Premarital Agreement

Premarital Agreement

Bab 1

❤️ Happy Reading ❤️

''Hah...apa-apaan ini?'' tanya Ivana yang baru saja masuk dan langsung syok melihat dua orang yang sangat dia kenal sedang berdiri di altar seusai mengucap janji suci pernikahan.

Semua orang langsung menatap ke arah pintu masuk yang di mana ada sosok Ivana Faderica di sana dengan mengenakan pakaian pengantinnya.

''Ya seperti yang kamu lihat...kami baru saja menikah.'' sahut Lucy dengan entengnya.

''Apa maksud semua ini...?'' tanya Ivana yang kali ini tatapan matanya mengarah ke arah mempelai pria yang seharusnya sebanyak lagi menjadi suaminya.

''Apa masih kurang jelas yang aku katakan!'' seru Lucy.

''Tapi kenapa Andrew...bukannya kita saling mencintai dan kita akan menikah hari ini?'' tanya Ivana dengan suara yang bergetar. ''Tapi apa ini...'' kata Ivana lagi.

''Aku tidak mencintaimu, aku mencintai Lucyana dan asal kamu tau aku mendekatimu hanya semata-mata agar aku bisa lebih dekat dengan Lucy.'' jawab Andrew dengan mata yang menatap ke arah Lucy.

''Enggak...kamu pasti bohong.'' sahut Ivana sambil menggelengkan kepalanya seakan tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya.

''Tapi itu kenyataannya.'' tandas Andrew.

''Tapi kenapa...kenapa tepat di hari dimana kita akan melangsungkan pernikahan?'' tanya Ivana. ''Kenapa Andrew!'' bentak Ivana.

''Sudahlah Ivana...lebih baik kamu diam dan jangan buat keributan di sini.'' kata Mery ibu dari Lucy.

''Bisanya cuma bikin masalah dan buat malu saja.'' timpal Thomas yang merupakan ayah dari Lucy dan juga adik dari mendiang ayah Ivana.

Sedikit cerita Ivana adalah seorang gadis yatim piatu yang dimana kedua orangtuanya meninggal akibat sebuah kecelakaan.

Dan semenjak saat itu Ivana kecil harus tinggal bersama adik angkat dari ayahnya yaitu Thomas karena hanya dia kerabat satu-satunya yang dimiliki oleh keluarga Ivana.

''Kamu itu gak pantas bersanding dengan putraku...dasar gadis yatim piatu.'' tandas Rita ibu dari Andrew.

''Kalau kamu masih buat keributan pergi dari sini dan satu lagi...jangan pernah injakkan kakimu di rumah kami lagi setelah kamu membuat malu seperti ini.'' kata Mery.

''Huh baiklah...tapi ingat satu hal...aku akan membalas semua ini... membalas semua rasa sakitku pada kalian semua.'' kata ivana penuh dengan kebencian. ''Ingat itu!'' peringatnya.

''Ya...ya...ya...ya...'' sahut Mery dengan tangan yang mengibas-ngibas seolah meminta Ivana segera pergi.

Setelah mengatakan hal itu, Ivana pun langsung berlari menjauh dari sana.

Dadanya terasa sangat sesak..dia ingin segera menumpahkan semua yang dia rasakan.

Ivana berusaha sekuat mungkin untuk tegar dan tak terlalu menangis di sana tadi...tapi nyatanya semua itu tak sanggup di tahannya lebih lama lagi.

❤️

Brak

''Apa-apaan ini!'' seru seorang pemuda yang bernama Gevariel Marcio sambil melemparkan ponselnya.

Membaca pesan yang di kirimkan seseorang di nomornya membuat dirinya sangat kecewa.

Ya yang mengirimkan pesan adalah sang kekasih.

Kekasih yang akan di nikahinya pada hari ini, kekasih yang telah di perjuangkannya selama ini.

Geva merasa sangat marah dan geram karena biasa-bisanya kekasihnya pergi meninggalkannya tepat sebelum dua jam mereka menikah.

''Apa kariernya lebih penting dari pernikahan kami...'' gumamnya dengan kesal, terbukti bahwa saat ini tangannya sedang terkepal dengan kuat sampai menampilkan buku-buku tangannya.

''Kalau memang tak bisa menikah hari ini, kenapa kemarin tak mengelak.'' kesal Geva. ''Kenapa harus pergi sekarang...kenapa...kenapa...'' seru Geva dengan nafas yang memburu.

