Hari pernikahan harusnya menjadi momen yang sangat di tunggu serta membahagiakan.
Namun hal itu berbanding terbalik dengan apa yang di rasakan Ivana Faderica dan Gevariel Marcio.
Ivana mendapatkan sebuah penghianatan di hari pernikahannya, sedangkan Gevariel pun di tinggal sang kekasih tepat beberapa jam sebelum pernikahannya di langsungkan.
Seolah di pertemukan oleh takdir sehingga Gevariel pun menawarkan sebuah kesepakatan pada Ivana demi menyelamatkan reputasi serta nama baik keluarganya dengan imbalan pemuda itu mau membantu Ivana membalaskan dendamnya.
Apakah nantinya mereka dapat melewati hari-hari sebagaimana pasangan suami istri pada umumnya?
Dapatkan mereka saling jatuh cinta dengan seiring berjalannya waktu?
Ikuti kisah mereka berdua dengan adanya sedikit aksi balas dendam, air mata serta rasa suka cita...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ennita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
❤️ Happy Reading ❤️
''Have fun ya sayang...mama sangat berharap sepulang dari sana, mama dapat kabar baik.'' kata mama Cecil saat Ivana dan Geva hendak pergi.
Lagi...lagi perkataan sang ibu mertua membuatnya merasa tak enak hati.
''Ma.'' tegur papa Geri yang melihat perubahan raut wajah sang menantu.
''Maaf ya sayang kalau ucapan mama...'' ucap mama Cecil dengan tangan yang menggenggam kedua tangan Ivana, tak lupa dirinya juga sedikit memberikan usapan di punggung tangan sang menantu.
''Ah gak apa-apa kok ma, pertanyaan semacam itu memang hal yang wajar.'' kata Ivana yang berusaha biasa-biasa saja.
''Ayo, semuanya sudah siap.'' ajak Geva merangkul pundak Ivana dengan sebelah tangannya.
Mereka berdua pun berpamitan pada mama Cecil dan papa Geri lalu melenggang pergi menuju ke arah tangga pesawat pribadi keluarga mereka.
''Apa yang di katakan mama jangan terlalu di pikirkan...jangan terlalu di ambil hati.'' kata Geva. ''Nanti malah bikin kamu stress loh.'' peringatnya lagi.
''Hem iya.'' jawab Ivana.
Tak membutuhkan waktu yang lama untuk mereka sampai dan mendarat di bandar udara I Gusti Ngurah Rai, Bali.
Sesampainya di sana, mereka sudah di jemput peluh salah satu pegawai resort keluarga Marcio, yang dimana tempat itu adalah tempat mereka menginap selama di Bali.
❤️
Satu kata yang keluar dari mulut Ivana begitu mereka sampai...'Wow'.
Tempat yang mereka pakai adalah area pribadi keluarga Marcio, jadi tak pernah di sewakan oleh siapa pun dengan berapa pun nominalnya.
''Ini indah banget mas.'' ucap Ivana saat dirinya langsung berdiri di luar dan menatap keindahan pemandangan dari tempatnya berdiri.
Apalagi keindahan itu di tambah lagi dengan banyaknya bintang yang bertaburan di atas sana.
''Kamu suka?'' tanya Geva yang berdiri di samping Ivana.
''He'em...suka banget.'' jawab Ivana.
''Baguslah kalau kamu suka, karena ini adalah tempat pribadi untuk keluarga kita.'' sahut Geva yang membuat Ivana langsung menatapnya dengan tatapan penuh tanya. ''Khusus area ini sama sekali tak pernah di sewakan.'' sambungnya lagi
''Sudah sekarang lebih baik kamu istirahat biar besok lebih seger dan kita bisa jalan-jalan.'' kata Geva lagi.
''Hem baiklah, kalau begitu aku kedalam.'' kata Ivana. ''Kamu juga.'' sambungannya dengan menghentikan langkah kakinya sejenak.
Ivana langsung membersihkan tubuhnya dan juga tak lupa untuk menganti pakaiannya.
Setelah itu baru membaringkan tubuhnya di atas ranjang.
Baru saja matanya tertutup...namun harus terbangun lagi karena merasa ranjang yang dia tempati bergerak akibat ada orang yang naik kesana.
''Maaf...maaf...aku ganggu kamu ya?'' tanya Geva.
''Sama sekali enggak kok, lagian aku juga belum benar-benar tidur.'' jawab Ivana.
''Vi.'' panggil Geva setelah beberapa saat sunyi.
''Hem.'' sahut Ivana.
''Kirain kamu sudah tidur.'' kata Geva.
''Ini baru mau, tapi gagal gara-gara mas Geva panggil nama aku.'' sahut Ivana.
''Ah maafkan aku, sekarang kita tidur.'' ucap Geva.
