Naiki, seorang gadis cantik, cerdas, tegas, dan berani, namun berhati dingin. Ia dan Rhean kakaknya, menderita suatu gangguan mental akibat kekejaman ayah kandung mereka dimasa lalu. Penyiksaan fisik dan batin mereka dapatkan. Ketika penderitaan mereka berakhir, kebersamaan dengan ibu mereka pun ikut berakhir.
Dua puluh tahun kemudian Naiki kembali. Dengan status dan kemampuan bertarungnya yang luar biasa, Naiki ingin merebut kembali perusahaan ibunya yang dirampas paksa. Tidak ada kata ampun di kamusnya. Semua orang jahat, harus merasakan penderitaan yang pernah ia rasakan.
Namun, saat ia akan memulai misinya, ia dijodohkan dengan seorang pria tampan pemilik perusahaan besar yang tidak sengaja ditolongnya.
"Kau tenang saja, aku akan meminta kakek untuk menjadikanku milikmu secepatnya."
Kalimat pria itu seakan menghipnotis Naiki dan membuat hatinya meleleh. Apakah misinya akan berjalan sesuai rencana walaupun ia sudah menikah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annadrie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21 Kamar Pengantin
"Aaaawww...." Rintih Killa sambil memegang bahu kirinya. Tubuhnya terhuyung dan hampir saja terjatuh, namun ia masih bisa mengontrolnya.
"Ma-maaf Nona Killa. Saya buru-buru. Apa kau baik-baik saja?" Ucap Berry, pria yang tidak sengaja menyenggol tubuh Killa.
Killa tersipu, ia terpana dengan ketampanan Berry di depannya. Killa merasa, Berry adalah Asisten CEO paling tampan yang pernah ia temui.
"Iya tidak apa, Kak. Aku baik-baik saja." Sahut Killa. Berry lalu pamit untuk menyelesaikan tugasnya.
Beberapa saat lalu, Berry mendapatkan informasi bahwa di depan hotel sudah banyak wartawan yang memaksa ingin masuk. Entah darimana para wartawan itu mendapatkan bocoran hari pernikahan Darel. Berry tahu, Tuan mudanya tidak menyukai hal itu, dan bergegas menyelesaikan masalah secepatnya.
Berry lalu berlari keluar. Ia kemudian menuju lobby hotel. Dari sana, ia dapat melihat puluhan wartawan sudah diblokir oleh ratusan pengawal elite Gerandra.
"Apa yang harus aku lakukan?" Rutuk Berry sambil menepuk jidatnya.
Ia lalu menghubungi Darel, menanyakan tindakan apa yang tepat untuk menyelesaikan wartawan-wartawan di luar. Darel lalu mengangkat panggilan Berry melalui earphone kecil di telinganya. Naiki yang sejak tadi digandeng Darel pun dapat mendengar perkataan Darel.
"Biarkan saja mereka di sana. Kau hanya perlu mencari tahu dari kantor berita dan stasiun TV mana saja mereka, lalu tekan pemiliknya. Bila ada berita menyangkut tentangku dan istriku walaupun hanya satu kata, hancurkan mereka." Perintah Darel tegas dan terlihat sangat dingin.
Naiki terus menatap suaminya. Ia tidak menyangka, Darel yang begitu ramah dan baik terhadapnya dan keluarganya, ternyata benar-benar kejam seperti kata orang.
"Apa kau sudah tidak sabar ingin berdua saja denganku, Sayang? Kau terus menatapku dari tadi." Goda Darel sambil membelai rambut Naiki.
"Hiiisssh...ge-er." Cetus Naiki lalu buang muka ke arah lain.
Darel tertawa kecil melihat tingkah istri es nya. Dia sangat gemas dengan tingkah istrinya itu.
"Kakak...Kak Naaaiii...." Teriak Killa yang berjalan cepat mendekati sepasang pengantin itu dan ingin memeluk Naiki, namun gagal.
Darel langsung menarik Naiki dan memeluknya dari samping. Tangan kanannya lalu terulur ke arah Killa seakan mengatakan STOP.
"Berhenti di sana bocah tengil!" Seru Darel tanpa ekspresi. Killa langsung menekuk wajahnya.
"Kenapa aku tidak boleh memeluk Kakak iparku wahai Tuan Muda?" Cetus Killa sambil melipat tangannya.
"Karena dia milikku, dan hanya aku yang boleh menyentuhnya." Sahut Darel. Tangannya semakin erat memeluk pinggang Naiki.
"Aturan macam apa itu? Dengar ya Tuan Muda Gerandra, mulai malam ini, Kak Nai adalah kakakku, dan kau bukan." Ucap Killa lalu langsung membalikkan badan dan pergi kembali ke mejanya.
Mendengar ucapan adiknya itu, Darel memutar bola matanya malas. Matanya lalu beralih ke wanita di sampingnya yang ia peluk erat sedari tadi. Terlihat sorot mata tajam dari mata Naiki, yang seolah-olah berkata "Lepaskan tanganmu sekarang!"
"Hhhmmm...Kau pasti sudah tahu, dia adikku Killa." Ucap Darel mencoba mencairkan suasana. Ia lalu tersenyum kikuk, lalu melepaskan tangannya dari pinggang Naiki.
