Aditya Kalandra wiratmaja tidak pernah menyangka bahwa kekasihnya, Nathasya Aurrelia pergi meninggalkannya tepat di hari pernikahannya. Dalam keadaan yang kalut ia dipaksa harus menerima pengantin pengganti yang tidak lain adalah adik dari sahabatnya.
Sementara itu, Nayra Anindhira Aditama juga terpaksa harus menuruti permintaan sang kakak, Nathan Wisnu Aditama untuk menjadi pengantin pengganti bagi Aditya atas dasar balas budi.
Apakah Nayra sanggup menjalani kehidupan barunya, dan mampukah dia menakhlukkan hati Aditya.
Ataukah sebaliknya, apa Nayra akan menyerah dan pergi meninggalkan Aditya saat masalalu pria itu kembali dan mengusik kehidupan rumah tangga mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MauraKim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berubah menjadi Posesif
Arsyila keluar dari ruang ganti dengan wajah cemberut, kembali mengenakan pakaiannya tadi pagi. Arsyila melangkahkan kakinya ke arah Nadira, menyerahkan pakaian yang ia coba tadi.
"Kak, aku akan ambil yang ini saja, tolong di siapkan. Aku akan menunggu di depan." ucapnya sembari menunjuk setelan pakaian berwarna biru navy. Setelah mengatakan itu pada Nadira, Arsyila membalikkan badan dan menghampiri Nayra.
"Kak Nayra, sepertinya aku harus pergi sekarang. Mobil Kakak aku bawa dulu ya, nanti setelah dari Restoran aku ke sini lagi." pamitnya pada Nayra. Arsyila bahkan tak menoleh sedikitpun pada Reyhan yang ada di samping Nayra.
Nayra mengangguk menanggapi ucàpan Arsyila, "Iya, kamu tidak perlu kembali ke sini lagi. Nanti biar Kakak pulang bersama kak Nadira."
Arsyila mengangguk dan beranjak dari hadapan Nayra, dan berpamitan pada Nadira. "Kak Nadira, nanti aku akan hubungi kakak untuk membicarakan soal tadi. Aku pergi du,,,"
Ucapan Arsyila terhenti saat tiba-tiba ia merasakan ada yang mencekal pergelangan tangannya. Ia menoleh dan mendapati Reyhan memandangnya dengan sendu, "Apa ucapanku tadi menyakiti kamu?" tanya Reyhan.
Sedari awal Arsyila keluar dari ruang ganti, Reyhan terus memperhatikannya. Dan dari sanalah Reyhan menyadari ada yang aneh dari Arsyila, ia mendapati mata gadis itu sembab menandakan bahwa ia baru saja menangis. Dari hati, Reyhan menyesali perbuatannya. Karena ia berfikir jika Arsyila menangis karena dirinya.
Arsyila mengeleng sembari melepaskan tanganya dari cekalan Reyhan. "Tidak Kak, Kakak tenang saja. Aku baik-baik saja. Kalau begitu aku pergi dulu." jawab Arsyila dengan nada yang ia buat setenang mungkin. Ia hendak beranjak, Namun lagi-lagi langkahnya harus terhenti karena Reyhan mengeluarkan suaranya lagi.
"Tunggu dulu, ada yang ingin kakak bicarakan. Kamu tunggu sebentar. Dan Kakak minta maaf kalau ucapan Kakak tadi menyinggung kamu Hmm." Reyhan memutuskan untuk tidak menanyakan lagi keadaan Arsyila, ia merasa adik sahabatnya ini dalam keadaan yang tidak baik.
Nayra tentu merasa binggung dengan apa yang terjadi, ada apa sebenarnya dengan Reyhan dan Arsyila. Namun, ia mencoba menahan rasa penasarannya untuk saat ini. Biarlah nanti ia akan bertanya pada Nadira.
Reyhan kembali menyuarakan suaranya. Namun kali ini bukan hanya Arsyila yang ia ajak bicara, tapi semua yang ada di sana.