''Terus bagaimana ini tuan?'' tanya Antoni sang asisten setia, walaupun takut karena emosi sang tuan muda tak stabil...tapi ia harus tetap menanyakan hal ini.

''Pikir nanti...kepalaku pusing hingga terasa mau pecah.'' sahut Geva dengan menarik rambutnya. ''Aku mau kamu mengirim orang untuk memantau Rosa...'' perintah Geva.

''Baik tuan...perintah di laksanakan.'' jawab Antoni dan langsung dengan sigap menghubungi seseorang seperti apa yang di perintahkan sang atasan.

Geva masih tak habis pikir dengan semua yang di lakukan kekasihnya ini.

Mau di taruh dimana mukanya jika pernikahan ini batal secara mendadak dan bisa di pastikan reputasi keluarga besarnya pun akan ikut hancur...enggak...Geva gak mau semua itu terjadi...Geva gak mau membuat seluruh keluarganya kecewa terutama kedua orangtuanya.

''Ke danau sebentar An, aku butuh memenangkan pikiran sejenak.'' kata Geva. ''Dan jangan katakan apapun mengenai hal ini pada keluargaku tanpa terkecuali.'' tegasnya.

''Baik tuan.'' jawab Antoni.

''Keluargaku sudah tak menyukaimu...tapi aku tetap bertahan sampai di tahap ini...kenapa kamu malah menghancurkannya dan itu akan membuat keluargaku semakin membencimu.'' kata Geva dalam pikirannya.

Setelah beberapa menit menempuh perjalanan...akhirnya mereka sampai juga di tempat tujuan...danau buatan yang terletak di pusat kota, namun akan sepi jika bukan di akhir pekan seperti sekarang ini.

''Kita sudah sampai tuan.'' kata Antoni yang memberi tahu tuan mudanya yang sepertinya sedangan melamun hingga tak sadar jika mereka sudah sampai.

''Hem...tunggu sebentar aku di sini, aku hanya ingin menyendiri sejenak.'' kata Geva lalu keluar dari dalam mobilnya.

❤️

''Argh...kenapa kalian semua jahat!'' seru Ivana.

''Bengsek...brengsek...brengsek.'' serunya lagi.

''Hiks...hiks...hiks...ayah ibu kenapa kalian meninggalkanku sendiri di sini...kenapa kalian tak mengajakku pergi bersama kalian.'' lirih Ivana. ''Kenapa!'' teriak Ivana.

Geva yang baru datang pun tersentak kaget mendengar suara seorang wanita...teriakkan yang menyimpan sebuah kesedihan di dalamnya.

Geva semakin berjalan mendekat...dari arah pandanganya saat ini dirinya bisa melihat seorang wanita sedang memakai pakaian pengantin meski dari belakang.

''Apakah wanita ini mengalami hal yang sama seperti yang aku alami?'' gumam Geva. ''Hah ternyata tak hanya aku yang terlihat menyedihkan.'' gumamnya lagi.

''Khem.'' dehem Geva. ''Kamu mengganggu indra pendengaranku.'' katanya lagi seraya berjalan mendekat ke arah Ivana.

Ivana yang mendengar suara orang lain sontak saja langsung membalikkan tubuhnya.

''Kamu...sejak kapan kamu di situ?'' tanya Ivana. '' Dan untuk apa kamu di sini?'' tanyanya lagi.

''Bukannya ini tempat umum.'' sahut Geva. ''Dan aku di sini sejak seseorang berteriak-teriak sepeti orang gila...'' sambungannya yang membuat Ivana langsung melebarkan kedua matanya karena tak terima di sebut gila.

''Kamu...'' geram Ivana dengan mengacungkan jari telunjuknya ke arah Geva.

''Turunkan jarimu nona...karena aku paling tidak suka di tunjuk...tidak sopan.'' kata Geva dengan dingin.

''Huh...'' Ivana tanpa menanggapi dan langsung saja mengalihkan pandangannya ke arah danau.

''Sepertinya kamu sedang kecewa.'' kata Geva yang sudah berdiri sejajar dengan Ivana. ''Pernikahan yang gagal.'' tebaknya.

''Bukan urusanmu.'' ketus Ivana. ''Dan jangan sok akrab karena kita tak saling kenal.'' imbuhnya.

''Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan?'' tanya Geva.

Pemuda yang dingin tiba-tiba bersikap ramah seperti itu...hal yang sangat aneh dan langka.

