Kecelakaan besar yang disengaja, membuat Yura Afseen meninggal dunia. Akan tetapi, Yura mendapat kesempatan kedua untuk hidup kembali dan membalas dendam atas perbuatan ibu tiri beserta adik tirinya.
Yura hidup kembali pada 10 tahun yang lalu. Dia pun berencana untuk mengubah semua tragedi memilukan selama 10 tahun ke belakang.
Akankah misinya berhasil? Lalu, bagaimana Yura membalas dendam atas semua penindasan yang ia terima selama ini? Yuk, ikuti kisahnya hanya di noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sensen_se., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8 : MATA-MATA
PLETAK!
“Aawwwshh!” ringis Yura mengusap keningnya yang disentil kuat oleh Zefon.
“Cinta! Cinta kepalamu! Masih bocah ngomong cinta-cintaan!” sentak pria itu melotot tajam.
“Tega banget, astaga! Aku tarik ucapanku yang menganggapnya malaikat! Kusumpahin bucin tahu rasa kau!” gerutu gadis itu bersuara pelan, masih sibuk mengusap keningnya yang memerah. Benar-benar sakit, matanya bahkan sampai berkaca-kaca.
Zefon mendelik ketika mendengar umpatan Yura. Walaupun bersuara lirih, telinga lelaki itu begitu tajam dan bisa mendengarnya. “Mau lagi?” ancam lelaki itu melingkarkan ibu jari dan telunjuk tepat di kening Yura.
“Enggak!” teriak Yura menggeleng cepat, sembari memejamkan matanya rapat-rapat. Bulu mata Yura terlihat begitu lentik, hidung kecil namun bangir, bibir mungil, cukup membuatnya panas.
Zefon meregangkan dasi yang melilit di kerahnya. Memalingkan muka agar tidak semakin terperosok dalam pesona Yura. “Aku melakukan semua ini karena kamu telah menyelamatkan seluruh aset keluargaku! Percaya diri sekali!” ungkapnya mendaratkan tubuh di kursi tak jauh dari ranjang.
Yura membuka kedua mata perlahan, khawatir terkena sentilan maut lagi. “Aku tidak merasa melakukan apa pun,” ujarnya mengingat-ingat.
“Memang benar, tapi laporan kamu sangat membantuku dan tim untuk menemukan chip tersebut. Mungkin jika sudah jatuh ke tangan rival, hancur sudah kerajaan bisnis keluargaku yang selama ini mendunia, maka dari itu anggap saja semua penawaranku sebagai imbalannya,” papar lelaki itu menegakkan duduknya.
Yura memutar bola matanya malas, dalam ucapan terima kasih tersirat kesombongan yang khas dari lelaki itu.
Sebenarnya bukan hanya itu, Zefon merasa sakit ketika melihat Yura mengalami kejadian seperti itu. Jiwanya bergejolak untuk terus melindungi gadis kecil itu. Akan tetapi, mana mau lelaki itu mengakuinya.
‘Wah, cuma nyebutin kayak gitu bisa dapet banyak penawaran.’ Dalam hati Yura bersorak dengan meriah. Ia tersenyum misterius membayangkan Zefon tunduk padanya.
“Katakanlah sebelum aku berubah pikiran!” sentak Zefon yang justru melihat Yura senyum-senyum sendiri dalam lamunan.
“Ah! Iya, iya. Sabar!” Yura berpikir sejenak, mungkin ini jalan untuk memudahkannya balas dendam. “Emmm ... bisakah aku meminta tolong untuk memata-matai Sarah?” tanya Yura dengan ragu-ragu. Dalam kondisinya saat ini, Yura memang tidak bisa bergerak bebas. Seluruh tubuhnya masih remuk redam dan butuh perawatan. Karenanya ia berpikir untuk meminta bantuan Zefon.
“Sarah Angelic?” Zefon bertanya balik. Ia tampak mengernyitkan keningnya dalam.
Yura menggigit bibir bawahnya, ia mengangguk dengan cepat. “Iya,” sahutnya was-was, takut jika pria itu menolak.
“Oke! Ada yang lain?” tawar Zefon.
Mendelik tidak percaya, tanpa bertanya apa pun Zefon langsung menyetujuinya. Manik mata Yura bergerak cepat ke kanan dan kiri untuk berpikir.
“Emmm ... sementara itu dulu. Selanjutnya akan aku pikirkan dulu. Aku yakin, ibu tiriku itu menyimpan banyak rahasia. Aku ingin membongkar dan membuka mata ayahku jika perempuan yang ia nikahi itu bukan wanita baik-baik,” gumam gadis itu penuh keyakinan.
Tanpa menjawab lagi, Zefon segera menghubungi Calvin. Meminta beberapa bawahannya untuk memata-matai Sarah Angelic.
“Terima kasih,” balas Yura setelah mendengar percakapan serius lelaki itu dengan bawahannya.
Zefon tidak menjawabnya. Hanya melirik sekilas sembari memainkan ponselnya. Merasa dalam situasi canggung, Yura berusaha keras untuk memejamkan mata. Ia berharap, Zefon akan pergi setelah ia tidur.
\=\=\=\=ooo\=\=\=\=
Silaunya cahaya menembus sepasang netra Yura. Ia mengerjap dengan perlahan, rasa kantuk masih menyerang. Ia menggerakkan kedua lengan yang semakin terasa nyeri. Gerakannya terhenti ketika merasa menyentuh kepala seseorang.
Gadis itu menoleh cepat, ternyata sentuhannya membuat Zefon terbangun. ‘Kenapa dia di sini?’ batinnya menarik tangan dengan cepat sambil mengurai senyum.
Kecanggungan pagi itu terselamatkan dengan getaran ponsel Zefon. Pria itu segera mengangkat panggilan dari bawahan yang bertugas mengintai Sarah.
“Hmm?” gumam Zefon menatap Yura dengan serius. “Ada kabar tentang Sarah?” tanya Zefon mendengarkan suara di seberang dengan saksama.
Mendengar nama Sarah, Yura sangat penasaran, ia menyelipkan rambut panjang di balik telinga. Fokus ingin turut mendengarkan, ia sangat antusias jika mengenai wanita itu.
Bersambung~