Masih berstatus perawan di usia yang tak lagi muda ternyata tidak mudah bagi seorang gadis bernama Inayah. Dia lahir di sebuah kota kecil yang memiliki julukan Kota Intan, namun kini lebih dikenal dengan Kota Dodol, Garut.
Tidak semanis dodol, kehidupan yang dijalani Inayah justru kebalikannya. Gadis yang lahir tiga puluh tahun yang lalu itu terpaksa meninggalkan kampung halaman karena tidak tahan dengan gunjingan tetangga bahkan keluarga yang mencap dirinya sebagai perawan tua. Dua adiknya yang terdiri dari satu laki-laki dan satu perempuan bahkan sudah memiliki kekasih padahal mereka masih kuliah dan bersekolah, berbeda jauh dengan Inayah yang sampai di usia kepala tiga belum pernah merasakan indahnya jatuh cinta dan dicintai, jangankan untuk menikah, kekasih pun tiada pasca peristiwa pahit yang dialaminya.
Bagaimana perjuangan Inayah di tempat baru? Akankah dia menemukan kedamaian? Dan akankah jodohnya segera datang?
Luangkan waktu untuk membaca kisah Inayah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lailatus Sakinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berkenalan
Berita kembalinya direktur dari perusahaan tempat Inayah bekerja ternyata sudah menyebar di grup karyawan. Beberapa foto direktur muda, tampan dan terlihat cerdas berseliweran dikirim oleh para karyawan terutama mereka yang bekerja di lobby.
Staf resepsionis menjadi admin grup whatsapp yang anggotanya terdiri hampir sembilan puluh lima persen adalah karyawan wanita, termasuk Dita yang juga masuk grup WhatsApp itu.
Persiapan pesta penyambutan pun sudah mulai dilakukan, staff sekretaris dan humas kantor menjadi yang paling sibuk menyiapkan pesta yang akan digelar Sabtu malam itu, mereka sebagai penanggung jawab langsung acara penting itu . Satu minggu dari sekarang tepatnya.
"Pagi ini semua staff kebersihan akan dikumpulkan, kita akan mendapat tugas tambahan saat pesta nanti." ucap Dita saat kedua sahabat yang sudah siap dengan seragam kerjanya, keluar bersamaan dari ruang khusus petugas kebersihan perempuan berjalan menuju ruang yang sudah ditentukan untuk mereka berkumpul menerima pengarahan.
"Tapi tenang saja, bayaran lembur kalau ada pesta seperti ini lebih gede dari lembur biasanya. Lumayanlah bisa beli skincare sambil jalan-jalan ke mall, hihi ..." Dita terkikik saat mengatakan kalimat terakhirnya, Inayah hanya tersenyum sambil mengangguk-anggukan kepala tanpa faham. Ini adalah pengalaman pertamanya.
"Perhatian!" seorang laki-laki berperawakan tinggi besar dengan stelan jas lengkas dengan dasi memberi instruksi agar semua fokus padanya.
"Pagi ini, kalian akan mendapatkan arahan mengenai tugas yang harus kalian kerjakan pada acara penting minggu depan. Jadi, tolong simak baik-baik dan jangan pernah berpikir akan melakukan kesalahan sekacil apapun karena kami tidak akan mentolerir hal itu." tegas, mengandung setengah ancaman membuat siapapun yang mendengarnya bergidik ngeri.
Inayah membulatkan matanya, daei ekspresi wajah dan intonasi bicara laki-laki yang berdiri di depannya jelas kedisiplinan menjadi hal yang paling harus diutamakan.
"Sekarang, Bu Anggita dari staf sekretaris direktur akan menyampaikan langsung apa saja tugas kalian, apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Silakan dengarkan dengan baik, faham?!"
"Siap faham!" semua petugas kebersihan yang terdiri dari dua puluh orang itu, tepatnya dua belas orang perempuan dan delapan orang laki-laki kompak menjawab siap.
"Silakan Bu." laki-laki itu mempersilakan dan dijawab anggukan kepala oleh seorang wanita yang sangat cantik di mata Inayah, penampilannya begitu sopan khas seorang sekretaris. Rambutnya disanggul rapi, make up yang digunakannya minimalis, menampilkan aura kecantikan yang sesungguhnya. Membuat siapapun yang melihatnya pasti tertarik untuk terus menatapnya, termasuk Inayah.