"Begini, tiga hari lagi perusahaanku akan meluncurkan produk baru. Tentu kamu sudah tahu kan, Nayra?" Nayra mengangguk menanggapi pertanyaan Reyhan.
"Nah,, aku ingin mengundang kalian untuk ke acara itu. Kalian harus datang, terutama kamu Ra. Kamu harus datang, karena kedepannya kita akan sering bekerja sama dalam proyek lainnya. Aku baru ingat, setelah ini aku ada pertemuan dengan Nathan dan Aditya. Aku akan bicara pada Nathan agar dia membawamu. Kalau tidak, dia tidak akan ku izinkan masuk." ucap Reyhan sembari tertawa.
Arsyila dan Nadira hanya memperhatikan interaksi keduanya. Dalam hati, Arsyila bergumam. "Kamu seharusnya meminta izin kepada Kak Aditya, bukan pada Kak Nathan.
Seandainya saja kamu tahu kenyataan sebenarnya, kamu pasti tidak akan tertawa seperti itu kak." Arsyila memalingkan wajahnya saat ia merasa matanya memanas.
"Nadira , kamu juga harus datang. Dan kamu Arsyila, aku juga akan mengatakan pada Aditya untuk membawamu dan istrinya." ucap Reyhan yang secara otomatis membuat Nayra, Nadira dan Arsyila saling berpandangan.
"Sepertinya aku tidak akan datang, Kak. Aku sama sekali tidak mengerti urusan fashion seperti itu. Lagian itu kan acara penting, kenapa juga kamu mengundang orang luar sepertiku." jawab Arsyila menolak permintaan Reyhan.
"Aku tidak mau tahu, kamu harus datang. Kalau kamu tidak datang, aku sendiri yang akan menjemputmu. Ingat itu."
Mendengar penuturan Reyhan, Arsyila mendengus kesal. "Terserah padamu saja, Kau memang selalu menyebalkan, Kak." ucapnya.
"Aku tidak peduli. Kalau begitu aku pamit dulu, semuanya. Karena ada urusan penting. Ingat, kalian bertiga harus datang ke acara itu. Kalau begitu aku pergi dulu, Assalamualaikum." ucap Reyhan berlalu dari hadapan Nayra, Nadira dan Arsyila.
"Waalaikumsalam." jawab mereka bertiga serempak.
Setelah kepergian Reyhan, Nayra menghampiri Arsyila. "Sebenarnya ada apa, Dek. Apa kamu ada masalah? Lihat, mata kamu juga sembab. Kamu pasti habis menangis, kan?" tanya Nayra sembari memegang salah satu sisi pipi Arsyila.
Sebelum Arsyila sempat menjawab, ponsel Nayra tiba-tiba berdering. Ia segera merogoh saku roknya dan melihat siapa yang menelepon.
Tertera nama Aditya di layar ponselnya. Sebelum mengangkat pangilan itu, Nayra memberikan pesan pada Arsyila untuk menunggu.
"Hallo, Assalamualaikum Mas. Ada apa?" ucap Nayra setelah mengangkat panggilan dari Aditya.
"Waalaikumsalam, Nayra. Apa kamu belum berangkat ke butik?" tanya Aditya dari ujung telepon.
"Sudah, Mas. Astaghfirullahaladzim, maaf aku lupa memberikan kabar pada kamu, Mas." jawab Nayra penuh dengan penyesalan.
Di seberang telfon Aditya menghela napasnya. Apa ini, sedari tadi dia merasa sangat risau dan tidak tenang karena menunggu telepon dari Nayra. Tapi Nayra dengan mudahnya mengatakan jika dia lupa.
"Tidak apa-apa. Tapi lain kali jangan di ulangi, langsung beri kabar pada Mas jika sudah sampai. Apa pekerjaan kamu banyak, sampai-sampai lupa memberi kabar pada, Mas?"
Mendengar Aditya menyebut dirinya dengan panggilan yang biasa ia gunakan yaitu 'Mas', entah mengapa membuat hati Nayra terasa hangat. Bahkan tanpa sadar, ia menyunggingkan senyumnya. Nadira dan Arsyila saling pandang, merasa heran dengan tingkah Nayra.
