Serra gadis yang masih berusia 19 tahun mempertaruhkan kehormatannya karena hanya sakit hati atas perbuatan sang tunangan yang berselingkuh dengan sahabatnya.
kata-kata sang kekasih yang menyakitinya membuatnya berpikir pendek, tidur dengan pria yang baru dikenalnya malam itu.
Arkan yang menerima tawaran wanita yang sangat menyedihkan itu. Memenuhi permintaan wanita itu karena sebuah persyaratan. Mereka menghabiskan malam bersama tanpa mengenal satu sama lain.
Beberapa tahun kemudian takdir mempertemukan mereka dalam keadaan berbeda. Serra yang mengalami kecelakaan dan membuatnya kehilangan penglihatan.
Harus sering berurusan dengan Arkan karena sebuah kasus.
Bagaimana Arkan harus menghadapi wanita yang pernah tidur dengannya namun wanita itu tidak bisa melihat dan mengenalinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelecehan
Tidak ada ampunan untuk Serra, Damar hanya ingin menerkamnya, Serra hanya memberontak dengan sisa tenaga yang di milikinya dan pada akhirnya dia harus pasrah dengan apa yang terjadi padanya.
Teriakannya tidak di pedulikan Damar, dia terus memaksa Serra memenuhi hasratnya.
Seketika tubuh Damar melayang ketengah hujan yang deras, Arkan datang di waktu yang tepat.
Melihat Damar yang ingin memperkosa istrinya. Tanpa ampunan Arkan langsung menghajar Damar, sampai pria itu babak belur.
" Kurang ajar lo," teriak Arkan melayangkan pukulannya kewajah Damar
" Bajingan, berani lo nyentuh istri gue,"
Arkan yang di penuh emosi, terus memukul Damar, rahang kokoh pria itu terlihat mengeras, matanya memerah ingin menerkam Damar, beberapa kali Arkan melayangkan pukulan kewajah Damar tanpa ada perlawanan, Damar tidak bisa mengimbangi Arkan.
Serra yang bisa merasakan jika pria yang ingin memperkosanya sudah tidak di dekatnya lagi hanya mundur tanpa tau apa yang terjadi, tetapi dia bisa mendengar suara Arkan.
Suara sirene polisi pun berbunyi, 3 mobil polisi pun datang menghampiri lokasi kejadian, para polisi berturunan dengan pistol mereka.
Roy dan Alex melihat Arkan yang menghajar Damar dengan membabi buta langsung menghampirinya.
"Arkan cukup Arkan, dia bisa mati," ucap Alex yang melihat Damar sudah babak belur wajah itupun sudah penuh dengan luka.
" Dia pantas mati," bentak Arkan.
" Arkan lo harus tenangi diri lo," sahut Alex lagi mencegah Arkan, Arkan meredakan emosinya melihat yang sudah banyak polisi, mungkin polisi yang sekarang akan melanjutkan tugasnya.
Arkan berjongkok mencengkram kerah baju Damar dengan kedua tanganya.
" Bangsat lo, lo salah berhadapan sama gue, lo akan membusuk di penjara," ucap sinis Arkan penuh kemarahan.
" Arkan, sudah biar kita yang urus," sahut Roy mencoba menjauhkan Arkan dari Damar yang sudah tidak berdaya.
Arkan pun berdiri, walau belum puas menghajar Damar yang berani menyentuh Serra, Arkan menoleh kearah Serra yang masih berada di pondok tersebut. Dengan cepat Arkan menghampiri Serra.
Serra yang masih shock atas apa yang terjadi menepi di ding-ding pondok yang terbuat dari bambu tersebut, dengan ketakutan Serra duduk memeluk tubuhnya dengan ke-2 tangannya.
Arkan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, pakaian yang di kenakan Serra sudah sobek atas perbuatan Damar, wajah mulus istrinya pun merah, dan ujung bibir itu sudah berdarah.
" Pergi," teriak Serra menepis tangan Arkan, yang menyentuh rambutnya.
" Serra ini aku," ucap Arkan suara serak.