Dengan wajah antusias Inayah menyimak dengan fokus setiap kata yang diucapkan oleh Bu Anggita. Dia faham apa yang akan menjadi tugasnya Sabtu malam nanti. Kostum khusus yang bisa menjadi milik pribadi jika acara sudah selesai akan para petugas dapatkan, kostum yang berbeda dengan seragam kerja yang biasa mereka pakai namun tetap beridentitas El-Malik Grup.
Ya, perusahaan tempat Inayah bekerja adalah salah satu anak cabang dari El-Malik Grup. Sebuah perusahaan yang sudah menginternasional dengan bisnis di berbagai sektor. Perusahaan tempat Inayah bekerja adalah perusahaan yang bergerak di bidang fashion.
Hampir setiap bulan perusahaan El-Malik Fashion secara konsisten mengeluarkan produk fashion terbaru. Beberapa store khusus brand El-Malik Fashion juga sudah berdiri di berbagai kota besar. Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Makasar, Palembang dan Pekan Baru. Selain itu butik-butik brand El-Malik Fashion juga sudah mulai menjamur di Jakarta.
Selain menghasilkan produk berkualitas, harga yang disuguhkan juga terjangkau untuk lapisan masyarakat menengah ke bawah. El-Malik Fashion juga banyak menggait para desainer lokal yang berbakat. Di El-Malik Fashion karya-karya mereka benar-benar dihargai dengan selayaknya.
Tidak heran jika perusahaan yang dibangun oleh putri sulung pemilik El-Malik Grup itu berkembang dengan pesat dalam jangka waktu lima tahun ini.
Kini tampuk kepemimpinan El-Malik Fashion diserahkan kepada adik bungsunya yang baru menyelesaikan pendidikan magisternya di Amerika setelah sempat terputus satu semester karena dia membantu sang kakak mengembangkan bisnisnya.
Kini Dia telah kembali, saudara kembar beda profesi itu kini tengah duduk di kursi kehormatan yang berada di atas podium menunggu kehadiran anggota keluarga El-Malik yang belum tampak lengkap. Seperti biasanya, sekecil apapun sebuah perayaan keluarga El-Malik akan selalu hadir untuk saling mensupport. Keharmonisan keluarga mereka benar-benar menjadi idaman semua orang.
"Masya Allah, tamunya enggak kaleng-kaleng ya Dit. Aku sering melihat orang-orang itu di televisi." Inayah dan Dita yang menjadi bagian dari petugas kebersihan acara malam itu sudah siap di posisinya masing-masing. Mereka siaga satu dengan tugasnya untuk memastikan tempat acara tetap steril selama acara berlangsung.
"Mereka kan keluarga konglomerat, wajarlah relasinya pejabat dan selebritis."
"Iya, keren."
"Dit, jadi mereka kembar ya? Mirip banget. Aku jadi bingung mana bapak direktur yang pernah menyapaku waktu itu." Inayah tergelak sendiri saat mengatakannya, jika dipikirkan kejadian waktu itu membuatnya tertawa sendiri. Untung saja dia bersikap sopan saat disapa orang itu, padahal biasanya kalau dalam keadaan kaget sebagian orang ada yang tidak bisa mengontrol sikapnya.
Deg ...pikiran Inayah jadi bertambah, apakah bos nya itu mendengar percakapannya dengan sang ibu? Ah entahlah yang penting pekerjaannya aman, tidak membuatnya mendapat masalah apalagi dipecat. Mencari pekerjaan sangat tidak mudah. Selama setahun ini Inayah sudah mencoba melamar sesuai ijazahnya, tetapi sampai saat ini satu tahun dia menjalani pekerjaan menjadi petugas kebersihan di El-Malik Fashion tak kunjung mendapat panggilan dari pekerjaan yang dilamarnya.
Syukuri apa yang ada, menikmati setiap prosesnya adalah hal yang Inayah lakukan dengan suka cita selama ini menjadi petugas kebersihan. Berseragam putih biru khas El-Malik Fashion.
Acara berlangsung sangat meriah, semua anggota keluarga, anak cucu pemilik El-Malik Grup hadir di sana..Inayah juga melihat Rani sahabatnya yang tampak lain malam hari ini. Rani memakai gaun yang sangat indah sekali, gaun pesta yang didapatnya dari sang bos yang merupakan cucu pertama dari El-Malik Grup karena dia harus mendampingi setiap kegiatan bosnya.