Hening...sama sekali tak ada pembicaraan lagi, sehingga membaut mereka lama-lama memejamkan matanya dan tertidur hingga pagi.
❤️
''Hoam...''
''Sudah bangun?'' tanya Geva yang membuat Ivana secara spontan langsung menutup mulutnya yang tadi terbuka lebar saat menguap.
Dirinya benar-benar tidak sadar tadi, sehingga membuat dirinya malu sendiri saat ini.
''I...iya mas.'' jawab Ivana terbata.
''Sebentar lagi akan ada yang mengantarkan sarapan pagi kesini.'' kata Geva memberi tahu. ''Jadi lebih baik kamu bersih-bersih dulu dan kita sarapan bersama.'' sambung Geva.
Mendengar seperti itu membuat Ivana langsung turun dari peraduannya menuju ke arah kamar mandi.
''Aduh...lupa lagi kalau gak bawa handuk.'' kata Ivana dengan menepuk pelan keningnya.
Dia benar-benar merutuki kebodohannya kali ini.
Tok
Tok
Tok
''Vi.'' panggil Geva. ''Apa masih lama? ini makanannya sudah datang loh...nanti keburu dingin, gak enak.'' kata Geva di balik pintu kamar mandi bagian luar.
''Iya mas.'' jawab Ivana dengan berjalan mondar-mandir di kamar mandi.
Padahal dirinya sudah dari tadi selesainya. Dia hanya bingung bagaimana caranya untuk keluar.
''Gak ada jalan lain.'' gumam Ivana. ''Harus minta bantuan dia nih.'' imbuhnya.
''Tapi...ah enggak...enggak..malu.'' lirih Ivana lagi. ''Nanti bagaimana kalau dia malah menyangka aku mau menggodanya di sini.'' pikir Ivana lagi.
''Tapi...ah masa bodohlah, dari pada aku harus disini seharian.'' kata Ivana. ''Lagian kami kan memang sudah suami istri.'' sambungnya lagi.
''Mas...'' seru Ivana.
''Iya ada Vi?'' tanya Geva yang langsung berdiri di depan pintu kamar mandi.
''Em...'' gumam Ivana yang masih bisa di dengar oleh Geva.
''Ivana, are you ok?'' tanya Geva yang mulai sedikit cemas. ''Kamu baik-baik saja Vi?'' tanyanya lagi.
''Iya mas aku baik-baik saja, tapi...'' sahut Ivana.
''Tapi apa IVANA?'' tanya Geva dengan sudah tidak sabar, bahkan telah memotong perkataan Ivana.
''Aku mau minta tolong mas Geva buat ambilin aku handuk.'' kata Ivana. ''Karena di sini sama sekali gak ada handuk mas.'' cicitnya.
''Ya ampun Vi, aku pikir kamu kenapa-napa.'' kata Geva yang merutuki kebodohannya karena terlalu cepat mengambil kesimpulan.
''Vi,ini handuknya.'' seru Geva begitu sudah kembali lagi ke sana dengan sebuah handuk yang sudah berada di salah satu tangannya.
Cklek
''Mana mas?'' tanya Ivana yang hanya menyembulkan kepalanya di daun pintu dengan sebelah tangan yang sudah menjulur.
''Nih.'' kata Geva sambil meletakkan handuk tersebut di tangan Ivan. ''Cepat keluar.'' sambungnya lagi sebelum benar-benar pergi dari depan kamar mandi.
❤️
Selesai berganti pakaian dan berdandan tipis-tipis, Ivana berjalan menghampiri Geva yang sudah duduk di luar dengan sarapan mereka di depannya.
''Loh mas belum sarapan?'' tanya Ivana yang melihat makanan milik Geva ternyata juga masih utuh.
''Belum, nunggu kamu.'' jawab Geva. ''Gak enak makan sendirian.'' sambungnya lagi.
Mereka menikmati sarapan mereka di luar, lebih tepatnya di sekitar area kolam renang pribadi dengan pandangan alam yang indah, udara yang masih segar dan ati lupa juga dengan sinar matahari pagi yang sangat baik untuk tubuh.
''Seperti kataku kemarin, kalau aku di sini juga untuk bekerja.'' kata Geva seusai sarapan. ''Aku akan mengunjungi hotel untuk memeriksa pembukuan di sana, juga di resort.'' kaya Geva lagi memberi tahu kegiatan dirinya hari ini. ''Apa mau ikut?'' tanya Geva.
''Apa gak apa-apa kalau aku ikut?'' tanah balik Ivana.
''Tentu saja, lagian aku bisa sekalian memperkenalkan dirimu sebagai istri sekaligus menantu keluarga Marcio.'' jawab Geva.
''Em baiklah kalau gitu aku mau ikut.'' sahut Ivana. ''Lagian aku pasti juga bosen kalau di sini sendirian.'' sambungnya lagi.