Apa kamu bisa bertahan jika seorang yang kau kasihi dan kau hormati menorehkan luka begitu dalam.
Penghianat yang di lakukan sang Suami membuat Ellen wajib berlapang dada untuk berbagi segala hal dengan wanita selingkuhan Suaminya.
Ingin rasanya Ellen pergi menjauh namun Davit, Suaminya tidak mau menceraikan. Ellen di tuntut bertahan meski hampir setiap hari dia menerima siksaan batin. Bagaimana hati Ellen tidak sakit melihat lelaki yang di cintai membagi perhatian serta kasih sayang nya di pelupuk mata. Namun tidak ada pilihan lain kecuali bertahan sebab David tak membiarkannya pergi.
Suatu hari tanpa sengaja, Ellen di pertemukan dengan seseorang yang nantinya bisa menolongnya terlepas dari belenggu David.
Langsung baca ya👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluSi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 11
Ellen duduk menunggu kedatangan Johan yang tengah berbicara empat mata dengan Yuan. Terselip rasa takut sebab Ellen memperkirakan jika Yuan bukanlah orang biasa. Namun di balik itu, Ellen berharap kekuasaan Yuan lebih besar dari David.
Hal tersebut meringankan ketakutan. Terserah saja jika nantinya dia berakhir terbunuh asalkan tidak kembali hidup bersama David.
"Biasanya tidur jam berapa?" Tanya Johan sambil duduk di samping Ellen.
"Ini masih terlalu sore untuk tidur." Satu atau paling lama dua jam dalam semalam. "Bagaimana tugasnya Kak?" Tanya Ellen ingin tahu." Apa aku harus berlatih membawa senjata?" Lanjutnya penasaran.
"Mau coba." Johan mengeluarkan senjata tanpa peluru dan menyodorkannya.
"Berat ya." Ucap Ellen sambil membolak-balikan senjata.
"Kalau berat, berarti kurang pas untuk di jadikan senjata mu." Johan mengambil senjata api lalu menyimpannya.
"Nanti juga terbiasa aku tidak tahu menahu soal itu." Johan tertawa kecil." Aku memang payah dan tidak berguna. Apa yang Tuan Yu katakan adalah benar." Imbuhnya lirih.
"Tahu dari siapa kalau aku dan Tuan Yu bersaudara?"
"Mbok Lela."
"Oh. Jaga rahasia dari yang lain." Pinta Johan berusaha menenangkan ketegangannya karena sempat mengira tugas yang Yuan berikan akan mengancam keselamatan Ellen.
"Hum, terus bagaimana tugasku?"
"Tuan Yu ingin kamu memanfaatkan senjata mu."
"Senjata apa?" Tanya bingung.
"Kecantikan mu." Ellen tersenyum aneh.
"Aku bingung. Kecantikan kok senjata, itu adalah anugerah tapi tidak berguna."
"Kenapa tidak berguna, buktinya lelaki itu mencintaimu sampai gila." Johan menyaksikan sendiri bagaimana kegilaan David.
"Omong kosong. Cinta tidak mungkin menyakiti. Setidaknya lepaskan aku agar bisa melanjutkan hidup. Jangan menerapkan keegoisan seperti ini. Akupun tidak menyalahkan takdir. Dia melawan kenyataan yang sudah di tunjukkan lewat keinginan yang berlawanan." Tutur Ellen menjelaskan.
"Percayalah kalau takdir akan menunjukkan jalan keluar meski berusaha di lawan."
"Aku hanya punya keyakinan itu. Eum soal senjata bagaimana?" Tanya Ellen tidak sabar.
"Menarik perhatian seseorang. Bisa kan?"
"Itu saja?"
"Hum ya. Untuk masalah lain, biar aku yang mengurus."
"Keselamatan ku?"
"Apa kurang cukup mengerahkan ratusan anak buah untuk mengambil mu dari lelaki itu?" Ellen tersenyum simpul, dia mengira ucapan Johan hanyalah sebuah kebohongan yang di lontarkan untuk menghibur.
"Semoga tidak bertemu dengan nya."
"Ya semoga saja." Pasti bertemu sebab ini adalah bagian dari rencana. Memang tidak pantas mengambil wanita berstatus Istri. Itu kenapa lelaki itu harus di paksa menceraikan mu.
.
.
.
.
.
Keesokan harinya. Johan mengetuk pintu Ellen pukul enam pagi lalu memberikan sebuah baju ala kantoran dan beberapa make up sesuai arahan Ellen.
