Awal mulanya gadis desa datang ke kota untuk bekerja, siapa sangka dia akan berminat melanjutkan pendidikan di kampus islami karena sering ikut dengan kedua sepupu kembarnya ke kampus, bahkan dikira dia mahasiswi pindahan dari luar kota padahal baru tamat SMK di desa. Cinta gadis tersebut harus Pupus karena cintanya harus terpatahkan oleh takdirnya.
Penasaran dengan kisah Cita dan Cinta dari gadis desa tersebut? ayuks simak ceritanya hanya di noveltoon, jangan lupa like, kritik dan sarannya readers kuuuuu ◇◇♡♡♡◇◇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IYP 9
_happy reading_
"De tunggu." panggilnya sebelum Nurul benar-benar melangkah pergi. Nurul berbalik dan menatap seniornya heran. "Boleh kita ngobrol sebentar?" tanyanya kemudian.
"Oh iya, disini saja kak. Mau ngobrol apa kak?" tanya Nurul dia duduk kembali pada tempatnya semula. Sang senior pun ikut duduk.
"Kenalkan de, nama saya Syam. Saya salut denganmu yang berani mengungkapkan pendapat." ujarnya lirih karena khawatir mengganggu pengunjung lain.
Nurul mengangguk pelan. "Gak apa-apakan kalau kita dekat?" tanyanya menatap Nurul yang menatap buku catatannya.
"Dekat bagaimana ya kak?" tanya Nurul lagi, dia hanya khawatir jika salah persepsi makanya bertanya.
"Dekat, ya saling tukar nomor ponsel, mungkin." jawabnya tak yakin. Nurul hanya tersenyum tanpa berniat menanggapi. "Bagaimana, boleh saya minta nomor ponsel kamu?" tanyanya lagi.
"Baiklah." jawab Nurul cepat, kemudian dia mencatat nomornya dalam lembaran kertas yang ada dibukunya. Setelah dicatat lalu diserahkan kepada kak Syam.
"Terima kasih de." ujarnya sambil tersenyum senang. Dia kagum pada Nurul saat berkunjung ke kelasnya, apalagi Nurul termasuk berani berpendapat.
"Kalau gitu aku duluan ya kak." pamitnya lalu pergi, dia memang memberikan nomor ponselnya pada kak Syam tapi dia tidak mudah mengangkat nomor baru.
"Sudah mau pulang de?" tanya Rahman ketika mereka bertemu di lantai satu, ternyata Rahman belum pulang. Dia baru saja keluar dari ruangan penelitian, skripsi, dan tesis.
"Iya kak, tugasnya sudah selesai." jawabnya sambil mengambil tasnya dalam loker. "Kak Dirman kemana ya kak?" tanyanya basa basi.
"Ke sekolah dia de, makin sibuk dia sekarang. Bisa dibilang orang gila kerja dia itu." jelasnya. Nurul hanya menanggapi dengan senyuman.
"Okey kak, aku duluan ya." pamitnya lalu pergi meninggalkan perpus menuju kos. Setibanya di kos, Nurul makan siang, shalat kemudian istirahat sebentar, setelahnya dia harua berkemas.
"Kak, saya nanti mau pergi pelatihan keguruan di Vila permandian L. Semua diharuskan mengikuti kegiatan tersebut karena akan diberikan sertifikat." ucap Nurul jujur.
"Oh iya terserah kamu." jawab kak Mita. Begitu juga dengan kak Mila yang mengizinkan Nurul pergi.
"Kabari juga orang tua kamu Nurul." ucap kak Mita mengingatkan. Nurul mengangguk mantap, kak Mita dan kak Mila tidak ada jadwal mengajar makanya dia bersantai di kos. Mungkin sudah kerja tugas, pikirnya.
"[Ma, aku nanti ada kegiatan pelatihan keguruan. Gak apa kan jika aku ikut Ma?]" pesan terkirim, mama malah menelfon.
"[Halo nak, dimana kegiatannya nak? Ya sudah kalau dekat. Hati-hati ya!]" seru sang mama melalui sambungan teleponnya.
"[Di kota P kok Ma, di permandian L. Tidak jauh dari kos tapi kami harus bermalam Ma]" ujar Nurul jujur meminta izin pada ibu kandungnya.
"[Kalau gitu, Nurul siap-siap dulu Ma. Assalamu'alaikum]" ucapnya menutup panggilan sang mama.
"[Waalaikumsalam nak. Iya nak]" jawab sang mama lalu menyimpan ponselnya karena panggilan Nurul telah berakhir.
Nurul segera bersiap karena sorenya dia harus segera ke kampus. Tepat pukul 14.50 menit, Nurul berangkat ke kampus. Tidak lupa dia memberi kabar pada Dirman ~ kekasihnya, Janah, dan Fitri ~ kedua sahabatnya.
"[Kak, aku akan berangkat ke kampus nanti sebelum ashar. Setelah ashar kami akan menuju ke Vila dipermandian Sungai L]" pesan terkirim pada Dirman.