"Sebenarnya tidak terlalu sibuk, Mas. Begitu sampai, aku langsung membantu Arsyila memilih gaun yang ia butuhkan. Setelah itu ada pelanggan yang mengambil pesanan, jadi aku belum sempat pegang ponsel." jawab Nayra menjelaskan.
"Apa kalian tadi berangkat terpisah? Maksudku, berangkat memakai mobil sendiri-sendiri atau bersama." tanya Aditya lagi.
"Kami tadi berangkat bersama, Mas. Kebetulan setelah ini mobilku akan di bawa Arsyila, nanti aku pulang bersama Mbak Nadira. Memangnya kenapa, Mas?" tanya Nayra penasaran dengan maksud pertanyaan Aditya.
"Tidak usah pulang bersama teman kamu, nanti biar Mas yang jemput, sekalian kita makan malam di luar. Apa kamu keberatan?"
"Tidak, Mas. Nayra tidak keberatan, kalau begitu nanti Nayra tunggu." Nayra merasa senang karena semakin hari, sikap Aditya semakin manis kepadanya.
"Syukurlah kalau begitu. Kalau begitu, Mas tutup teleponnya. Mas ada meeting di luar bersama Nathan dan teman Mas lainnya. Nanti Mas kabari lagi, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." jawab Nayra menutup percakapan mereka.
"Apa itu Kak Aditya, Kak?" tanya Arsyila penasaran.
"Iya, tadi Kakak lupa tidak memberitahu padanya kalau kita sudah sampai butik. Jadi dia menelfon untuk menanyakan, apa kita sudah sudah sampai apa belum." jelas Nayra.
Mendengar ucapan Nayra, sontak Nadira dan Arsyila tersenyum mengoda.
"Itu mah dia menanyakan kamu saja, Kak. Kalau aku, Kak Aditya mah tidak peduli. Tapi ngomong-ngomong, sejak kapan Kak Aditya jadi posesif kayak gitu?" goda Arsyila, sembari menyenggol bahu Nayra pelan.
"Eehhmmmmm, sepertinya ada yang sudah mulai jatuh cinta, nih. Arsyila siap-siap saja, pasti sebentar lagi kamu akan punya keponakan baru." sahut Nadira ikut mengoda Nayra. Sontak ucapan Nadira membuat Arsyila tertawa sementara Nayra membolakan matanya.
"Kalian apaan sih, Mas Aditya hanya menanyakan apa aku sudah sampai butik atau belum. Kenapa tiba-tiba menjurus ke arah sana. Kalian benar-benar aneh sekali." Nayra menjelaskan dengan nada kesal, wajahnya memanas merasa malu karena godaan dari sahabat dan adik iparnya itu.
"Oh iya satu lagi, Nanti mobil Kakak kamu bawa saja. Mas Aditya nanti yang akan jemput Kakak." jawaban Nayra semakin membuat Nadira dan Arsyila senang.
"Lihat, Arsyila. Sepertinya Kakakmu itu sudah mulai jatuh cinta pada Nayra. Tapi aku sungguh senang sekali melihat hubungan kalian sudah mulai membaik seperti ini, Ra. Benar kan, Arsyila?" Nadira memandang Nayra dengan mata berbinar, akhirnya ia bisa melihat Nayra tersenyum saat menceritakan hubunganya dengan Aditya.
"Benar, Kak. Aku rasa saat sakit kemarin, ada yang salah dengan otak Kak Aditya. Dia dengan cepat bisa berubah dari cuek menjadi posesif. Aneh sekali, kan? Tapi aku juga sangat senang jika kulkas itu bisa berubah seperti ini." sahut Arsyila dengan antusias.
"Husshh, Arsyila. Tidak sopan bicara seperti itu." tegur Nayra saat mendengar Arsyila mengatakan hal buruk tentang Kakaknya.
