Lara telah menghabiskan tiga belas tahun hidupnya sebagai wanita simpanan, terperangkap dalam cinta yang terlarang dengan kekasihnya, seorang pria yang telah menikah dengan wanita lain. Meski hatinya terluka, Lara tetap bertahan dalam hubungan penuh rahasia dan ketidakpastian itu. Namun, segalanya berubah ketika ia bertemu Firman, seorang pria yang berbeda. Di tengah kehampaan dan kerapuhan emosinya, Lara menemukan kenyamanan dalam kebersamaan mereka.
Kisahnya berubah menjadi lebih rumit saat Lara mengandung anak Firman, tanpa ada ikatan pernikahan yang mengesahkan hubungan mereka. Dalam pergolakan batin, Lara harus menghadapi keputusan-keputusan berat, tentang masa depannya, anaknya, dan cinta yang selama ini ia perjuangkan. Apakah ia akan terus terperangkap dalam bayang-bayang masa lalunya, atau memilih lembaran baru bersama Firman dan anak mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syah🖤, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26
Jangan lupa like komen dan votenya yah
Terimakasih
_
Setelah membuat keputusan untuk merencanakan pernikahan mereka, Lara dan Firman merasa lebih dekat dari sebelumnya. Suasana di apartemen mereka dipenuhi tawa dan kebahagiaan, menciptakan momen-momen kecil yang berharga.
Suatu malam, setelah mereka menyelesaikan makan malam yang romantis, Lara dan Firman duduk di sofa. Mereka berbicara tentang rencana pernikahan mereka—warna tema, lokasi, dan semua detail kecil yang membuatnya spesial.
“Bagaimana kalau kita memilih warna pastel? Seperti biru muda atau mint?” tanya Lara dengan semangat.
“Pastel terdengar sempurna. Itu akan terlihat cantik,” jawab Firman, tersenyum.
Saat mereka berbicara, mata mereka saling bertemu, dan ada ketegangan manis di udara. Lara merasakan hatinya berdebar, kesenangan dan cinta membanjiri pikirannya.
“Mas Firman, terima kasih sudah ada di sini. Rasanya seperti semua beban ini menghilang,” kata Lara, menatapnya dengan lembut.
Firman mengangguk, menyentuh tangan Lara dengan lembut. “Aku juga merasakannya. Kamu membuat segalanya terasa lebih baik. Aku tidak sabar untuk menjalani semua ini bersamamu.”
Keduanya semakin dekat, dan suasana di antara mereka menjadi lebih intim. Tanpa sadar, Firman memiringkan wajahnya mendekat, dan Lara tidak menarik diri. Dalam kehangatan suasana itu, mereka saling mendekat dan berbagi ciuman lembut yang penuh cinta.
Setelah ciuman pertama, mereka saling menatap, senyum di wajah masing-masing. Lara merasakan kehangatan dalam dadanya, dan Firman menambahkan, “Aku ingin kita menikmati setiap momen bersama, tidak hanya saat-saat bahagia ini.”
Lara mengangguk, hatinya dipenuhi dengan rasa syukur. “Aku ingin kita selalu seperti ini. Menghadapi segala tantangan bersama.”
Mereka berdua tersenyum, kemudian Firman menarik Lara lebih dekat. Malam itu dipenuhi dengan pembicaraan yang lebih dalam, saling berbagi harapan dan impian. Lara tahu bahwa kedekatan emosional ini adalah fondasi yang kuat untuk masa depan mereka.
Di sinilah mereka berdua berkomitmen untuk menghadapi perjalanan baru ini, saling mendukung dan mencintai satu sama lain. Dengan setiap momen yang mereka jalani bersama, mereka semakin yakin bahwa mereka dapat melewati apa pun yang akan datang.
Kini Firman menggendong Lara kedalam kamar mereka kini saling menatap Lara kemudian tersenyum "Mau?" Tanya Lara tersenyum seolah menggoda Firman.
"Mau dong" Tanpa aba aba Firman langsung mencium bibir Lara yang tentunya tidak ada perlawanan sama sekali dari Lara
Suasana kamar saat ini penuh dengan kehangatan Lara dan Firman yang merasakan kekuatan cinta mereka semakin dalam. Meskipun tantangan menanti di depan, mereka tahu bahwa mereka tidak sendirian. Dengan cinta yang tulus, mereka siap menjalani masa depan bersama.
***
Hari-hari berlalu, dan Lara serta Firman terus merencanakan pernikahan mereka sambil menjaga rahasia kehamilan Lara. Momen-momen kecil di antara mereka selalu penuh kebahagiaan, tetapi ada satu hal yang mengganggu pikiran Lara—bagaimana mereka akan mengungkapkan semuanya kepada orang tua mereka.
Suatu sore, saat mereka sedang duduk di teras, Lara akhirnya memutuskan untuk berbicara. “Mas, aku masih merasa cemas tentang memberi tahu orang tua kita. Bagaimana jika mereka tidak menerimanya?” suaranya penuh keraguan.
