Hana, sosok istri bertubuh gendut terpaksa harus menelan pil pahit saat suaminya melemparkan sebuah surat perceraian tepat mengenai wajahnya.
Ternyata menjadi sosok istri baik dan penurut saja tak membuat Bagas merasa bangga. Nyatanya, Hana harus menerima kenyataan bahwa suaminya berselingkuh dengan sang adik tiri lantaran tubuhnya sudah tak semolek dulu lagi.
Tiga tahun pasca kejadian itu, Hana datang kembali dengan penampilan fantastis dan juga drastis. Inilah saatnya ia mengacaukan hidup Bagas dan si Adik tirinya yang tak berperasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adinasya mahila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 : Sejauh Mana
Seperti sedang perang dingin, ini yang terjadi pada Hana dan Kelana hari itu. Hana menjadi tak secerewet biasanya, sedangkan Kelana yang ingin membahas masalah kemarin tiba-tiba merasa takut, karena sadar posisinya tidak menguntungkan saat ini. Jika Hana menolak mentah-mentah tawarannya, tamat sudah riwayatnya.
Kelana sudah memikirkan strategi, bahkan jika diibaratkan matematika, dia sudah menghitung besaran sudut, panjang kali lebar dan jarak untuk bisa memuluskan rencananya mendapatkan hadiah pabrik gula dari nenek gayung. Pria itu bahkan sudah berencana mengembangkan pabrik itu, menjadi pabrik permen atau makanan manis, sungguh sayapnya akan semakin lebar di dunia bisnis.
“Saya permisi Pak,” ucap Hana setelah meletakkan sebuah berkas yang sudah dia persiapkan untuk diperiksa Kelana.
Hana memutar tumit dan Kelana pun hanya bisa diam duduk di kursinya tanpa bisa mengatakan apa-apa.
“Ah … apa aku harus mengajaknya menikah bohongan ala-ala drama burung berenang? Astaga haruskan aku jujur saja, ini jelas tidak menguntungkan sama sekali, aku bisa dicoret dari daftar ahli waris nenek gayung dan juga mama,” ucap Kelana sambil menjambak rambutnya karena frustrasi.
“Haruskah aku jujur pada Hana? Berapa yang harus aku tawarkan ke dia? Satu M, dua M?” imbuhnya.
Sementara itu, Hana ternyata menempelkan telinga ke pintu ruangan kelana, dia tersenyum kemudian dengan jemari tangan dia menghitung berapa banyak uang yang akan didapatkan, jika Kelana benar-benar mengajaknya bersandiwara.
“Wah … sepertinya benar ungkapan yang menyebutkan akan ada pelangi setelah hujan,” gumam Hana yang merasa penuh keberuntungan, bahkan gepokan uang sudah terbayang di depan mata.
“Tapi tidak hanya hujan, hidupku kemarin penuh dengan badai, petir dan angin ribut jadi sepertinya Pelangi yang akan aku dapatkan akan jauh lebih indah,” cicit Hana yang otaknya dipenuhi dengan uang.
Pelangi yang jauh lebih indah sejatinya akan Hana dapatkan nanti, tapi jika dia mau melepaskan kebencian dan dendam di dalam hati.
***
“Pak, saya pulang dulu!” pamit Hana setelah jam kantor usai. Ia menatap Kelana yang masih sibuk mengecek pekerjaan.
“Hem … “
Hana menekuk bibir, dia pikir Kelana akan membicarakan soal masalah di rumah nenek gayung, tapi nyatanya pria itu bersikap cuek seolah tak peduli.
“Wah … apa dia sedang mencoba jual mahal agar aku menurunkan tarif?” gumam Hana di dalam hati. Ia berjalan ke lobi sambil memutar kunci mobil di tangan, tak dia duga sesosok mahkluk kasat mata sudah menunggunya dengan senyum lebar.
Hana pun mendekat, dia memasang muka sedih dan memilih menghindari Bagas. Hingga mantan suaminya itun memanggil namanya.
“Hana, apa kita bisa bicara? Aku ingin meminta maaf soal kekacauan yang dilakukan Bunga.”