"[Ayo ke kampus, aku sudah siap]" pesan Nurul terkirim kepada kedua sahabatnya.
"[Okey, aku juga sudah siap. Ketemu depan kosku ya!]" seru Janah cepat, dia juga sudah siap. Berbeda dengan Fitri yang belum ada informasinya.
Nurul berangkat, dia singgah di kos Cempaka untuk menemui Janah. "Hai, gimana Fitri belum ada kabar ya?" tanya Nurul menyapa. Janah hendak keluar dari kos dengan tas ditentengnya.
"Belum ada, tidak punya pulsa mungkin dia." jawab Janah asal sambil tertawa. Saat keluar dari kos Cempaka, Nurul dan Janah melihat Fitri dari jauh melambaikan tangan.
"Nah itu dia panjang umur." ujar Nurul melihat lambaian tangan Fitri, dia berjalan bersama Vita teman satu kelas. "Kayak Vita. Apa benar?" tanya Nurul kurang yakin.
"Iya, itu kan Vita. Tumben akur mereka berdua?" tanya Janah tidak yakin sambil tertawa ringan. Nurul mengangguk membenarkan, karena memang setahunya jarang Fitri akur dengan Vita. Pasti ada debat diantara mereka berdua jika bersama.
"Hai Nurul dan Janah?" sapa Vita lebay, dengan gaya sok imutnya. Mereka berdua tersenyum ramah.
"Hai Vita, tumben kamu bersama Fitri?" tanya Nurul spontan, dia terlalu jujur untuk rasa penasarannya.
"Iya, aku mau ke kos kamu tapi malu sama kedua sepupu kamu. Mau ke kos Janah tapi gak enak sama sepupunya juga. Kalau di kos Fitri, dia kan sendiri!" ujarnya menjelaskan.
"Begitu ya!" sahut Janah. "Gak apa-apa ke kos ku saja, emang kalian berdua sudah bersambung debatnya?" tanya Janah sambil menahan tawa.
"Ayo sambil jalan, keburu ashar." ajak Nurul mengalihkan pembicaraan supaya tidak berlanjut. Mereka berempat menuju masjid kampus untuk shalat berjamaah sebelum ke Vila.
"Kami ini kan akur, iya kan Fit?" tanya Vita menyenggol lengan Fitri saat diperjalanan. Fitri tidak menoleh sedikitpun, dia tetap melanjutkan perjalanan dengan diam.
"Fitri kenapa ya?" batin Nurul bertanya-tanya tapi dia pendam saja. Setibanya di kampus, suara adzan berkumandang. Semua bergegas mengambil air wudhu dan masuk ke dalam masjid.
Usai shalat ashar, mereka menunggu intruksi dari senior. "Di gazebo yuk menunggunya!" ajak Nurul pada ketiga orang temannya. Mereka mengangguk setuju.
Saat di gazebo, banyak teman-teman lain menunggu disitu. "Kamu kenapa?" tanya Nurul berbisik pada Fitri.
"Vita berisik saat di kos, aku mau tidur saja diajak cerita terus." jawabnya jujur, dia kesal karena mau istirahat dulu sebelum berangkat jadi gagal karena Vita teman debatnya ngajak ribut.
"Ha-ha kan teman debat kamu." Nurul tertawa tanpa suara sambil berkata seperti itu makin membuat Fitri kesal. "Maaf, nah kan memang betul dia teman debatmu." sambungnya.
"Ish." gumam Fitri lirih, dia kesal karena kurang tidur. Nurul menatap Fitri kasihan, tapi mau gimana lagi, toh semua sudah terjadi, pikirnya.
"Kenapa memang dia berada di kos mu?" tanya Nurul sambil berbisik. Sedang Janah lagi asyik bercanda dengan Vita dan Satri, teman kelas yang lain.
"Gak tahu juga bagaimana bisa tiba-tiba dia nongol depan pintu." jawab Fitri asal. Nurul menahan tawa mendengar ucapan Fitri. Dia tidak mau menyinggung perasaan temannya.
"Disampaikan kepada seluruh mahasiswa semester satu jurusan Agama Islam, bahwa kita akan segera berangkat." intruksi dari kanda Arsyad. Semua sudah berkumpul di gazebo dekat masjid, tinggal menunggu keberangkatan bus.
"Sambil menunggu bus berangkat, saya akan mengabsen terlebih dahulu." ujarnya lagi, lalu diabsen satu persatu dari kelas A dan juga B.
...----------------...
Terima Kasih sudah mampir ♥︎♡♥︎
Terima kasih yang sudah berkenan membaca, memberi like, komen, mendukung dengan subscribe, vote, dan bintang limanya, dilengkapi dengan hadiah-hadiahnya.
Sehat selalu yaaa teman-teman, semoga lancar rezekinya. /Pray/ Dukung terus karya Hani.