Naiki lalu pergi mencari Sisi. Sejak berpisah di kamar pengantinnya, Naiki belum melihat Sisi dan Ivan di sana. Ia lalu berjalan pelan mengelilingi Banquet Hall mewah itu. Sambil mencari Sisi dan Ivan, Naiki juga sambil memerhatikan dekorasi acara pernikahan. Ia merasa takjub dengan dekorasi mewah itu.
"Tuan es batu itu ternyata punya selera yang tinggi." Batin Naiki.
Tepat di depannya, ada beberapa meja yang menyajikan berbagai makanan baik itu tradisional maupun internasional. Di sanalah Naiki menemukan sosok Sisi. Gadis mungil yang terlihat sangat cantik dengan gaun selututnya dan tidak terlihat kacamata di wajahnya. Ternyata hal ini lah yang membuat Naiki tidak dapat menemukan Sisi sejak tadi.
"Sisi?" Tegur Naiki ragu. Gadis yang ditegur pun menoleh dengan tangan yang masih memegang sepiring kecil kue red velvet.
"Nai...kau cantik sekali. Aku pikir tadi aku ada di surga dan bertemu bidadari." Kekeh Sisi.
"Dasar gadis kecil. Kau yang sangat cantik dan berbeda malam ini. Aku sampai susah mencarimu." Rutuk Naiki.
"Maaf Nona. Aku sangat lapar." Ucap Sisi sambil tersenyum lebar.
"Mana Panjul?" Tanya Naiki. Ia juga tidak melihat Ivan di mana pun.
"Oh, dia berjaga di pintu masuk Nai." Sahut Sisi sambil menyuap kue ke mulutnya. "Wah...ini sangat enak. Makanan di sini sungguh enak Nai. Coba deh!" Seru Sisi kemudian. Naiki hanya tertawa kecil mendengarnya.
"Nai, suamimu sungguh Tuan Muda Gerandra? Pria yang dikejar-kejar banyak wanita, termasuk Nona Sonya?" Tanya Sisi bertubi-tubi. Naiki mengangguk.
"Aku rasa dia bisa bunuh diri kalau tahu kau yang menikah dengan Tuan Muda Gerandra. Seorang karyawan baru yang dianggapnya rendah." Ucapnya sambil terkikik geli.
"Aku rasa tidak. Dia pasti akan mengirim orang untuk menculikku dan menyiksaku." Sahut Naiki dengan seringainya. Sisi terdiam.
"Kehidupan orang kaya memang berbeda. Benar-benar berbahaya." Batin Sisi bergidik ngeri.
Acara demi acara berlangsung dengan baik dan lancar. Hingga Pukul 22.00, akhirnya acara selesai. Darel dan Naiki pun sudah kembali ke kamar pengantin yang disiapkan. Sebuah kamar president suite yang dipakai Naiki untuk merias dirinya, sekarang sudah disulap menjadi kamar pengantin yang sangat indah.
Naiki menatap kamar itu dengan heran. "Apakah mereka berharap kami akan menikmati malam pengantin yang panas? Kenapa dekorasinya sangat romantis seperti ini?" Batin Naiki.
Darel lalu berjalan mendekati Naiki. "Ada apa? Apa kau tidak menyukainya? Apakah terlihat tidak menarik?"
Naiki menggeleng pelan. "Ini indah. Aku suka. Tapi..."
"Tapi apa?" Sela Darel.
"Bukankah ini terlalu berlebihan? Perkenalan kita termasuk singkat hingga kita menikah. Bagaimana mungkin kita bisa..." Lagi-lagi Naiki menggantung kalimatnya.
"Kata siapa kita baru kenal? Apa kau tidak mengenaliku?" Darel balik bertanya.
Naiki menatap Darel dengan tatapan heran. Dia mencoba mengingat, apa benar dimasa lalu dirinya sudah pernah bertemu dengan Darel? Namun nihil, Naiki tidak mengingatnya sama sekali.
"Sudahlah, kau akan mengetahuinya nanti." Ucap Darel sambil mengusap kepala Naiki. "Mandilah. Kau pasti lelah dan ingin segera istirahat."
Naiki lalu berjalan masuk ke kamar mandi. Tapi beberapa menit kemudian ia mengeluarkan kepalanya, celingak-celinguk mencari seseorang. Namun hanya sosok Darel yang ditemukannya. "Ah bodoh. Jelas saja hanya dia yang ada. Ini kan kamar pengantin." Rutuk Naiki kemudian.
"Ssst... ssst...." Naiki mencoba memanggil Darel. Wajahnya terlihat merona. Sebenarnya ia sangat malu meminta tolong dengan Darel.
Darel yang sedang mengusap komputer tablet di atas sofa pun menoleh. Ia lalu tersenyum nakal.
"Apa kau ingin mengajakku mandi bersama?" Goda Darel.
"Hiissh...mesum. Sini dulu, tolong aku sebentar." Cetus Naiki.
Darel tersenyum lalu berdiri dan berjalan menuju pintu kamar mandi. Naiki mundur beberapa langkah, memberi ruang pada Darel agar bisa masuk.
"Ada apa?"
"Tolong buka kan gaunku. Ini sangat aneh. Aku bisa mengenakannya sendiri, tapi tidak bisa membukanya." Pinta Naiki dengan wajah yang memerah.
************
Terima kasih yaa yang sudah mampir baca. Jangan lupa like, komen dan hadiahnya. Thanks 🥰