NovelToon NovelToon
Dia Suamiku

Dia Suamiku

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Badboy / Patahhati
Popularitas:6.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: Yutantia 10

Sejatinya, pernikahan adalah suatu ibadah dan kebahagiaan yang harus dikabarkan. Tapi tidak bagi Mila dan Elgar. Pernikahan siri mereka hanya diketahui oleh mereka berdua dan orang tua Mila dikampung.



"Ingat, pernikahan kita atas dasar saling membutuhkan. Aku membutuhkan kepuasan, dan kamu membutuhkan uang. Jadi jika salah satu diantara kita sudah merasa tidak butuh, kita berakhir." Itulah kata kata yang selalu Elgar ucapkan.

"Lebih dari uang yang aku butuhkan, aku butuh cintamu." Kata kata yang hanya mampu Mila ucapkan dalam hati, tapi tak pernah bisa dia lafalkan.

Saat berdua, mereka adalah suami istri. Tapi saat ada orang lain, mareka adalah dua orang asing.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

HAPPY MONDAY

Buat beberapa orang, senin menjadi hari yang paling tidak disukai. Setelah libur, rasanya masih enggan untuk memulai aktifitas lagi seperti biasanya. Euforia weekend seperti belum mau hilang.

Tapi tidak dengan Mila. Pagi ini dia begitu semangat memasak gurame asam manis. Kemarin dia tak jadi masak karena Elgar sedang ingin makan makanan western dan akhirnya mereka delivery order.

Sambil bersenandung, Mila menumis bumbu hingga terciumlah aroma yang sangat harum.

"Mil."

Teriakan Elgar menghentikan senandung kecil Mila. Wanita itu menoleh dan mendapati Elgar sedang berjalan ke arahnya.

"Pasangin yang rapi." Ujar Elgar sambil menyodorkan dasi ke arah Mila.

Mila terkejut melihat Elgar sudah rapi di jam sepagi ini. Dia mematikan kompor lalu mencuci tangan hingga bersih.

"Kamu udah mau berangkat? apa gak kepagian?" Tanya Mila sambil meraih dasi data tangan El.

"Gue ada meeting penting pagi ini."

Mila berjinjit lalu menaikkan kerah kemeja Elgar. Dengan senyum merekah, dia mulai memasang dasi berwarna abu abu itu.

Momen seperti ini bisa dibilang langka. Bahkan bisa dihitung dengan jari berapa kali Mila memasangkan dasi untuk Elgar. Biasanya, saat Mila berangkat kerja, Elgar masih tidur, atau kalau enggak, pasti masih mandi. Apalagi saat awal menikah dulu, Elgar sangat jarang menginap diapartemen Mila. Pria itu selalu bilang tak nyaman karena apartemen sempit atau ranjang yang kurang empuk. Setelah menyalurkan hasratnya, biasanya pria itu pulang ke apartemennya sendiri. Tapi sebulan terakhir ini, Elgar lebih sering menginap.

"Maaf, sarapannya belum siap." Ujar Mila dengan ekspresi bersalah. Dia tak tahu jika Elgar akan berangkat sepagi ini.

"Gampang, entar gue suruh Tari nyariin sarapan. Gue harus mempersiapkan meeting kali ini dengan sesempurna mungkin. Gue gak boleh gagal." Kalau sudah urusan kerjaan, Elgar memang sangat ambisius dan perfeksionis.

"Yes, siap." Seru Mila saat dasi abu abu sudah terpasang rapi di kemeja Elgar. Pria itu segera beranjak untuk mengambil tas kerjanya. Mila hanya bisa berdecak karena perlakuan Elgar tak sesuai ekspektasinya. Dia berharap, Elgar akan bilang terimakasih lalu mencium keningnya. Tapi sepertinya, hal seperti itu hanya ada di imajinasinya saja. Nyatanya Elgar berlalu tanpa sepatah katapun, apalagi kecupan mesra.

"Gue berangkat dulu." Ujar Elgar sambil memasang arloji di tangannya dan berjalan cepat menuju pintu.

"Tunggu." Mila berjalan cepat menyusul El.

Mila meraih tangan Elgar dan menciumnya. "Semoga meetingnya lancar."