Firman menghela napas, menatapnya dengan serius. “Aku mengerti, Sayang. Tapi kita tidak bisa terus bersembunyi. Mereka akan lebih mudah menerima jika kita menyampaikan ini dengan penuh kejujuran.”
Lara mengangguk, tetapi rasa takut masih menghantuinya. “Aku hanya tidak ingin mengecewakan mereka. Mereka pasti berharap banyak dariku.”
“Mereka pasti ingin yang terbaik untukmu. Dan saat mereka tahu betapa kita saling mencintai, aku yakin mereka akan mendukung kita,” jawab Firman dengan meyakinkan.
Mendengar kata-kata Firman, Lara merasa sedikit lega. Namun, keputusan untuk memberitahu orang tua mereka tetap menjadi beban di pikirannya. Akhirnya, mereka sepakat untuk merencanakan pertemuan keluarga.
"Kita hadapi ini bareng bareng yah sayang, aku yakin orang tua kita akan menerima nya dengan baik" ucap Firman kembali meyakinkan Lara agar kekasihnya itu tidak di landa ke khawatiran yang tinggi karena bagaimanapun juga Lara sedang mengandung dan tak boleh sampai stres.
***
Beberapa hari kemudian, Lara dan Firman mengundang orang tua mereka untuk makan malam di apartemen mereka. Suasana di antara mereka terasa tegang, tetapi juga penuh harapan. Lara mempersiapkan makanan dengan seksama, berusaha menciptakan suasana yang hangat.
Ketika Ibu Lara dan Ayahnya tiba, mereka disambut dengan senyuman dan pelukan. Lara merasa deg-degan, tetapi Firman di sampingnya memberikan dorongan. “Kita bisa melakukan ini bersama,” bisiknya.
Selama makan malam, mereka berbincang tentang banyak hal, tetapi Lara merasa waktunya semakin mendekat untuk mengungkapkan kebenaran. Setelah makanan disajikan, ia mengumpulkan keberanian.
“Bu, Ayah… ada sesuatu yang ingin aku bicarakan,” kata Lara dengan suara bergetar.
Ibu Lara menatapnya penuh perhatian. “Ada apa, sayang?”
“Mas Firman dan aku telah memutuskan untuk menikah,” kata Lara, merasa hatinya berdebar.
Ibu Lara tersenyum, tetapi tiba-tiba wajahnya berubah. “Oh, itu kabar baik! Kami sangat senang, tapi… ada sesuatu yang lain, bukan?”
Lara menatap Firman, yang mengangguk memberinya semangat. “Kami juga ingin memberi tahu bahwa aku… aku hamil.”
Suasana seketika berubah. Ibu Lara terkejut, sementara Ayahnya menatap dengan serius. “Apa? Kenapa kalian tidak memberitahu kami lebih awal?” tanya Ayahnya, nada suaranya sedikit tegang.
“Karena kami ingin memastikan semuanya siap sebelum memberi tahu,” jawab Firman, mencoba menjelaskan. “Kami sangat mencintai satu sama lain dan berencana untuk membangun keluarga ini bersama.”
Ibu Lara menatap mereka berdua, air mata mulai mengalir di pipinya. “Aku tidak tahu harus berkata apa. Ini sangat mendadak.”
“Maaf jika kami mengecewakan, tapi kami berjanji akan bertanggung jawab,” tambah Lara, merasa putus asa.
Setelah momen hening yang panjang, Ibu Lara akhirnya berkata, “Aku hanya ingin kamu bahagia, Lara. Jika ini yang kamu inginkan, maka aku akan mendukungmu.”
Ayahnya juga mengangguk, meski wajahnya masih terlihat serius. “Kami ingin yang terbaik untukmu. Tapi ingat, ini adalah tanggung jawab besar.”
Dengan dukungan orang tua mereka, Lara merasa beban di hatinya sedikit berkurang. Meskipun ada tantangan di depan, ia tahu bahwa mereka tidak sendirian.
***
Malam itu, setelah orang tua pulang, Lara dan Firman saling berpelukan. “Aku tidak percaya kita melakukannya,” kata Lara, suara penuh emosi.
Firman tersenyum, menatap Lara dengan lembut. “Kita berhasil. Dan mereka mendukung kita. Ini adalah langkah besar.”
Lara merasakan kebahagiaan mengalir di dalam dirinya. Dengan cinta dan dukungan yang mereka miliki, ia yakin bahwa mereka akan mampu menghadapi segala tantangan yang akan datang.
Kini Lara dan Firman merasa lebih kuat dan bersatu setelah menghadapi tantangan pertama mereka. Dengan cinta dan komitmen, mereka siap untuk menjalani perjalanan baru sebagai pasangan dan calon orang tua.
~
Salam Author;)
Katanya perlu bicara ujung2nya perlu waktu lagi dan lagi baik sama lara juga sama arini beberapa bab muter itu2 aja, Maaf ya Thor kayak ceritanya hanya jalan di tempat aja 🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