JANGAN DI BOM LIKE PLISSS 😘🥰
Dhev si duda dingin dan tidak berperasaan akhirnya bisa jatuh cinta lagi dan kali ini Dhev mencintai gadis yang usianya jauh lebih muda.
Dhev, Nala dan Kenzo. Di dalam kisah mereka terdapat kesedihan masa lalu dan harapan untuk hidup bahagia.
Mampir? Jangan lupa tinggalkan jejak like, komen dan gift/votenya, ya. Terimakasih 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mala Cyphierily BHae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Darah Tinggi
Setelah mengantarkan Ken, sekarang Nala diajak berbelanja oleh Amira. Amira ingin membelikan baju yang bagus untuk gadis yang sudah dianggapnya seperti anak sendiri, tentu saja Amira tidak melupakan anak gadisnya.
Mereka pergi bersama. Di mall, Nala melihat harga yang menurutnya sangat mahal.
"Ayo pilih!" kata Amira yang memperhatikan Nala.
"Tapi, Bu. Harganya mahal-mahal," lirih Nala seraya menunjukkan bandrol baju tersebut.
"Ya ampun, baju gini aja sampe 400 ribu," batin Nala seraya memperhatikan dress yang dipegangnya.
"bagus, sih. Tapi mahal." kemudian Nala kembali menggantung baju itu ketempat semula.
"Kalau di pasar bisa beli kaos banyak sama celana jeans ini mah." Nala masih berbicara dalam hati.
"Nggak papa, ambil saja yang kamu suka," kata Amira seraya mengambil kembali baju itu dan meminta pada pegawai mall untuk membungkus semua yang Nala inginkan.
Sementara itu, Nindy sudah selesai dengan berbelanjanya, terlihat Nindy membeli banyak barang.
"Beda ya kalau orang kaya, belanja segitu nggak mikir lagi soal harga!" batin Nala.
Dan tanpa Nala ketahui, Amira yang sudah mengerti selera Nala itu mengambilkan beberapa dress lagi tanpa sepengetahuan Nala.
Selesai berbelanja.
"Mah, Nindy mau ada perlu, Nindy duluan, ya!"
"Iya, Hati-hati sayang!"
Nindy pun mencium pipi Amira.
****
Dhev merasa lelah, belakangan ini sangat disibukkan dengan pekerjaan, sudah begitu masih harus marah-marah pada semua orang.
Dhev merasa tekanan darahnya itu mulai naik. Dhev meminta Doni untuk memanggilkan dokter.
Seraya menunggu, Dhev memilih untuk beristirahat di sofa panjang. Begitu cepat terlelap dan Dhev memimpikan masa lalunya.
Dhev melihat Ana yang sedang hancur, Ana mengatakan kalau lebih baik dirinya mati.
Bahkan Ana mencoba untuk mengakhiri hidupnya dengan menyayat nadi.
"Dhev, aku tidak pantas lagi untuk kamu, aku sudah ternoda! Aku malu sekali, lebih baik aku mati!" kata Ana yang sedang meronta di pelukan Dhev, terlihat ruangan itu seperti di rumah sakit, Ana menangis di brangkar dan Dhev memeluknya.
"Tidak, Ann. Ada aku, kamu tidak boleh berfikiran seperti itu!" Dhev terus berusaha menenangkan Ana.
Melihat Ana yang hancur Dhev sangat membenci pria yang telah menodai calon istrinya itu.
"Akan ku bunuh dia!" ucap Dhev seraya melepaskan pelukannya.
Dhev pergi menemui Arnold yang sedang kuliah, pria itu seperti tanpa dosa setelah mengkhianati sahabatnya dan menyakiti wanita yang dicintainya.
Dhev menghajar Arnold tanpa memberikan kesempatan pada lawannya untuk melawan.
Dan Arnold yang sudah mengetahui apa penyebab Dhev melakukan itu padanya hanya menyeringai.
"Tenang saja, Dhev. Gue bakal tanggung jawab sama Ana, gue akan menikahinya," kata Arnold yang semakin memancing amarah Dhev.
Beruntung, keduanya berkelahi di tempat umum sehingga ada yang melerai. Pihak kampus memanggil orang tua Dhev dan Arnold.
Setelah mengetahui apa yang terjadi, Arnold segera dijebloskan ke dalam penjara.
"Bukan penjara tempatnya, tapi di neraka!" teriak Dhev.
Dan mimpi dari masa lalunya itu membuat Dhev berkeringat dingin.
Bertepatan dengan dokter yang datang, dokter tersebut membangunkan Dhev.
Dhev segera membuka mata dan terlihat matanya itu sangat merah, entah karena marah atau menangis.
Setelah diperiksa, dokter menyarankan pada Dhev untuk beristirahat sejenak.
Dokter juga memberikan resep obat pada Doni yang setia menemani Dhev.
****
PLAK!
Naomi mendapatkan tamparan dari si bos karena telah berani menipu pelanggannya.
Di ruangan yang gelap, Naomi di sekap dan sesuai apa yang kemarin bos katakan kalau Naomi akan menanggung akibatnya.
Setelah itu, si bos membawa Naomi yang sudah memiliki luka lebam di wajah dan lengannya itu ke sebuah hotel.