Nadira menyenggol bahu Arsyila, "Kamu lihat, sekarang dia membela suaminya saat kamu mengatakan hal buruk tentangnya. Padahal kemarin-kemarin, dia hanya diam saja saat kita berdua mengumpati pria itu."
"Kamu benar Kak, aku rasa mereka berdua sama-sama sedang jatuh cinta." jawab Arsyila membenarkan ucapan Nadira.
"Sudah-sudah, kenapa malah membahas tentang aku. Kakak tadi kan mau tanya kepada kamu, dek. Ayo katakan pada Kakak, kenapa kamu sampai menangis begini?" pertanyaan Nayra otomatis menghentikan senyuman Arsyila. Ia tentu tidak bisa mengatakan apa alasan yang membuatnya menangis. Ia tidak mau merusak suasana hati Nayra saat sedang bahagia seperti sekarang.
"E-emm itu Kak, aku tidak apa-apa. Hanya saja aku kesal pada Kak Reyhan" jawab Arsyila dengan gugup. Dalam hati, Arsyila meminta maaf pada Reyhan karena menjadikan pria itu kambing hitam.
"Kesal pada Mas Reyhan?" tanya Nayra dengan mengerutkan alisnya.
"Iya, apa kamu tahu? Dia mengatakan padaku, aku tidak pantas mengunakan gaun hitam yang sudah aku pilih dengan susah payah. Padahal aku suka sekali gaun itu, dia bilang aku belum pantas mengunakan pakaian yang terbuka seperti itu. Hanya karena gaun itu tidak berlengan dia melarangku, memangnya dia pikir aku masih gadis di bawah umur. Seenaknya sendiri mengaturku seperti itu, Kak Aditya saja tidak pernah melarangku seperti itu. Lagian gaun itu tidak terbuka sama sekali. Sungguh pria yang sangat menyebalkan." Arsyila mengungkapkan kekesalan yang ada di hatinya dengan bersungut-sungut.
Awalnya dia hanya menjadikan Reyhan kambing hitam untuk membohongi Nayra. Tapi entah mengapa, tanpa sadar ia mengungkapkan kekesalan yang ada di hatinya di hadapan Nayra dan Nadira.
Nayra tersenyum, begitu juga dengan Nadira.
"Apa gaun hitam yang kamu maksud yang memiliki model bodycon yang ada di sebelah sana?"tanya Nayra sembari menunjuk letak gaun yang di maksud Arsyila.
Arsyla mengangguk, dan itu membuat Nayra merasa heran. "Tapi gaun itu sama sekali tidak terbuka, maksudku masih wajar di gunakan untuk menghadiri pesta. Apalagi gaunnya kan cukup panjang, kenapa Mas Reyhan sampai melarangmu seperti itu? Aneh sekali."
Nadira lagi-lagi tersenyum, ternyata bukan hanya dirinya yang merasa heran dengan tingkah Reyhan yang terlalu overprotective, Nayra pun merasakan hal yang sama. Tiba-tiba muncul sebuah ide dalam kepalanya untuk memastikan apa yang ia duga benar atau tidak.
"Kamu pasti sangat kesal karena di anggap masih seperti anak kecil seperti itu, Kan?" tanya Nadira pada Arsyila. Nayra merasa ada sesuatu yang aneh dari nada bicara Nadira, sepertinya sahabatnya itu sedang merencanakan sesuatu.
"Tentu saja,Kak. Aku ini sudah dewasa, bahkan teman-teman sebayaku banyak yang sudah menikah. Tapi dia masih saja memanggilku Bunny dan menganggapku seperti anak kecil. Menyebalkan sekali." jawab Arsyila dengan kesal.
"Kakak punya ide," mendengar ucapan Nadira, Arsyila memfokuskan pandanganya pada Nadira. penasaran ide apa yang Nadira miliki.
"Bagaimana kalau saat ke pesta nanti, Kakak yang pilihkan kamu gaun dan merias wajahmu. Kita buat Reyhan sadar, kalau kamu bukan lagi gadis yang ia temui 10tahun lalu.
Izin yaa