MELAWAN IBLIS menceritakan tentang seorang gadis keturunan pendekar sakti yang hijrah dari Tiongkok ke Nusantara untuk mendapatkan kehidupan yang tenang.
Namun dibalik ketenangan yang hanya sebentar di rasakan, ada sebuah hal yang terjadi akibat kutukan leluhurnya di masa lalu.
ingin tahu bagaimana serial yang menggabungkan antara beladiri dan misteri ini?
mampukah wanita cantik itu lepas dari kutukan iblis?
simak selengkapnya dalam Serial Melawan Iblis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cut Tisa Channel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawanan Mawar Merah
Di pinggiran sebelah utara kota Mayong, terdapat sebuah perkampungan di pinggir pantai Kolkat. Tempat itu di pisahkan oleh hutan besar yang lebat dengan desa Mayong yang berada di sebelah selatan.
Akibat angin kencang dan banjir yang terjadi beberapa waktu yang lalu, kusir kereta yang membawa Silya, Saloka dan Nek Sum mengambil jalan memutar melewati pantai Kolkat.
Memang selama jembatan panjang itu rusak, jarang sekali orang berkunjung ke desa Mayong apalagi aliran sungai yang deras dan dahsyat, membuat orang orang yang menyusuri jalur air pun enggan ke sana.
"Paman, berapa lama sampainya jika kita memutar?"
"Mungkin akan makan waktu sehari semalam lagi. Aku hanya bisa mengantar sampai ke ujung pantai, dari sana kalian harus berjalan kaki melewati hutan siluman".
"Apakah hutan itu berbahaya paman?" Saloka bertanya khawatir.
"Kami tak ada yang berani ke sana. Hutan siluman terkenal angker, banyak iblis dan setan disana. Ada juga komplotan penjahat mawar hitam yang bermukim disana. Sebaiknya kalian menyewa seorang penunjuk jalan di Kolkat agar tak kesasar ke markas Mawar Hitam". Jelas paman kusir yang melarikan kudanya dari kemarin.
"Apakah tidak ada jalan lain kesana?" Kembali pemuda itu bertanya.
"Sudah ku bilang tadi, jalan ke sana hanya melalui tiga jalur saja. Jalan utama, jembatannya masih di perbaiki. Jalan kedua ya inilah jalannya, yang ketiga hanya lewat jalur sungai. Kalau bisa terbang mungkin ada jalur ke empat, hahaha".
"Ah, paman bisa saja. Ya sudah. Kau sudah bangun adik?" Saloka yang melihat Silya baru terbangun menyapanya.
"Kita sudah sampai mana?"
"Masih lama lagi. Besok belum tentu sampai. Kau istirahat saja dulu".
Gadis itu pun kembali tidur di dalam kereta tertutup yang lumayan luas itu.
***~###~***
Sudah terlalu lama kita meninggalkan Sila dan Sina. Bagaimana kah keadaan mereka? Dimana keberadaan mereka sekarang? Mari kita lihat.
Setelah mendarat di pelabuhan Assam, mereka segera menuju ke jalan utama dimana setelah melakukan perjalanan panjang, mereka menemui sungai besar dan dalam berarus deras dengan jembatan panjang yang terputus.
Setelah bertanya tanya, akhirnya mereka mendapat kenyataan bahwa mereka harus kembali ke persimpangan yang sangat jauh di belakang lalu memutar ke kiri menuju ke pantai Kolkat.
Mau tidak mau, keduanya terpaksa kembali dengan menunggang kuda yang mereka beli di kota. Beberapa kali keduanya tersesat jalan akibat jalanan yang sama dan tidak ada pemandu yang mengerti daerah itu.
"Sudah ku katakan kita sewa saja orang untuk menjadi penunjuk jalan, sekarang lihat, kita kesasar entah kemana mana". Sina merepet sepanjang jalan.
"Salah mu sendiri kak, ngapain kau hilangkan uang mu. Belum lagi pedang kita berdua hilang. Pasti kita akan mendapat marah besar dari ayah dan ibu".
"Sudahlah, aku juga tak sengaja. Ayo kita kembali. Nanti biar aku yang tanya tanya mana jalan yang benar".
Melihat adiknya bersuara sedikit keras, Sina akhirnya melembut. Dia memang sangat menyayangi adik adiknya. Tak hanya Sila dan Silya, semua adiknya sangat manja padanya meski mereka berlainan ibu dengan nya sekalipun.
Setelah melakukan perjalanan panjang, akhirnya mereka berdua tiba di Kolkat. Disana keduanya menginap semalam dan mempersiapkan bekal makanan yang cukup lalu segera memasuki hutan lebat itu setelah menitipkan kuda mereka pada penduduk pemukiman setempat.
Pagi itu suasana cerah kala mentari menyinari sela sela rimbunnya dedaunan hutan lebat yang sangat luas itu.
