Tak semua perjodohan membawa kebahagiaan, hal ini terjadi pada Melisa Prameswari dan Dion Mahessa.
Keduanya menikah atas kesepakatan antara keluarga. Namun, setelah bertahun-tahun membina rumah tangga, tak ada kebahagiaan sama sekali.
Hingga satu hari, Dion dan Melisa pindah ke rumah baru dan saat itulah Melisa seolah menjadi sosok berbeda setelah bertemu dengan seorang pemuda bernama Arvino Sanjaya.
Puncaknya, saat Dion dengan mata kepalanya sendiri menyaksikan perselingkuhan istri dan tetangga nya itu.
Bagaimanakah nasib pernikahan Dion dan Melisa? Apakah akan berakhir atau sebaliknya, ataukah Melisa malah memilih Arvin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 - SANG PEBINOR
"Sayang, masih datang bulan?" Tanya Arvin, nafas nya memburu setelah ciuman panas nya dengan Melisa terlepas.
"Iya, tinggal dikit sih. Paling besok juga beres, terus mandi wajib." Jawab Melisa, dia merapatkan kancing daster nya, yang tadi nya sudah terbuka lebar karena tangan nakal Arvin yang membuka dan memainkan isi nya.
"Hmmm, kenapa gak sekarang saja sih, yang? Gak tahan nih."
"Ya terus mau gimana lagi? Aku nya belum selesai menstruasi, kamu nekat mau masuk ke dalam lubang aku? Apa gak jijik?" Tanya Melisa pada Arvin, membuat pemuda itu terdiam.
"Yaudah deh, aku nunggu kamu bersih aja. Sayang, malam ini nginep disini aja ya? Tidur sama aku, biar bisa meluk kamu sambil bobo."
"Hmm, iya. Paling nanti, aku pulang dulu buat nyalain lampu sama nutup gorden." Jawab Melisa, dia bangkit dari rebahan nya. Tapi, dengan cepat Arvin menarik Melisa agar duduk di pangkuan nya.
"Sayang ihh, kenapa?"
"Ya kamu yang kenapa? Aku cuma mau kamu duduk disini, sayang." Jawab Arvin, tangan nya mengelus lembut perut Melisa.
"Tangan kamu nya nakal, bisa diem gak sih? Aku geli ini."
"Nanti, disini bakalan ada anak aku." Ucap Arvin lirih, bibir nya terangkat ke atas membentuk senyuman manis.
"Kamu yakin ya?"
"Yakin, sayang. Aku ingin kamu hamil anak aku."
"Tapi, nanti gimana?"
"Gimana apa nya, sayang?" Tanya Arvin.
"Kalau bercampur benih nya gimana, sayang?"
"Bercampur sama punya siapa emang nya?" Tanya Arvin sambil kembali meremaas gundukan lemak yang menggantung indah di dada Melisa.
"Ya, sama punya Mas Dion dong. Aku kan masih punya suami, sayang."
"Jangan main sama suami kamu dong, yang."
"Tapi, aku seorang istri yang harus melayani kebutuhan suami, sayang."
"Hmmm, makanya ayo kita nikah. Biar kamu layanin aku aja." Ucap Arvin, membuat Melisa mendengus sebal. Melisa mencubit gemas kedua pipi Arvin.
"Gak bisa gitu dong, sayang."
"Kenapa?"
"Ada alasan yang gak bisa aku jelasin, sayang. Kamu tenang saja, kalau kita berjodoh pasti akan bisa bersama."
"Kapan, sayang?"
"Sabar ya?"
"Hmmm, gapapa. Tapi, kamu harus adil ya sama aku. Jangan cuma karena kamu punya suami, kamu abai sama jatah aku."
"Hmm iya iya, jadi aku harus layanin dua orang ya?"
"Iya dong." Jawab Arvin sambil menduselkan wajah nya di dada kenyal Melisa.
