Menikahi Tuan Muda Yang Kejam

Alya sedang menangis di kamar saat Rangga masuk ke dalam. Dia melihat Alya duduk di sofa dan menangis.

Dia pun melangkah perlahan mendekati Alya dan duduk di sampingnya serta memeluknya erat. Membiarkan Alya menumpahkan segala rasa sedihnya.

"Maafkan aku, Alya, aku masih belum bisa memaafkan kakakmu," ucap Rangga pelan sambil mengusap kepala sang istri.

"Aku mengerti, memang sulit memaafkan orang yang sudah membuat orang yang kita sayangi meninggal," sahut Alya lirih.

"Apa kau membenciku?" Rangga melepaskan pelukannya dan menatap Alya dengan serius.

"Tidak, aku tidak membencimu." Alya menggeleng.

"Lalu kenapa kau menangis? Jika kau ingin bersama kakakmu, aku akan melepaskanmu. Aku akan melakukan apapun asal kau bahagia." Rangga meraih wajah Alya dan mengusap kedua pipi tembam wanita itu.

"Tidak, kebahagiaanku hanya bersamamu." Alya menatap serius.

Rangga kembali memeluk Alya dengan erat.

"Apakah aku boleh mendengar tentang Adinda?" Alya bertanya sedikit ragu.

Namun, ketika dia melihat Rangga terdiam, dia pun menarik kembali ucapannya.

"Tidak, maafkan aku, lupakan saja. Aku tidak bermaksud..." Alya diam karena Rangga menutup mulutnya dengan telunjuknya.

"Tidak apa-apa, aku akan menceritakannya."

Setelah mendengar ini, aku harap kau membenci kakakmu, karena ini adalah fakta bahwa kakakmu orang yang sangat jahat.

"Adinda adalah sosok gadis yang periang dan ramah, dia selalu tersenyum dalam kondisi apapun. Saat berumur 20 tahun, dia jatuh cinta pada Arya. Aku tidak ingat jelas bagaimana mereka bertemu, karena tiba-tiba saja aku mendengar mereka meminta restu untuk berpacaran."

"Lalu apa yang terjadi?" tanya Alya semakin penasaran.

"Aku mempunyai kekasih bernama Soraya, kami berencana akan bertunangan. Namun, seminggu sebelum pertunangan kami, Adinda melihat Arya tengah berpelukan dengan Soraya di sebuah taman hiburan."

Alya terlihat kaget mendengar kenyataan ternyata selingkuhan Arya adalah kekasih Rangga.

"Adinda murka, dia marah dan mengurung diri di dalam kamar, sepertinya dia depresi sampai pada suatu malam, aku lalai dan Adinda pergi diam-diam dari rumah. Aku mencarinya semalaman, namun keesokan paginya aku mendengar kabar penemuan mayat gadis muda di sungai. Setelah aku melihat, ternyata dia memang adikku. Tidak ada tanda kekerasan, hanya tangan yang sedikit terluka akibat hantaman batu sungai dan polisi memastikan bahwa dia bunuh diri."

Bulir air mata pun mulai membasahi pipi Rangga setelah dia menyelesaikan kalimatnya.

Alya menghapus air mata Rangga dan memeluknya.

"Aku tidak menyangka kakakku bisa melakukan hal sejahat itu. Aku mengerti bagaimana perasaanmu, wajar jika dirimu membencinya. Aku berjanji aku akan selalu bersamamu."

"Terima kasih, kau telah membuat hidupku lebih baik."

Alya mengangguk dan tersenyum.

"Aku akan mandi, turunlah duluan dan aku akan menyusul."

Alya mengangguk dan segera turun.

20 menit kemudian, Ranga turun menemui Alya yang menunggunya di meja makan. Mereka pun makan malam bersama.

Selesai makan malam, mereka memilih mengobrol di ruang keluarga.

"Sayang, karena kau sudah mencintaiku, apa kau bisa melaksanakan kewajibanmu sebagai istri?" bisikan Rangga membuat bulu kuduk Alya berdiri. Alya tidak menyangka Rangga akan menagih secepat ini.

"A,,ku,,, emmm, maaf sayang tapi aku sedang PMS," bisik Alya pelan.

Rangga langsung terlihat lesu. "Kapan akan berakhir?" Rangga sepertinya tidak sabaran.

"Seminggu lagi, Sayang, sabar, ya." Alya membelai pipi Rangga dengan lembut.

Oh pantas saja aku tidak melihatnya beribadah sejak pagi. Eh apa yang aku lakukan? Kenapa aku malah memintanya melakukan itu. Munafik sekali kau Rangga!

Rangga mengutuk dirinya sendiri.

"Ayo kita tidur," ajaknya.

"Gendong," ucap Alya manja.

"Apa? Gendong?" Rangga mengernyitkan dahi mendengar permintaan Alya.

*K*enapa dia terlihat menggemaskan sekali? Eh, apa yang aku pikirkan? Tidak, tidak, ini tidak benar. Dasar wanita malas! Berjalan saja tidak mau. Benar-benar merepotkan!

"Baiklah, Nona muda."

Rangga pun menggendong tubuh mungil Alya hingga membuat wanita itu tersenyum senang melihat dia diperlakukan sangat lembut oleh suami tampannya.