Si bos akan menyerahkan Naomi pada pelanggan yang kecewa. Naomi yang sudah berada di kamar hotel itu memikirkan cara untuk kabur.
Tetapi, Naomi tidak memiliki kesempatan itu, anak buah bos menjaga ketat Naomi yang dinilainya sangat licik.
Naomi yang sedang kebingungan itu berdiri di tengah kamar hotel, menatap pintu yang kemudian terbuka perlahan.
Seorang bandot yang berbadan gendut, kekar, tinggi, berkumis dan terlihat pria itu bukanlah pria lokal. Terlihat seperti pria India. Naomi merasa takut dan merasa apes kalau harus melayani pria tersebut.
Naomi memundurkan langkah kakinya lalu Naomi yang menggunakan celana jeans dan kaos ketat itu terduduk di ranjang.
Dan pria itu memainkan kumisnya yang tebal, merasa tidak sabar ingin memberi pelajaran pada yang telah berani menipunya.
Benar saja, Naomi sangat menderita berada di tangan pria tersebut, terlebih lagi si bos memberikan Naomi sampai si pria itu merasa bosan.
Sekarang, Naomi merasakan penderitaan yang Ririn rasakan. Dan apa yang Naomi rasakan saat ini adalah ganjaran untuknya, tentunya lebih tersiksa dari Ririn.
****
Nindy sedang berada di kafe bersama Mika, di sana keduanya merencanakan liburan bersama dengan Ken.
"Aku takut, takut Ken sakit lagi kalau kelelahan," jawab Mika seraya bersedekap dada.
"Lagi pula nggak ngaruh mau ngajak Ken jalan kemana kek, ngasih perhatian Ken seperti apa juga Mas Dhev nggak bakalan ngelirik aku!" Mika mengerucutkan bibirnya.
"Kamu nggak boleh patah semangat dong, katanya suka," kata Nindy.
"Iya, tapi susah dideketin!"
"Jangan menyerah!" kata Nindy yang kemudian bangun dari duduknya.
"Nin, ini yang bayar siapa?" tanya Mika seraya membuka tangannya yang semula bersedekap dada.
Sementara Nindy hanya melambaikan tangan pada Mika.
"Ish, kebiasaan!" gerutu Mika yang kemudian mengambil tas tangannya di meja bundar yang berada di depannya.
****
Di bar, Arnold mencari-cari keberadaan gadis yang diincarnya sampai Arnold mengabaikan beberapa gadis seksi yang menghampirinya.
Merasa tak sabar menunggu malam, Arnold memilih untuk menghubungi si pemilik bar.
Si bos pun akhirnya turun dan menemui Arnold. Si bos yang tak mengetahui keberadaan Ririn itu menawarkan gadis lain.
Berpikir untuk bersenang-senang, Arnold pun mengiyakan, Arnold meminta primadona dari bar tersebut.
Penampilannya menarik, cukup membuat Arnold tertarik. Arnold pun mengajak ke kamar yang sudah disediakan.
Sayangnya, Arnold merasa lebih puas dengan Ririn. Belum selesai menservis Arnold sudah menghentikan kegiatan primadona tersebut yang sedang bergoyang di atasnya.
"Kenapa, apa aku kurang memuaskan?" tanya si primadona yang tampak malu, ia berada di bawah selimut, baru kali ini ada pria yang tak puas dengannya.
Arnold tak menjawab, pria itu memunguti pakaiannya yang berceceran dan segera mengenakannya.
Meninggalkan sedikit uang di atas meja nakas untuk tips si primadona.
Arnold berlalu begitu saja.
"Akkhh, sial. Di mana dia! Aku tidak dapat melupakan rasa itu!" gumamnya.
****
Walau dokter sudah menyarankan Dhev untuk istirahat, tetapi pria yang tak mendengar nasehat itu tetap bekerja sampai malam.
Dhev membuka pintu utama dan di sana Dhev berpapasan dengan Nindy yang baru saja akan keluar dari rumah.
Dhev memperhatikan penampilan Nindy, penampilannya sangat seksi di mata Dhev, membuat Dhev harus kembali marah-marah.
"Ini yang kamu dapat dari LN?" tanya Dhev menatap Nindy yang mengerucutkan bibirnya.
"Masih mau keluar?" tanya Dhev seraya mempersilahkan Nindy, memberi gadis berambut ikal dengan rok mininya itu jalan.
"Uang jajan tidak akan cair!" ucap Dhev yang kemudian meninggalkan Nindy.
Nindy pun menghentakkan kaki.
"Duh, kirain dia udah balik, udah di kamar!"
Dhev yang sedang berjalan di tangga itu melirik pada Nindy yang memilih untuk kembali ke kamar, Dhev yang tak memperhatikan jalan itu harus menabrak Nala yang baru saja keluar dari kamar Ken.
Nala terhuyung dan Dhev yang melihatnya itu membiarkannya begitu saja.
Nala yang akhirnya terjatuh itu mengusap bokongnya.
Menatap pada Dhev.
"Apa? Kamu berharap saya menangkap gitu? Kaya di drama-drama yang kamu tonton?" cibir Dhev yang kemudian berlalu begitu saja.
Bersambung
Like, Komen, gift dan Vote.
Terimakasih yang sudah membaca dan mendukung karya ini 😇