidak sepenuhnya salahku. Ini semua buah dari perbuatannya di masa lalu. Bahkan terakhir kali ia masuk ke penjara pun karena perbuatan buruknya pada keluarga Tjokroaminoto. Aku memang salah, tapi tidak sepenuhnya." Abidzar masih mencoba membela dirinya.
Tapi begitulah manusia, selalu saja melakukan pembelaan diri. Tak mau disalahkan sepenuhnya. Manusia juga sering menilai seseorang hanya dari apa yang dilihat. Padahal tidak selalu apa yang terlihat merupakan cerminan sifat aslinya. Padahal tidak semua yang terlihat sama seperti yang ada di pikiran kita.
Freya dulu memang sering bergonta-ganti pasangan. Ia juga kerap keluar masuk club malam dan mabuk-mabukan. Hal inilah yang membuat semua orang berpikir Freya bukanlah gadis baik-baik. Termasuk Abidzar. Namun siapa sangka, di tengah pergaulannya yang rusak, ia masih mampu menjaga diri.
Perlahan, Abidzar masuk ke dalam kamar Freya. Dengan jantung berdebar, ia pun mendekati ranjang dimana ternyata Freya sudah tertidur. Freya masih belum mengenakan pakaiannya. Ia masih polos seperti sebelumnya. Namun ada selimut tipis nan usang yang menutupi tubuhnya hingga bagian dada. Matanya terlihat sembab, membuat hati Abidzar terasa teriris.
Tiba-tiba Freya menggeliat membuat selimut yang menutupi tubuhnya sedikit merosot. Awalnya Abidzar ingin memalingkan wajahnya, tapi saat matanya mendapati sesuatu yang tak biasa, seketika matanya membeliak.
"Apa ini? Mengapa ... luka lebam apa itu?" Jantung Abidzar serasa dipompa kencang saat melihat luka lebam dan memar tak biasa di pundak dan dada Freya. Abidzar lantas memberanikan diri menyibak selimut tipis itu dan hatinya serasa diremas. Lebam dan memar itu ternyata tidaklah sedikit. Bahkan hampir setiap bagian tubuhnya dipenuhi luka serupa.
"Apakah ia mendapatkan kekerasan selama di dalam penjara?" Batinnya bertanya-tanya.
Seketika tangannya mengepal. Entah mengapa, dadanya bergemuruh saat melihat lebam-lebam yang sangat banyak itu. Ada yang terlihat baru, ada juga yang terlihat telah memudar. Hatinya bagai diiris sembilu. Ia tak menyangka, ternyata perempuan yang selalu berusaha bersikap baik-baik saja itu sebenarnya tidak sedang baik-baik saja.
...***...
...HAPPY READING 😍😍😍...
syediiih Thor