"Udah sore, aku pulang dulu ya?"
"Lho, ngapain? Katanya mau nginep disini, yang?"
"Mau ngunci pintu, terus nutup gorden sama nyalain lampu. Sebentar kok, gak lama."
"Aku anterin aja deh, takutnya ada hantu disana. Soalnya, rumah kamu itu lama kosong." Usul Arvin, sedangkan Melisa hanya mengangguk saja. Kedua pun keluar lewat pintu belakang, lalu masuk lewat pintu belakang juga.
Sesampai nya di rumah, Melisa langsung melakukan apa yang ingin dia lakukan, menyalakan lampu, menutup kain gorden, tak lupa mengunci pintu nya.
"Ngapain?" Tanya Melisa saat melihat Arvin celingukan, seperti mencari sesuatu.
"Ini, kenapa skincare nya masih penuh? Gak kamu pake hmm?"
"Hehe, gak enak lengket, yang. Belum terbiasa kayak nya."
"Di pake, sayang. Aku beli ini tuh mahal lho, sepaket ini 500 ribu. Masa gak mau di pake sih?" Tanya Arvin membuat Melisa terkejut begitu mendengar harga nya.
"Hah, lima ratus ribu? Mahal amat."
"Iya, aku beliin buat kamu, sayang. Jadi di pake ya? Kalau habis, kamu tinggal bilang aja nanti aku beliin yang baru." Ucap Arvin sambil merangkul pundak sang wanita.
"Hmmm, iya deh iya. Maafin ya?"
"Iya, di pake ya sayang. Sok, pake sekarang." Pinta Arvin, Melisa pun memakai krim nya secara merata. Setelah itu, barulah Arvin tersenyum secerah mentari pagi.
"Sudah, yang." Jawab Melisa.
"Harus di pake rutin, biar cepet keliatan hasil nya, sayang."
"Oke, sayang."
Arvin tersenyum lalu memeluk Melisa dari belakang, menyandarkan dagu nya di pundak wanita cantik itu.
"Makan malam sama apa, yang?" Tanya Arvin lirih.
"Kamu, mau nya sama apa?"
"Di rumah kan ada ayam, aku pengen makan nasi goreng, yang." Jawab Arvin, dia tak mau makanan yang merepotkan wanita cantik itu. Kalau hanya nasi goreng, mungkin tidak terlalu menyulitkan.
"Nasi goreng? Aku gak ada kecap, di kamu ada?"
"Ada sayang, tapi gak ada telor. Ada nya cuma telor aku doang, ini yang di bawa dua." Jawab Arvin sambil cengengesan.
"Itu mah mainan, bukan makanan."
"Hehe, iya. Mainin dong?"
"Nanti aja deh, jangan sekarang. Aku takut nya pengen nanti, kan nanggung kalo cuma basah doang." Jawab Melisa sambil tertawa.
"Gak usah nanggung, masukin aja."
"Isshh kamu ini.."
"Hehe, udah lah. Tadi kan lagi bahas nasi goreng, sayang."
"Kamu yang mulai lho, bukan aku."
"Iya juga sih, yuk sayang. Kamu bawa telor aja dari sini, gak usah bawa nasi." Ucap Arvin.
"Sama apa lagi?" Tanya Melisa.
"Gak ada, sayang. Disana masih ada sambel cumi buatan ayang."
"Oke, ayang." Jawab Melisa, kedua nya pun pergi ke dapur dengan Arvin yang tetap memeluk Melisa dari belakang, pria itu rela berjalan seperti penguin hanya karena tak mau melepaskan pelukan nya.
"Sayang, minggir dulu dong."
"Memang nya kenapa?" Tanya Arvin seolah tanpa rasa bersalah sedikit pun.
"Susah, sayang."