"Doain gue ya." Entah kesambet setan darimana, Elgar mendadak minta didoakan.

"Selalu."

Elgar menangkup sebelah pipi Mila lalu mencium bibir gadis itu.

"Gue berangkat dulu."

Mila merasa seperti kesetrum. Dia sampai speechless. Belum pernah Elgar memperlakukannya seperti ini sebelumnya

"El, aku bawain makan siang ya nanti?"

"Serah lo." Jawab Elgar cepat sambil membuka pintu dan langsung melesat pergi.

Mila senyum senyum sambil berjalan menuju pantry. Selama menikah, mungkin inilah pagi yang paling spesial. Setalah hampir 5 bulan, akhirnya, pagi ini dia diperlakuan seperti seorang istri. Meskipun Elgar tetaplah Elgar, tak bisa bicara manis padanya. Tapi setidaknya, seperti tadi sudah lebih dari cukup untuknya.

...*******...

Mila memasuki gedung Dirgantara grup dengan hati riang. Semoga senin pagi yang indah ini, akan selalu berjanjut. Mila tersenyum manis hampir ke semua orang yang berpapasan dengannya.

Suasana hatinya sedang bagus hari ini. Rona bahagia terpancar jelas diwajahnya. Dia tak sabar ingin segera bertemu Elgar. Padahal baru 1 jam lebih mereka berpisah, tapi rasanya, Mila sudah rindu.

"Pagi Pak." Sapa Mila yang tak sengaja berpapasan dengan Devan. Dia menghentikan langkahnya dan menunduk hormat pada sang atasan.

"Pagi juga." Sahut Devan sambil tersenyum. Dia melihat jam tangannya. "Nanti, saat sudah mulai jam kerja, tolong bikinin saya kopi hitam?"

"Baik pak." Jawab Mila sambil mengangguk. Sekarang memang masih belum mulai jam kerja. Jadi Mila tak perlu terburu buru. Masih ada waktu buatnya untuk menyimpan tas di loker dan bertandang ke toilet untuk sekedar merapikan penampilan setelah tadi naik ojol.

Sesuai permintaan Devan, setelah dari toilet, Mila segera membuatkan kopi untuk pria itu.

"Buat siapa?" Tanya Dion yang entah sejak kapan berada dibelakang Mila sambil memperhatikan wanita itu.

"Pak Devan."

"Ck." Suara decakan Dion terdengar sangat keras. "Hilang Pak Bas, muncul yang lebih meresahkan." Gerutu Dion sambil bergerak mengambil kain lap yang ada di almari pojok.

Galang yang hanya mendengar tak tahan untuk tidak tertawa. Sepertinya ada kesenangan tersendiri baginya saat temannya menderita.

"Mundur Yon, mundur. Berat woi...duren kualitas premium mau lo lawan." Cibir Galang masih sambil tertawa.

"Paan sih kalian, gak jelas banget." Ujar Mila sambil geleng geleng.

"Eh Mil, jadi gosip yang katanya lo deket ma Pak Devan itu bener ya?" Tanya Galang.

"Dih, gosip darimana itu. Enggaklah, ada ada aja."

"Bagusdeh kalau gak bener." Ujar Dion.

Mila jadi gusar. Benarkah ada gosip seperti itu. Jika benar, atas dasar apa? Dan yang paling membuat Mila resah, gimana kalau Elgar sampai denger gosip itu.

Mila mendadak ragu untuk mengantarkan kopi ke ruangan Devan. Dia takut akan muncul gosip gosip baru lagi. Tapi ini pekerjaan, dia harus profesional. Dia yang sudah 4 bulan lebih menikah dengan Elgar saja tak terendus siapapun, tapi kenapa baru ketemu Devan beberapa hari, udah muncul gosip kayak gitu.

"Lang, bisa gak tolong anter kopi ini ke ruangan Pak Devan?" Pinta Mila.

"Sorry Mil. Gue disuruh beresin ruangan meeting. Katanya mau dipakai bentar lagi."

Mila ganti menatap Dion.

"Sory Mil, gue jug gak bisa."