Hanya 30 menit waktu yang di butuhkan Ellen untuk merubah penampilan polosnya dengan sosok wanita karir. Rupanya sejak duduk di bangku sekolah tingkat atas, Ellen menyukai make up. Dia kerapkali belajar mengunakannya walaupun meski tanpa make up wajah Ellen sangatlah cantik.
Saat Ellen keluar dari sebuah kamar tamu yang terletak di bangunan utama. Yuan maupun Johan sempat berhenti bernafas sesaat. Make up yang Ellen gunakan berhasil merubah sifat asli pemakainya.
"Ehem..." Johan sengaja berdehem saat mendapati Yuan tidak berhenti menatap." Sesuai tidak?" Tanya Johan memastikan.
"Hum cukup." Jawab Yuan singkat. Dia terlihat lebih dewasa.
"Cukup bagaimana Kak Yu? Perjelas komentar mu." Desak Johan yang langsung di jawab dengan pukulan kepala.
"Jangan melebihi batas Jo! Kau tidak ingin anak kecil itu meniru perbuatan tidak sopan mu!" Sambil menunjuk Ellen.
"Anak kecil? Siapa yang Tuan sebut anak kecil?" Yuan menatap Ellen sejenak lalu menelan saliva lembut.
"Bukankah umur mu masih 23 tahun?"
"Tapi saya bukan anak kecil. Saya wanita yang sudah menikah hanya saja tidak di beri kesempatan punya anak!" Jawab Ellen melirik malas sementara Johan tertawa kecil. Sikap Yuan kembali menghibur nya.
"Umur mu lebih muda daripada kami."
"Nyatanya dia yang tak pernah sekalipun pacaran." Sahut Johan seraya menunjuk Yuan.
"Kau mau menghancurkan wibawa ku Jo!!" Untuk pertama kali seorang Yuan menunjukkan wajah paniknya.
"Itu fakta Kak Yu."
"Aku malas melakukannya! Kau paham alasannya kan?!"
"Tidak paham sebab itu terdengar aneh kecuali Kak Yu tidak normal."
"Berhentilah bicara atau..."
"Sikap kalian yang seperti bocah. Mana ada orang dewasa bertengkar." Sahut Ellen." Jadi tidak tugasnya? Mana orang yang namanya Reyhan?" Johan maupun Yuan menghela nafas panjang nan berat. Mereka merasa kehadiran Ellen akan memberi sedikit warna meskipun nanti pekerjaan mereka semakin bertambah.
.
.
.
.
.
Singkat waktu, dengan di antar mobil lain, Ellen menuju sebuah perusahaan terbesar nomer satu untuk menemui Reyhan, orang yang di pikir sebagai pemilik perusahaan.
Hari ini ada pertemuan yang melibatkan target sehingga Ellen di hadirkan untuk memancing pengakuan. Sebut saja namanya Sam, seorang investor yang di gadang-gadang andil dalam persengkokolan untuk merebut kekuasaan Yuan.
Awal pertama bertemu Reyhan, Ellen sempat menghela nafas panjang. Penampilan Reyhan sedikit membuatnya tidak nyaman karena mengingatkannya pada David yang selalu ingin terlihat perfect.
"Ada yang tidak sesuai dengan keinginan Nona Ellen?" Tanya Reyhan. Rupanya Johan sudah memberitahu soal trauma berat yang Ellen alami yang bisa memicu kerja otak.
"Apa bisa mengenakan kemeja warna lain? Kalau eum pu putih terlihat jelek!" Jawab Ellen asal ketika otaknya kembali terganggu.
"Oh. Apa warna kesukaan Nona?"
"Kok malah tanya saya?"
"Johan menyuruh saya menjaga kenyamanan Nona." Jawab Reyhan sambil melepaskan jasnya.
"Semua warna selain pu putih." Dasar Kak Jo. Kalau terlalu perhatian takutnya jatuh hati beneran.
"Akan saya ganti." Reyhan berjalan masuk sebuah ruangan untuk mengganti kemeja berwarna gelap." Bagaimana?" Reyhan kembali menanyakan pendapat. Dia menyadari ekspresi Ellen yang kini berangsur pulih. Tega sekali Pak David pada Istrinya sampai mengalami tekanan berat.
Sebenarnya Reyhan tidak mengenal David. Dia mengetahui Ellen dan permasalahannya dari Johan juga rumor buruk yang bertebaran dalam beberapa bulan.
"Hum sangat bagus."
"Tugas Nona sebagai pendamping saya. Untuk masalah lain, saya sudah punya sekertaris. Em semoga bisa berkerja sama." Reyhan mengulurkan tangannya.