"Gapapa, aku rela berjalan seperti ini dari pada harus lepasin pelukan nya." Jawab Arvin, membuat Melisa terkekeh. Meskipun dia cukup kesal, tapi dalam hati dia merasa sangat senang. Baru kali ini ada pria yang menempel padanya seperti Arvin.
Setelah mengambil bahan-bahan yang lain, Arvin dan Melisa pun pergi ke rumah pemuda itu. Melisa pun menyiapkan bahan-bahan untuk memasak nasi goreng.
"Yang, gak ada sayuran?" Tanya Melisa saat melihat tak ada sayuran.
"Di kulkas masih ada, yang."
"Ohh oke." Jawab Melisa, dia pun membuka kulkas dan mengambil sayur caisim, kol, juga toge. Biasa nya memasak nasi goreng, Melisa memang suka di banyakin sayur nya.
"Mau pake sayur sebanyak ini, yang?"
"Gak suka ya? Kalau aku suka nya nasi goreng banyak sayur nya, sayang." Jawab Melisa sambil menatap pemuda di depan nya.
"Enak-enak aja kok, lagian aku suka sayur."
"Kali aja kamu gak suka."
"Suka dong, apalagi kamu yang masak. Pasti suka."
"Gombal." Ucap Melisa sambil terkekeh.
"Lho kok gombal sih, aku serius lho ini sayang."
"Iya deh, percaya."
"Yang, banyakin nasi nya ya. Kamu tahu sendiri porsi makan aku gimana, hehe."
"Iya siap." Jawab Melisa. Wanita itu pun memasak, sedangkan Arvin berkutat dengan pekerjaan nya di dalam laptop.
"Lagi ngerjain apa sih? Fokus amat." Tanya Melisa, sambil menyajikan sepiring nasi goreng yang terlihat sangat menggugah selera, aroma nya membuat perut Arvin meronta minta di isi.
"Ini lagi nyelesain kerjaan, yang."
"Kamu kerja apa sih?"
"Kerja online, sayang." Jawab Arvin sambil tersenyum menatap Melisa.
"Ohh, sekarang kerja bisa online ya."
"Bisa dong."
"Uang nya halal gak, yang?" Tanya Melisa sambil terkekeh.
"Ya halal dong, sayang. Aku mana berani ngasih uang sama kamu kalau itu haram." Jawab Arvin, dia tersenyum manis hingga mata nya menyipit.
"Hehe, ya kali aja gitu."
"Enggak kok, yang. Kamu tenang aja, aku gak bakalan ngasih kamu uang gak bener." Jawab Arvin lagi.
"Makan dulu, nanti lanjut kerja."
"Oke calon istri." Jawab Arvin bersemangat, dia pun meletakan sejenak pekerjaan nya, lalu makan dengan lahap.
"Gimana?"
"Enak nya pake banget, yang."
"Serius?" Tanya Melisa sambil menatap Arvin yang makan dengan lahap. Pemuda itu menganggukan kepala nya.
"Seriusan dong, kamu bisa lihat dari ekspresi aku, sayang." Jawab Arvin.
"Syukurlah kalau kamu suka, makan yang banyak."
"Kamu juga makan, yang."
"Iya, sayang." Melisa pun ikut makan, dia makan dengan perlahan, berbeda dengan Arvin yang sangat lahap, seperti tak makan berhari-hari. Tapi, saat melihat selera makan Arvin luar biasa lahap nya, itu selalu membuat mood nya membaik.
Pemuda itu terlihat senang meskipun di masak kan menu yang sederhana sekalipun, berbeda jauh dengan suami nya yang selalu harus makan dengan lauk yang enak. Selama menikah dengan Dion, Melisa hampir tak pernah memasak nasi goreng, apalagi untuk suami nya.
Paling, Melisa hanya memasak nasi goreng untuk dirinya sendiri. Kalau pun pria itu mau makan nasi goreng buatan nya, itu haruslah nasi goreng mewah dengan topping seafood seperti udang atau cumi.
.......
🌻🌻🌻🌻