Key, gadis kota yang terpaksa pindah ke kampung halaman yang sudah lama ditinggalkan ayahnya. Hal itu disebabkan karena kebangkrutan, yang sedang menimpa bisnis keluarga.
Misteri demi misteri mulai bermunculan di sana. Termasuk kemampuannya yang mulai terasah ketika bertemu makhluk tak kasat mata. Bahkan rasa penasaran selalu membuatnya ingin membantu mereka. Terutama misteri tentang wanita berkebaya putih, yang ternyata berhubungan dengan masa lalu ayahnya.
Akankah dia bisa bertahan di desa tertinggal, yang jauh dari kehidupan dia sebelumnya? Dan apakah dia sanggup memecahkan misterinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kiya cahya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjalanan ke Rumah Sakit
Perjalanan ke kota dengan bis terasa menyengkan. Ini baru pengalaman pertamaku, jadi aku sangat menikmatinya.
"Kenapa dari tadi melihat jendela?" tanya Ical.
"Seru ya ternyata naik bis."
"Kamu baru pertama? Ah, sudah pastilah. Kamu kan punya mobil, wajar kalau gitu. Harusnya kamu gak ikut, aku juga gak pantes jadi temen kamu."
"Aku baru pertama naik, karena mama gak pernah mau aku pergi sendirian. Padahal aku dah gedhe juga, tapi kadang suka mengangggap kalau aku masih kecil. Lagian, berteman bisa dengan siapapun kan? Gak nyambung deh!" jawabku sedikit kesal atas ucapannya yang terkesan meremehkanku.
"Dari kecil, aku tidak punya teman. Aku sering melihat makhluk tak kasat mata, jadi banyak teman yang menjauh. Mereka menganggapku gila, bahkan ada yang bilang kalau aku anak kutukan, pembawa sial, dan masih banyak kata menyakitkan lain saat menyebutku."
"Sampai segitunya? Abisnya kamu memang agak aneh juga. Sering banget ngawasin keluargaku."
"Aku melihat, ada sosok yang ingin mengincar keluargamu. Tapi aku belum tau, apa yang ingin dilakukannya."
"Maksudmu sosok seperti apa?" rasa penasaranku mulai tinggi.
"Wanita berkebaya putih, dia selalu mengikuti keluargamu sampai batas hutan. Jadi kalau ada di desa, kamu jangan tanya apapun tentangnya. Dia pasti akan merasa terpanggil untuk mendatangimu. Hanya di desalah dia punya kuasa." jelasnya yang membuatku semakin tak mengerti.
" Oyaa? Trimakasih, aku akan berhati-hati dengannya. Tapi apa kamu tau asal usul wanita itu?"
" Maaf, aku juga belum tahu. Mungkin ada kejadian yang menyangkut keluargamu, sebelum aku dilahirkan. Nanti coba aku tanyakan pada nenek."
" Kamu tinggal di mana, dan dengan siapa?
" Aku hanya berdua dengan nenek. Sedangkan ibu yang berjuang sendiri untuk melahirkanku, sudah meninggal saat usiaku 7 tahun. Ibu mengalami depresi akibat tekanan batin, tepat setelah aku dilahirkan. Ayahku pergi untuk menikahi sahabat ibu sejak aku masih dalam kandungan. Jadi hanya nenek yang merawatku dari kecil." jelasnya dengan mata sedikit berkaca-kaca.
" Maaf, kalau aku membuatmu mengingat ibumu. Apa kita masih jauh?" tanya ku mencoba memgalihkan percakapan kami.
" Sebentar lagi, mungkin satu perempatan lagi. Eh, tapi tadi aku lupa gak bawa uang. Gimana niy?"
"Oiya, aku juga cuma bawa uang sedikit. Mungkin cuma cukup buat naik bis ini aja. Nanti coba kita tawarkan jam tanganku di toko pegadaian, semoga aja bisa buat ongkos kita pulang nanti."
"Maaf ya, kalau kamu jadi harus kehilangan jam tanganmu."
"Tidak apa-apa, ini juga dah lama kok."
Tak terasa, kami sudah sampai di depan rumah sakit tujuan. Setelah membayar, segera kutarik Ical untuk ke tempat resepsionis. Sepertinya dia bingung, cuma bisa bengong melihat rumah sakit ini.
Akhirnya kami menemukan tempat jenazah itu. Dan saat dibuka kain penutupnya oleh petugas, ternyata memang benar. Itu wanita yang tadi kami temui di desa dengan wajah penuh darah.
"Maaf, pak. Boleh ditutup lagi? Nafsu makanku sedikit berkurang, Pak." ucapku dengan rasa mual yang langsung muncul tiba-tiba.
"Ohh, gak kuat ya dek. Ya sudah, saya tutup lagi. Ada yang bisa saya bantu?" tanya petugas di kamar mayat rumah sakit itu.
"Ini, saya dan teman saya menemukan tas. Ini kertas alamat serta no telepon yang ada di dalamnya. Sepertinya ini milik mbak ini. Karena bapak percaya atau tidak, tadi kami bertemu sosoknya dan dia meminta kami untuk memberi tahu keluarganya. Katanya dia ingin meminta maaf." jelasku.
"Oh, iya trimakasih. Tadi juga semua pada bingung nyari keluarganya. Untung ada adek yang mo anter ke sini.