" Arkan," ucap Serra yang tau dari suaranya, mencoba mencari tangan Arkan dengan merabanya.
Arkan pun langsung memeluk wanita yang menyedihkan itu, Arkan bisa merasakan tubuh Serra yang bergetar yang ketakutan, Arkan merasa semua ini justru adalah kesalahannya.
" Tenanglah aku ada di sini," ucap Arkan mencoba menenangkan Serra.
" Bawa aku pergi dari sini, aku-aku takut hiks," ucap Serra terbata-bata sambil terisak.
" Iya aku akan membawamu pergi," jawab Arkan , Arkan meletakkan tangannya di antar tengkuk kaki Serra dan satunya lagi di pinggang Serra, dan langsung menggendong Serra ala bridal style menuju mobilnya.
Serra yang merasa tubuhnya terangkat mengalungkan tangannya keleher Arkan seakan tidak ingin jika Arkan pergi darinya.
Arkan membawanya buru-buru agar Serra tidak kena air hujan.
Arkan mendudukkan Serra secara perlahan di di dalam mobilnya di samping pengemudi, Arkan membuka pintu belakang megambil jaketnya, dan langsung menutupkannya ketubuh Serra.
" Tunggulah sebentar, aku akan kembali," ucap Arkan sambil menghapus air mata Serra yang berada di pipinya.
" Kamu mau kemana?" tanya Sera dengan memegang kuat lengan Arkan saat merasa Arkan akan pergi, Serra masih merasa takut jika sendirian.
" Serra, kamu jangan khawatir semua akan baik-baik saja, aku hanya menemui polisi, aku tidak akan meninggalkan mu, percaya lah," ucap Arkan memegang tangan Serra berusaha menyakinkan Serra.
Arkan menghapus rambut Serra.
" Percayalah," ucap Arkan setelah Serra mengangguk ragu, Arkan pun menutup pintu mobil dan pergi menemui polisi dan juga teman-temannya.
Arkan pun kembali menghampiri Damar dan polisi yang 7 meter dari mobilnya, polisi sudah memborgol kedua tangan Damar ke belakang dan memaksa masuk kedalam mobil tahanan.
Arkan menatap penuh kemarahan pada Damar, memukulnya saja rasanya belum puas atas apa yang dilakukannya terhadap istrinya, apalagi dia melihat Serra terluka, Arkan sungguh ingin membunuhnya.
" Terima kasih pak Arkan sudah membantu kami," ucap polisi yang menghampiri Arkan.
Arkan hanya mengangguk.
" Kalau begitu kami pergi dulu, kami akan segera mengadilinya," ucap pamit polisi lagi-lagi Arkan yang berada di antara Roy dan Alex hanya mengangguk saja.
" Mari pak Roy, pak Alex," ucap polisi sebelum pergi.
Suara sirene polisipun kembali berbunyi meninggalkan lokasi kejadian.
" Gimana, Serra?" tanya Roy.
" Dia, gak apa-apa, cuma shock saja," jawab Arkan.
" Syukurlah," sahut Alex
" Thanks ya kalian sudah bantuin gue," ucap Arkan.
" Santai aja Ar, ini sudah tugas kita," sahut Roy.
" Yaudah kalau gitu gue pergi dulu, Serra terluka jadi gue segera obati dia," ucap Arkan pamit pada ke-2 sahabatnya.
" Iya hati-hati," sahut Roy.
Arkan pun kembali masuk kedalam mobilnya.
" Arkan," panggil Serra, jujur dia masih takut dengan kejadian tadi dan takut jika yang barusan masuk mobil bukan Arkan melainkan orang lain lagi.
" Iya ini aku," jawab Arkan, Serra bernapas lega ketika mendapat respon dengan cepat.
Arkan pun membawa Serra pulang, hujan deras masih belum berhenti. Selama di mobil tidak ada yang mengeluarkan suara, Serra hanya memegang erat jaket yang melilit di tubuhnya, berusaha tenang.
Memang sekarang Serra jauh lebih tenang karena Arkan sudah bersamanya. Walau bayang-bayang Damar masih menghantuinya, pria yang sama sekali tidak pernah di lihatnya itu mampu merusak pikirannya.