Mila menghela nafas lemah. Sepertinya, mau tak mau, dia sendiri yang harus mengantar ke ruangan Devan.

Sepertinya situasi memang sedang tak berpihak pada Mila. Saat dia hendak menuju ruangan Devan, salah satu staf memanggilnya dan minta tolong fotokopi. Dan saat Mila bilang masih mau keruangan Devan, beberapa staf langsung berbisik bisik.

Tak mau makin jadi bahan gosip, Mila buru buru pergi menuju ruangan Devan.

Setelah beberapa kali mengetuk dan mendengar sahut dari dalam, Mila segera masuk.

"Kopinya pak." Ujarnya sambil meletakkan kopi tersebut diatas meja Devan.

"Makasih." Jawab Devan sambil menyunggingkan senyuman.

"Kalau tak ada kepentingan lain, saya permisi dulu."

Devan mengambil kantong plastik yang ada di atas mejanya lalu menyodorkan ke arah Mila. Tanpa membukanya, siapapun pasti tahu apa isinya. Ada logo restoran ayam goreng cepat saji yang sangat terkenal disana.

"Tadi saat mengantar Pink ke sekolah, dia minta mampir beli ayam goreng favoritnya. Dan tiba tiba, dia teringat kamu. Dia meminta saya membelikan buat kamu sebagai ganti makan siang yang dulu kamu beri padanya."

"Tidak perlu pak. Saya ikhlas kok ngasih ke Pink." Tolak Mila.

"Saya juga ikhlas ngasih ke kamu. Ditambah lagi, ini amanah dari Pink. Jadi saya harus menyampaikan.

Lagi lagi, situasi membuat Mila tak bisa menolak. Akhirnya dia menerima makanan tersebut. Dia hanya bisa berharap, semoga tak ada yang melihatnya membawa makanan itu saat keluar dari ruangan Devan.

Mila bernafas lega saat melihat meja Siska yang kosong. Sepertinya, sekretaris Devan itu sedang cuti. Buktinya tadi pas dia masuk, Siska juga tidak tampak.

Tapi kelegaannya tak berlangsung lama. Harapannya untuk tidak terlihat Siska kesampaian, tapi dia justru berpapasan dengan seseorang yang lebih menakutkan. Hingga jantungnya terasa mau melompat keluar saking kagetnya.

Elgar, benar sekali. Dia berpapasan dengan Elgar yang baru saja dari ruang meeting. Dan pria itu, jelas melihatnya keluar dari ruangan Devan.

Mila cepat cepat menyembunyikan makanan yang dia bawa dibalik tubuhnya.

1
Akbar Razaq
Jangan jangan gegara pink Mila jadi dekat sama Devan dan tahu kan Devan.orangnya baik dewasa dan.pastinya bertolak belakang dr Elgar.Bisa nyaman tuh si Mila klo udah kadung sama Devan.
Akbar Razaq
Jadi sugar baby ya Mila.Ternyata mura han juga .
Akbar Razaq
Laki lqki begitu pada akhirnyq di gilai mila.
Elina
sedih banget 🤧, cerita yang bagus
L A
Ku menangis 😭😭😭😭😭😭😭😭😭
L A
Biasa
Nenk Oky
akhir nya gk happy ending, kan kasian aku sampai nangis sendirian
Jennymanullang
/Cry//Cry//Cry/sedih
Venuz Jupiter
nangis Bombay,ikutan potek hati Eike😭😭
Mamiyah
makanya jd orang egois klu begini trus gigit jari dong 🤣🤣🤣🤣🤣
Mamiyah
itu kan setingan othooorrrr🤭🤭🤭🤭
tintrim listiani
otewe
tintrim listiani
karyamu kerenn semua thor...
Ely
Luar biasa. Bagus cerita nya. Ringan, ada sedih, senang. ada.cinta, rindu, tangis tawa
ada.Elgar, Mila
Bzaa
kerennnnnn😘😍💕
Bzaa
segera otewe...
sukses sll ya tor, kopi sudah terkirim 😘
St Olip
Luar biasa
Bzaa
Edgar menolong nya PK pamrih nih
Bzaa
pasti nyai Mila ☺️
Sa Tokkin
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!