Ellen berdiri dan menyambutnya. Terselip rasa takut jika ada sosok David pada pertemuan tersebut.
"Apa AN group ikut?"
"Tidak Nona. Mari ikut saya." Ellen tersenyum lega." Johan sudah menjelaskan tentang tugas anda?" Tanya Reyhan sopan.
"Hum sudah."
"Panggil saya Pak Rey agar menyakinkan."
"Siap Pak Rey. Semua akan berjalan lancar asal AN group tidak ada di sana." Jawab Ellen seraya memerhatikan sekitar.
Perusahaan One group berkali-kali lebih besar daripada AN group. Ellen merasa beruntung bisa bertemu dengan Reyhan yang di anggap sebagai pemiliknya. Dulu Ellen sempat menanyakan pada Toni soal identitas pemilik One group. Tapi Toni bilang identitas pemilik nya di rahasiakan. Jangankan dirinya, sesama pengusaha saja kesulitan menerka siapa owner One group.
Apa hubungan Tuan Yu dengan Pak Rey ya? Kok mereka berkerja sama padahal kata Toni, pemilik nya sulit di temui. Batin Ellen.
Sepanjang perjalanan menuju ruangan yang di tuju, Ellen menerka-nerka tapi tidak juga mendapatkan jawaban. Dia saja bingung dengan pekerjaan Yuan. Kalaupun Yuan penjahat kelas kakap, lantas untuk apa berkerja sama dengan pemilik One group. Ah entahlah, Ellen tidak ingin tahu soal itu. Yang penting sekarang, keselamatannya sudah terjamin meski untuk hidup bebas, Ellen tidak yakin bisa.
Sesampainya di sebuah ruangan, Ellen di giring masuk. Ada sedikit ketegangan, takut kalau Johan membohongi nya dan menghadirkan David. Ellen bernafas lega sebab hanya ada tiga orang lelaki asing.
Baru saja Ellen melangkahkan kakinya masuk, tatapan nakal salah satu lelaki membuatnya paham siapa target yang di bicarakan Johan.
Dia pencinta wanita, pasti mudah menggoda nya. Kalau dia langsung menatapmu lekat, itu tandanya dia masuk perangkap.
Ellen bersalaman dengan satu persatu lelaki yang hadir lalu duduk tepat di samping Reyhan.
"Langsung saja Pak Sam. Jika anda mau berkerja sama, imbalannya anda dapatkan bukan hanya uang tapi..." Rey menunjuk Ellen dengan isyarat mata.
Salah satu lelaki meletakkan koper besar di atas meja lalu membukanya. Terdapat tumpukan uang yang entah berjumlah berapa.
Bukannya dia? Batin Sam.
"Bagaimana Pak Sam?" Tanya Rey menuntut keputusan.
"Tawaran yang bagus. Mustahil tidak saya terima." Jawab Sam terus saja menatap ke arah Ellen.
"Tapi anda ingat konsekuensinya jika melanggar?"
"Hum. Malam ini saya ada janji dengan beliau untuk membicarakan rencana selanjutnya." Sam terus saja menatap Ellen dengan senyuman nakal dan terpaksa di balas seolah-olah Ellen pun menginginkan Sam.
Aku lupa bertanya pada Johan soal tugasnya. Sebatas menggoda atau harus beradegan.. Seharusnya tadi bertanya detailnya.
"Nanti anda bisa langsung menyergap nya." Kita lihat saja. Apa mereka sadar sudah ku bodohi? Buktinya mereka memberikan dua kesenangan dengan sangat mudah. Batin Sam tidak mengerti jika pemilik One group sebenarnya bukanlah Reyhan.
"Saya ingatkan sekali lagi Pak Sam. Jangan bermain-main atau anda akan menyesal." Sam tertawa kecil.
"Mana mungkin saya berani. Eum apa hadiahnya boleh langsung saya bawa?" Tanya Sam seraya tersenyum simpul.
"Silahkan. Jangan lupa untuk memberi informasi soal lokasi pertemuan nanti malam."
"Hum saya kabari siang ini. Ayo manis." Sam berdiri lalu mengulurkan tangannya ke Ellen.
Sialan! Katanya hanya menemani? Kenapa aku di sebut hadiah? Memangnya aku barang? Apa Johan dan Tuan Yu akan menjadikan ku pellacur? Katanya ada penjagaan. Umpat Ellen dalam hati. Dia memperhatikan sekitar yang tampak normal selayaknya kantor pada umumnya. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Johan dan anak buahnya sehingga membuat Ellen sedikit panik.
🌹🌹🌹