Kehidupan mewah serba berkecukupan tidak menjanjikan sebuah kebahagiaan. Contohnya saja Evelina, memiliki segalanya. Apapun yang dia inginkan bisa ia dapatkan. Namun, Eve selalu merasa kesepian, hatinya terlalu gunda mengharapkan perhatian kedua orang tuanya yang terlalu sibuk dengan dunia mereka.
Suatu hari, karena selalu meninggalkan putri mereka sendirian. Kedua orang tua Eve memutuskan untuk menjodohkan putri mereka dengan salah satu anak dari sahabatnya.
Pertanyaan nya, akankah Eve bisa bahagia? menikah muda dan bergabung dengan keluarga baru apa bisa membuat kesepian itu hilang?
Mau tahu jawabannya? yuk ikutin kisah perjalanan cinta Eve dan Joenathan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceritaku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Tiara dan Nadia berlari ke depan ruangan OSIS. Mereka melihat Eve ada di dalam ruangan itu.
"Astaga bener, Eve di ruang OSIS" gumam Tiara panik ketika melihat Eve berada di depan semua anggota OSIS.
"Gimana Nad?"
"Gue juga gak tahu Tia" balas Nadia, dia juga kebingungan.
"Huh?" Tiara dan Nadia kaget, Eve melihat kearah mereka dan memberi isyarat agar mereka pergi dari sana.
"Gimana Tia, apa kita ke kelas?" tanya Nadia bingung dengan perintah Eve.
"Eve nyuruh, kita bisa apa. Yuk kita tunggu di kelas."
"Tapi kan.."
"Udah lah Nadia, dari pada kita membuat masalah Eve makin runyam, mending kita turuti apa yang dia suruh."
"Baik lah"
Dengan berat hati kedua gadis itu pergi dari sana. Antara tega dan tidak tega, tapi mereka juga tidak mau membuat Eve semakin kesulitan.
Fyuu~
Dari dalam Eve menghela nafas lega. Setidaknya kedua sahabatnya tidak terseret ke dalam permasalahannya ini.
"Lihat kan, orang ngomong dia seperti tidak peduli!" Ucap Jia, dia terus mencari cela untuk memojokkan Eve.
Eve melirik padanya, dengan senyum miring Eve berkata sinis dan menohok.
"Sepertinya Lo sangat ahli mencari cela dan menjadi kompor." Ucap Eve santai
"Apa Lo bilang?"
Jia mendekat dan hendak menyerang Eve lagi. Sedangkan Eve bersiap dan hendak menghadang Jia juga.
Beruntung Joe ada di sana dan menahan tubuh Eve. Pria itu memeluk Eve dan menariknya ke belakang agar tetap jauh dari Jia.
"Apa Lo, sini!!"
"Lo yang sini" balas Jia terus berusaha menggapai Eve. begitu juga sebaliknya.
"Lo!!"
"Lo!!"
Suasana di ruang OSIS seketika menjadi rius. Mulut Eve dan Jia do tambah lagi mulut anak OSIS yang menahan dan mencoba melerai mereka.
"Jia! Eve!" Bentak Joe dengan suara bariton nya. Seketika ruangan mendadak sepi seperti kuburan.
"Kalian ini sudah dewasa, bukan anak kecil lagi!"
"Joe, Lo lihat kan. Dia yang-"
"Sudah cukup, sekarang semuanya keluar!" Titah Joe.
"Ayo." Tio menarik tangan Jia dan membawanya keluar bersama anak lain.
Eve juga hendak mengikuti mereka, namun di tahan oleh Joe.
"Lo tetap di sini!"
"Kenapa?" tanya Eve heran dan langsung menepis tangan Joe di lengannya.
Joe tidak mendengarkan, dia melangkah menuju pintu. Lalu menutup dan menguncinya.
Blam.
Deg.
Seketika jantung Eve berpacu dengan sangat cepat. Entah apa yang akan pria itu lakukan padanya dengan mengunci mereka berdua di dalam ruangan ini.
Joe juga menekan tombol agar gordennya ruangan itu tertutup rapat.
Eve terlihat panik, dia melangkah mundur ketika melihat Joe melangkah mendekat kearahnya.
"Mau ngapain Lo?"
"Menurut Lo?" balas Joe sambil tersenyum menyeringai melihat Eve ketakutan seperti itu.
"Awas, gue mau keluar!" Eve mendorong Joe dan ingin melewati pria itu. Tapi, tangan Joe lebih dulu menahan pinggangnya. Lalu, mendorong Eve agar duduk di kursi depan meja OSIS.
Joe mengitari meja nya kemudian mengotak Atik komputernya. Tak lama kemudian sesuatu tercetak di mesin print.
Eve masih diam membisu, mengamati apa yang pria di depannya ini coba lakukan.