Acara berlangsung dengan sangat meriah, setelah rangkaian sambutan, dipungkas dengan pidato sang direktur yaitu Hasan Muhammad El-Malik yang merupakan saudara kembar dari Husein Muhammad El-Malik, seorang dokter spesialis anak. Satu-satunya putra El-Malik yang mengikuti jejak kakak keduanya yang juga selain seorang pengusaha sukses juga seorang dokter spesialis. Ariq Rafandra Malik.
Inayah sibuk membantu tim catering melayani para tamu. Ketika menjalankan tugasnya beberapa orang tampak memerhatikan Inayah, mungkin karena dia berpenampilan berbeda dengan pegawai yang lain. Kemeja panjang, rok dan jilbab lebar, Inayah bersyukur requestnya di terima dan tidak jadi masalah. Sementara pegawai yang lain memakai celana panjang dan kemeja lengan pendek dengan rambut dikuncir agar terlihat lebih rapi dan gesit saat bekerja.
Meskipun Inayah berjilbab lebar, hal itu tidak membuatnya merasa kesulitan ketika bekerja. Dia dengan sigap dan rapi melakukan apa yang menjadi tugasnya.
"Hey, tolong bantu aku membawa minuman ini ke tepi kolam ya. Sekalian membawa piring kotor yang ada di meja itu." salah satu petugas catering bername tag Randi meminta bantuan Inayah.
Inayah yang baru selesai dengan tugasnya pun segera melangkah menuju Rendi yang tampak kerepotan.
"Baik, Kak." Inayah mendorong troli yang berisi gelas dengan minuman beraneka warna dan rasa tentunya.
"Nanti kamu bersihkan dulu mejanya, baru aku yang akan menaruh gelasnya." Titah Randi,
"Baik, Kak." Keduanya melangkah menuju pintu samping ruang tempat acara, di sana ada sebuah kolam yang di sisi-sisinya ada meja-meja yang sengaja disiapkan untuk para tamu.
"Permisi Tuan-Tuan, izin merapikan mejanya terlebih dahulu." Randi demgan sopan dan sedikit menunduk meminta izin untuk melakukan pekerjaannya. Inayah pun mengikuti arahan Rendi dengan baik.
"Permisi Tuan." mengikuti sapaan Rendi Inayah mulai melakukan tugasnya untuk mengambil beberapa piring dan gelas kosong yang ada di atas meja itu
Meja yang dihuni oleh empat orang laki-laki. Tapi Inayah tidak melihat wajah setiap tamu itu, sedari yadi dia hanya mengangguk dan sedikit tersenyum berusaha ramah namun dnegan pandangan yang tertunduk.
"Kamu tidak kesulitan bekerja dengan jilbab selebar itu?" tiba-tiba celetukan salah satu orang yang duduk di meja itu terdengar oleh semua.
Inayah pun mendongak, tatapannya bersirobok dengan orang yang menjadi pusat sumber suara.
"Alhamdulillah tidak tuan." jawab Inayah sopan, dia sedikit tersenyum dan kembali menundukan pandangannya.
"Hey, kamu karyawan yang waktu itu ya?" Seseorang yang tadi bertanya kembali melontarkan pertanyaan pada Inayah, membuat gadis itu kembali mendongak dan mengangguk setelah beberapa detik mengingat wajah yang ada di hadapannya.
"Kamu bekerja sebagai office girl?" tanyanya lagi,
"Iya, Tuan."
"Sehari-hari berpenampilan seperti ini saat bekerja?"
"Iya, Tuan."
"Tidak gerah?" susulnya lagi,
"Tidak mengganggu gerakan kamu?"
"Tidak, Tuan."
"Hey, pertanyaan lo udah kayak wartawan aja." salah satu tamu lainnya menyela,
"Oke, kalau gitu kenalkan aku Hasan, boleh kita berteman?" tanyanya lagi sembari mengulurkan tangan untuk berjabat tangan ke hadapan Inayah.
padahal aku pengen pas baca Inayah ketemu sama siapa ya thor...🤔🤔🤔🤔🤔 aku kok lupa🤦🏻♀️