Setelah melakukan perjalanan yang tidak berapa jauh, akhirnya Arkan dan Serra sampai kerumah. Dengan cepat Arkan langsung keluar dari mobil dan membuka pintu mobil Serra, Arkan kembali menggendong Serra, memasuki rumah.
Ke-3 pelayan di rumah Arkan berdiri di depan pintu, wajah ke-3 pelayan itu terlihat sangat khawatir kepada majikannya yang hilang, juga ada rasa ketakutan akan menjadi amukan majikannya setelah ini.
Tetapi mereka cukup lega akhirnya, sang majikan bisa kembali dengan selamat. Para pelayan itu hanya menunduk saat Arkan melewati mereka. Mereka sama sekali tidak berani menatap majikannya yang masih menyimpan kemarahan atas kelalaian mereka.
Arkan menaiki anak tangga dan membawa Serra masuk kekamar, Arkan mendudukkan Serra di ujung ranjang, tiupan angin masih sangat kencang sama seperti awal sebelum Serra dibawa pergi oleh damar.
" Apa kita sudah sampai?" tanya Serra
" Iya, kita sudah sampai," sahut Arkan.
" Kalau begitu, aku ingin ganti baju, aku merasa bajuku sudah rusak," ucap Serra membuka jaket penutup tubuhnya.
Arkan memang melihat pakaian yang di kenakan Serra memang sudah tidak layak pakai, banyak robekan bahkan memperlihatkan belahan dada Serra.
Arkan pun menuju lemari Serra dan mengambilkan piyama untuk Serra.
" Gantilah pakaianmu," ucap Arkan memberikan pakaian ketangan Serra, Serra pun langsung meraihnya.
" Arkan, cuacanya sangat dingin, aku ingin mandi, bisa aku minta tolong panggilkan Nindy menyiapkan air hangat untuk ku," pinta Serra.
" Tidak usah biar aku yang melakukannya," sahut Arkan, " tunggulah sebentar," ucap Arkan dan pergi kekamar mandi.
Serra sedikit bingung dengan perkataan Arkan yang ingin menyiapkan air hangat untuknya, tetapi dia tidak ambil pusing dan membiarkannya saja.
Tidak berapa lama Arkan pun keluar dari kamar mandi dengan handuk dililit dipinggangnya. Arkan juga menyempatkan membuka pakaian yang dikenakannya tadi, yang sudah basah akibat menghajar Damar di bawah hujan yang deras.
Arkan melihat Serra masih terduduk di pinggir ranjang dengan memeluk tubuhnya yang sangat kedinginan, Arkan menarik napasnya melihat nasib yang menimpa Serra.
Arkan mendekati Serra dan kembali menggendongnya, Serra sempat kaget merasa tubuhnya berada di atas.
" Arkan," ucap Serra pelan.
" Aku akan membawamu kekamar mandi," ucap Arkan.
Arkan memasuki kamar mandi dengan menggendong Serra, dan memasukkan Serra kedalam buthap yang sudah berisi air hangat. Serra berdesis karena tubuhnya tiba-tiba menyentuh air.
" Mandilah, dan ganti pakaianmu, aku sudah meletakkannya di samping mu, ucap Arkan Serra hanya menganguk.
benar2 ya arkan si maha sempurna
dasar arkan maha sempurna, muak aku dg sifatnya
aku lbh suka klau endingnya serra gk sama arkan lagi, mungkin dg dokter mata serra nanntinya jatuh hati sama pasiennya, itu akn lebih seru daripada sama si arkan yg maha sempurna eh sok sempurna maksudnya 🤭
meinikah bukan karna cinta, tidak mau meninggalkan trus apa masalahmu wahai arkan yg sok sempurna
apa sesusah itu meyakinkan hati,
seenaknya sendiri gk suka dibantah tapi selalu membantah, mana ada orang yg seperti itu
saranku ya serra kamu tinggalin aja arkan diam2 biar tau rasa tuh orang yg maha sempurna 😏