"Berikan ke orang tua Lo!"
Huh?
Eve membaca isi lembaran kertas A4 yang Joe berikan. Matanya segera terbelalak setelah membaca apa yang tertulis.
"Lo gila, gue gak mungkin memberi tahu orang tua gue!" protesnya.
"Kenapa? Lo takut?" tantang Joe. Dia tahu Eve tidak akan sanggup memberitahu kedua orang tuanya soal surat panggilan dan sikapnya di sekolah ini.
Eve tidak menjawab, dia hanya menahan nafas dan emosi. Bukan tidak berani atau takut, Eve yakin kedua orang tuanya tidak akan pernah datang untuk hal seperti ini.
"Jika Lo gak mau, ya sudah. Keliling lapangan 100 putaran."
"What??" Eve semakin tidak habis pikir. Pria ini semakin mengada ada.
"Lo mau bunuh gue? jangan menyalah gunakan jabatan untuk menyudutkan gue!" Ucap Eve menatap Jo sinis.
"Cih, tidak ada gunanya bagi gue melakukan hal itu. Gue hanya melakukan tugas gue menghukum setiap siswa siswi yang membuat onar!" balas Joe.
Eve menggigit bibirnya, dadanya turun naik menahan gejolak emosi yang ingin meledak di ubun ubun.
"Ayo cepat, mau panggil orang tua atau keliling lapangan?"
"Terserah Lo!!!"
Bruk!
"Aahss.." Pekik Joe menahan sakit di kakinya.
Eve dengan sengaja menginjak kaki Joe, kemudian berlari keluar dengan membuka pintu secara cepat.
Yang benar saja, dia harus memberikan surat yang kedua kepada kedua orang tuanya. Surat dari BK saja belum ia berikan.
"Dasar Ketos gila!! harusnya dia di tangkap polisi karena menyalah gunakan jabatan." gerutu Eve. Ia pergi ke lapangan dan menjalankan hukuman yang Joe perintahkan.
Di ruang kelas, Jia marah marah pada Tio. Dia kesal karena pria itu menariknya keluar.
"Entah apa yang mereka lakukan di dalam sana berdua." Gumam Jia panik. Dia sangat cemburu dengan Eve yang selalu mendapat perhatian dari Joe. Sedangkan dirinya yang selalu ada di dekat Joe tidak bisa mendapatkan sedikit lirikan pun.
"Eh lihat, Eve di lapangan sana." ucap salah satu siswi di kelas jia.
Jia langsung menoleh dan tersenyum. Ternyata apa yang dia pikirkan tidak seburuk itu.
"Rasain, dia emang pantas mendapatkannya." Serunya.
Mendengar ucapan Jia, siswi siswi itu jadi penasaran.
"Memangnya apa yang Eve lakukan?"
"Yah biasalah, dia selalu membuat ulah dan terlambat." jawabnya.
"Cantik, pintar, tapi malah sering membuat onar." komentar salah satu siswa.
"Alahh, dia melakukan itu hanya karena caper sama Joe" Sela Jia. Dia tidak suka mendengar Eve mendapat pujian.
"Tapi mereka cocok kok." Jawab 3 sekawan. Mereka adalah penggemar Eve dan Joe.
Bertambah lah emosi Jia mendengarnya.
"Cocok apanya, Joe yang tampan hanya cocok buat gue." bantah nya.
Tiga sekawan itu hanya menggeleng geleng. Mereka tetap menyukai Joe dan Eve. Bahkan mereka bersorak dan memberi Eve semangat.
"Dasar Bocil!" cibir Jia pergi ke bangkunya.
Eve terus berlari mengelilingi lapangan. Dia sudah terlihat kelelahan, namun terus berlari hingga ke putaran 30. Eve seperti tidak sanggup, dia berhenti dan berjongkok di tepi lapangan.
"Huh, kaki ku sakit sekali." Gumamnya sambil memukul mukul kakinya.
Cuaca saat itu sangat panas, baju Eve juga sudah basah karena keringat. Dia sudah tidak sanggup lagi, tapi masih ada banyak putaran yang harus dia lakukan.
Sedangkan dari lorong kelas, Joe memperhatikan Eve. Dia kasihan, tapi gadis itu selalu membangkang kepadanya. Sebenarnya tujuannya bukan ini. Dia ingin berbicara dengan Eve soal apa yang orang tua mereka inginkan kemarin. Tapi, Eve malah bersikap di luar dugaan nya.
"Lo keterlaluan!" ucap seseorang dari arah belakang nya.
Joe menoleh, tapi orang itu sudah melewatinya dan berjalan cepat ke tengah lapangan menghampiri Eve.
Ga tega ma Eve.. Kemanalaaa arah hubungan Joe da Eve ini? 😔😔😔😔😔