Entah kenapa menurut Geva ada sesuatu hal yang menarik dari seorang gadis yang sedang begitu frustasi di sebelahnya itu.

Tanpa menjawab pertanyaan dari Geva...Ivana lebih memilih pergi dari sana.

Niat hati ingin menenangkan pikirannya malah semakin di buat sebal oleh pemuda yang tak di kenalnya itu.

''Hey...aku bertanya padamu.'' seru Geva menyusul Ivana...namun lagi-lagi gadis itu tak menggubrisnya. ''Bisakah kamu membantuku?'' serunya lagi.

''Kita tidak saling kenal dan tak seakrab itu tuan sehingga bisa saling membantu.'' kata Ivana kesal dan menghentikan langkahnya.

''Aku rasa nasib kita sama...sama-sama gagal menikah dan tepat di hari yang sama.'' kata Geva. ''Bagaimana kalau kita menikah saja?'' tawarnya.

''Hah...kamu sudah gila ya...jangan-jangan gara-gara gagal menikah otak kamu jadi gak waras.'' kata Ivana yang masih belum percaya dengan ucapan Geva.

''Aku gak gila dan aku serius.'' kata Geva dengan sungguh-sungguh. ''Aku butuh menyelamatkan reputasi serta nama baik keluargaku...aku tak ingin membuat kedua orangtuaku malu serta kecewa.'' kata Geva yang entah kenapa bisa seterbuka ini. ''Tolonglah...bantu aku.'' bujuknya. ''Aku akan melakukan apapun yang kamu mau, asal kamu mau membantuku.'' bujuknya lagi. ''Bagaimana?'' tanyanya.

''Tawaran yang menarik, tapi sayang aku sama sekali tak tertarik dengan semua itu.'' kata Ivana lalu melanjutkan langkahnya.

''Hey, ayolah pikirkan sekali lagi...'' kata Geva yang menyusul Ivana berjalan.

''Huft...Apa kita akan menikah kontak seperti yang ada di novel-novel?'' tanya Ivana setelah membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Geva.

Cetak

''Hei tuan belum apa-apa tapi kamu sudah melakukan kdrt.'' seru Ivana sambil mengelus keningnya yang terasa sedikit panas karena di sentil oleh Geva.

''Ini dunia nyata dan bukan dunia novel.'' kata Geva. ''Jadi gimana?'' tanyanya lagi.

''Apa kamu bisa membantuku untuk membalas dendam pada orang-orang yang telah menyakitiku?'' tanya Ivana dengan serius, jika menelisik dari pakaian serta barang-barang yang di kenakan Geva...sudah dapat di pastikan bahwa pemuda yang ada di hadapannya itu bukan dari keluarga sembarangan.

''Tentu dan aku berjanji untuk hal itu.'' jawab Geva.

''Apa semua kata-katamu bisa aku pegang?'' tanya Ivana lagi, bagaimanapun dia harus bersikap waspada...mengingat Geva adalah orang baru yang di kenalnya.

''Tentu...aku seorang pria sejati, jadi kamu bisa pegang omonganku.'' jawab Geva meyakinkan.

''Baik aku setuju menikah denganmu.'' jawab Ivana.

''Kamu serius?'' tanya Geva yang merasa belum yakin akan apa yang di dengarnya.

''He'em.'' sahut Ivana dengan menganggukkan kepalanya.

''Kalau begitu ayo...karena sebentar lagi aku harus segera sampai di gereja tempat aku akan menikah dan sebelum itu kita harus mampir dulu ke salon kecantikan untuk memperbaiki riasan wajahmu yang sudah sangat berantakan itu.'' kata Geva dengan tangan yang sudah siap menyeret Ivana ke mobilnya.

''Tapi tunggu dulu...kita belum saling memperkenalkan diri.'' kata Ivana.

''Kalau begitu perkenalkan namaku Geva...Gevariel Marcio.'' kata Geva sambil mengulurkan tangannya.

''Ivana Federica.'' kata Ivana menyambut uluran tangan Geva. ''Panggil saja Ivi.'' kata Ivana.

''Baiklah...ayo Ivi, karena waktu kita tak banyak.'' ajak Geva.

Terpopuler

Comments

Rose 19

Rose 19

👍👍👍

2024-05-14

0

Zhen

Zhen

👍🏻

2024-05-09

0

Ira

Ira

keren

2024-04-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!