Hana tersenyum miring, memang ini lah yang dia inginkan dan kali ini Hana ingin membuat Bagas masuk ke perangkapnya. Ia pun menoleh dan berucap, “Aku ingin pergi ke klub, apa kamu mau ikut?”
“Apa?” Mata Bagas membelalak, dia kaget karena Hana berubah, pergi ke klub sungguh tak terpikirkan olehnya. Dan sejak kapan mantan istrinya itu menyukai dunia malam.
“Ya sudah kalau tidak mau.” Hana hendak menolehkan badan kembali, hingga Bagas berkata setuju dan mengekor wanita itu.
***
Bagas heran, dia bahkan belum menyentuh gelasnya tapi Hana sudah menuang dan menenggak minuman lagi. Mantan istrinya itu bahkan melepas ikatan rambutnya dan menggoyangkan kepala. Rambut Hana begitu terlihat indah, sampai membuat Bagas berpikir berapa biaya yang dikeluarkan oleh wanita itu untuk merawat bagian tubuh yang lain.
“Kamu benar-benar berubah,” ucap Bagas.
Respon Hana hanya seulas senyuman miring. Ia memalingkan muka untuk melihat DJ yang sedang memainkan musik malam itu kemudian berkata, “Apa kamu pikir tiga tahun waktu yang sebentar? Jika iya, seharusnya aku masih membencimu.”
Bagas menelan ludah, dia tenggak minumannya karena sindiran Hana. “Jadi apa sekarang kamu sudah tidak membenciku?”
“Untuk apa aku membencimu, satu-satunya orang yang aku benci adalah Bunga karena merebutmu.” Hana berdusta, semua ini dia lakukan semata-mata hanya untuk kembali menjerat Bagas. “Kamu tahu ‘kan betapa aku mencintaimu,” ucapnya dengan sorot sendu.
“Han-“
Bagas terenyuh, dia merasa iba, tak tahu bahwa semua yang Hana ucapkan adalah bagian dari siasat untuk menjatuhkannya.
“Yah … tapi itu dulu, aku sudah tidak mengharap apa-apa. Lagi pula aku hanya wanita gendut yang kamu ceraikan dan Bunga lebih segalanya dariku,” sindir Hana.
Bagas mati kata, jika dipikir-pikir kenapa dulu dia tidak memaksa dan memodali Hana untuk melakukan diet dengan membayar konsultan. Sudah jelas dia akan mendapat paket lengkap. Istri yang cantik, seksi, pandai memasak dan perhatian. Tidak seperti Bunga yang hanya cantik saja.
Hana pun tersenyum miring, dia kemudian meletakkan gelasnya dan berdiri.
“Mau kemana?” tanya Bagas keheranan.
“Lantai dansa lah,” jawab Hana sambil berlalu pergi, sedangkan Bagas hanya mengamati dari tempatnya duduk.
Pria itu mengusap wajah kasar melihat Hana yang dengan lincah menggoyangkan pinggul dan meliuk-liuk mengikuti dentuman musik. Bagas pun menenggak minuman yang ada di meja, dia kesal. Ada rasa tidak suka di hati melihat sikap Hana. Hingga senyum licik Hana mengembang, dia memberi kode ke bartender yang ternyata sudah dia bayar.
Bartender nampak meletakkan segelas minuman ke nampan pelayan untuk di bawa ke meja Hana, setelahnya dia membantuk lingkaran dengan ibu jari dan telunjuk yang ditempelkan. Senyuman Hana pun mengembang, wanita itu berniat membuat Bagas mabuk dan bertengkar lagi dengan Bunga.
Namun, siapa sangka gerak-gerik Hana tertangkap oleh mata Kelana yang sejak tadi diam-diam sengaja membuntutinya dan Bagas. Putra tunggal Dinar itu tersenyum, dia hanya ingin melihat sampai sejauh mana sekretarisnya bertindak.
_
_
_
_
_
Like + komen + poin dan bagi votenya besok ya
Karena aku juga mulai ngetik Suami Palsu buat UP awal bulan lagi, jadi Hana sampai tanggal 1 aku UP satu bab perhari. Terima kasih 🙏
tidak ada pembenaran untuk perselingkuhan, alasannya hanya satu yaitu nafsu, nafsu ingin memiliki yang lebih dari apa yang sudah mereka miliki. l