Dua sosok manusia berjalan dengan senjata tempahan yang mereka beli di bibir pantai sambil melihat kesana kemari.
Sina dan Sila berjalan sambil melihat kanan kiri karena sebelum masuk ke hutan itu, mereka mendengar dari salah seorang warga tempat keduanya menginap bahwa hutan itu terkenal angker dan menyeramkan.
Di tambah lagi dengan ada sekelompok penjahat yang bermukim di sana. Kelompok yang menamakan dirinya dengan Mawar Hitam itu biasa melakukan segala macam kejahatan termasuk membunuh orang orang kaya dan menjarah seluruh hartanya.
Pihak keamanan saja tidak berani masuk ke hutan tersebut. Pernah ada sekelompok keamanan yang mengejar para bandit ke hutan, namun mereka tak pernah kembali hingga saat ini.
Dalam kondisi seperti itulah Sina dan Sila menyusuri hutan siluman tersebut. Hingga siang hari kedua nya berjalan dengan perasaan tak enak. Perasaan mereka seperti ada yang membayangi atau mengikuti mereka dari balik semak semak sampai tiba tiba dua puluh orang menghadang keduanya di sebuah bukit.
Sina melihat mereka semua menggunakan pakaian ninja hitam ber lukiskan mawar merah di dada kiri mereka.
"Sergap dan bawa mereka ke markas". Perintah seorang ninja yang berdiri di tengah.
Empat orang segera mendekati Sina dan Sila dengan cepat. Namun belum sempat mereka memegang lengan keduanya, ke empat orang tersebut terlempar dua meter ke belakang sambil memegang dadanya yang sesak.
"Serbuuu". Perintah kembali diteriakkan.
Belasan orang itu tampak mengepung keduanya. Serangan pertama dimulai oleh tiga orang yang berdiri di depan Sina.
Ketika pemuda itu akan menyerang, tiga orang tadi kembali mundur dan bersiap siaga di tempatnya semula.
Ternyata mereka adalah orang orang yang ahli juga dalam hal ilmu beladiri. Barisan kepungan itu sangat sulit untuk di serang oleh Sina dan Sila karena kekompakan para penjahat yang langsung menolong rekannya yang tersudut.
Terjadilah pertarungan kucing kucingan antara tujuh lima belas orang mengeroyok Sina dan Adiknya.
Belasan menit telah berlalu dan tampak di pihak penjahat sudah ada beberapa orang yang terluka. Sina yang lebih dominan menyerang juga terlihat lengannya berdarah terkena tusukan tombak salah seorang pengepung.
Setelah pertarungan berjalan sejam lebih, karena kurang nya pengalaman, akhirnya kedua kakak beradik itu mampu di lumpuhkan hingga mereka berdua dibawa ke markas Mawar Hitam di tengah rawa yang sangat luas dan dalam.
***~###~***
Hari telah menjelang malam kala Silya dan Saloka bersama Nek Sum tiba di tepi pantai. Beberapa orang yang melihat ada orang baru tiba segera mendekat menawarkan penginapan, makan dan berbagai macam pernak pernik lainnya.
"Aku butuh orang yang bisa membawa kami ke desa Mayong".
Mendengar seruan pemuda itu, semua orang yang tadinya mendekat segera mundur dan menjauh dari tempat itu kecuali seorang pria setengah tua.
"Ikut aku". Ketiganya pun mengikuti pria itu yang membawa mereka ke sebuah rumah panggung tak jauh dari situ.
Setibanya mereka disana, makan minum pun di hidangkan oleh penghuni rumah.
"Semalam baru saja ada sepasang orang muda yang juga menuju kesana. Sebenarnya ada apa?" Tanya pria paruh baya tersebut.
"Bagaimana orangnya?" Tanya Silya penuh semangat
"Namanya kalau tidak salah Sina dan Sila. Bahkan kuda mereka masih dikandang".
"Ah, mereka kakak ku. Kapan mereka pergi paman?"
"Pagi tadi. Mereka berdua pergi setelah menyuruhku mengantar mereka ke pandai besi membuat senjata".
"Kita harus menyusul mereka". Silya berkata khawatir.
"Tak aman melakukan perjalanan di hutan itu malam malam begini. Besok pagi saja kalian berangkat. Malam ini, menginap lah disini. Seorang dua puluh rupe".
Akhirnya ketiga nya memutuskan menginap disana malam itu. Rencana mereka paginya ketiganya akan melanjutkan perjalanan dengan cepat agar dapat menyusul Sina Sila yang telah lebih dulu berangkat.
Silya yang sudah banyak tidur di perjalanan malam itu asyik mendengar cerita Nek Sum dan istri pemilik rumah tentang kedua kakak nya.
Saloka yang memang lelah sekali, sudah tertidur di kamar yang di sewa nya itu.
BERSAMBUNG. . .