"Anda yakin Mrs. Aquielo?"
"Jangan asal mengubah nama ku seenakmu, aku masih seorang Rainer asal kau tahu saja."
"Ya untuk sekarang kau mang masih seorang Rainer, tapi sebentar lagi kau akan segera mengganti nama belakangmu itu dengan nama keluargaku."
"Seperti aku mau saja dengan dirimu."
"Oh apa kau lupa yang aku katakan dipesawat kemarin Ms. Rainer."
Viona hanya dapat terdiam tentu ia tidak lupa dengan ancaman pria gila ini kemarin. Dan sialnya kalau semua yang dikatakan nya benar adanya maka tidak ada jalan lain lagi bagi Viona untuk menolak semua keinginan pria itu.
Itu buruk....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Panda Merah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17
Matahari sudah mulai tenggelam saat Viona melangkah kan kakinya keluar dari halaman gedung perusaan tempat ia bekerja, sudah waktunya ia pulang dan sekarang ia sedang menunggu taxi sambil berdiri dipinggir jalan.
Namun sampai sepuluh menit ia berdiri tak ada satupun taxi yang lewat, aneh tidak seperti biasanya.
Setelah dua puluh menit berlalu akhirnya Viona merasa kakinya pegal karena terus memakai heels selama seharian ini, dan dia berniat pergi mencari tempat untuk duduk dan mengistirahatkan kakinya.
Namun langkahnya terhenti saat ada sebuah tangan kekar yang merangkul pinggangnya dan saat berbalik Viona langsung disambut senyum cerah Ares.
"Sudah lama kita tidak berjumpa sweety apa kau tidak merindukan diriku..." Ucapnya pelan disamping telinga Viona.
Viona dapat merasakan hembusan nafas pria itu yang membelai telinganya dan hal itu sukses membuat bulu kuduknya meremang.
"Menjauh dariku, jangan seenaknya mendekatiku seperti itu!" seru Viona lalu bergerak menjauh dari Ares.
"Ck,,, apa kau tidak merindukan aku? padahal aku sangat rindu padamu," kekeh Ares lalu kembali mendekati Viona.
"Apa kau ingin aku hajar lagi huh." Ucap Viona sambil mengacungkan kepalan tangannya kewajah Ares, dan pria itu hanya tertawa pelan lalu mengecup kepalan tangan Viona singkat dengan bibirnya.
"Ya aku ingin,,, aku merindukan pukulan-pukulan liarmu itu, bekas yang dahulu sudah mulai memudar jadi ayo kita cari tempat yang nyaman untuk melakukannya lagi." Viona membelalakan matanya tak percaya dengan apa yang ia dengar barusan.
Dan Viona menatap wajah Ares. Seperti yang pria itu katakan barusan, tak ada sisa-sisa lebam atau goresan dari kukunya seperti tiga minggu yang lalu.
Cepat sekali sembuhnya pikir Viona, awalnya ia menduga bekas itu akan bertahan sampai beberapa minggu lagi, namun nyatanya tidak.
"ARES!" sentak Viona tak terima saat Ares mencoba merangkulnya lagi, namun tidak seperti tadi kini Ares tampak lebih memaksa dan tidak mau melepaskan rangkulannya. Ia mencengkram kuat pinggang Viona sampai wanita itu merasa sedikit kesakitan.
"Ayo pergi dengan tenang dan jangan membuat kekacauan ditempat umum seperti yang kau lakukan dulu, apa kau mau seseorang menghubungi polisi lagi!" ucap Ares rendah sambil terus menuntun Viona kearah mobil mewahnya yang terparkir dipinggir jalan.
Dan entah kenapa Viona malah mengikutinya begitu saja. Ah,,, tidak dia bukannya menurut tapi tenaga yang dikeluarkan pria itu cukup kuat sampai ia tidak berdaya untuk melawan.
"Viona!" seru seseorang dibelakang mereka, dan Viona langsung menoleh kearah suara itu yang ternya berasal dari Rebecca teman barunya.
"Pantas saja kau punya banyak uang, ternyata kau punya hubungan spesial dengan orang yang cukup kaya!" seru Becca sambil tersenyum simpul.
"Apa maksudmu Becca, aku dan pria ini tak punya hubungan apa-apa." Jawab Viona cepat.
"Apa kata mu cukup kaya... Ralat ucapanmu barusan aku ini sangat kaya bukan hanya sekedar cukup kaya!" seru Ares bersamaan dengan protesan Viona, kini lelaki itu tampak menatap Becca tajam.
"Ah maaf saya Mr. Aquielo anda benar, bukannya cukup kaya. Anda sangatlah kaya." Ralat Becca sambil menunduk takut.
"Apa yang kau lakukan, kau menakuti teman ku!" seru Viona tidak terima yang hanya dibalas dengusan sebal dari Ares.
"Ck,,, kau bahkan lebih membela dirinya ketimbang diriku, menyebalkan sekali..." Rajuk Ares dan sontak hal itu membuat Becca terkejut.
Pasalnya Ares yang selama ini dikenal orang adalah sosok yang sangat pemarah dan selalu berwajah datar, tapi siapa sangka ternya ia juga bisa bertingkah layaknya anak kecil yang merajuk seperti sekarang.
"Tentu saja aku membelanya, dia temanku dan kau bukan siapa-siapa." Jawab Viona ketus.
"Jika kau terus membela wanita itu maka akan kupastikan karirnya akan hancur detik ini juga." Ancam Ares serius.
Viona langsung berseru tidak terima sedangkan Becca hanya dapat menelan salivanya susah payah mendengar ancaman serius dari pria itu.
"Kau tidak bisa berbuat seenaknya kepada teman ku!" seru Viona yang langsung membuat Becca membelalakkan matanya kearah wanita itu, sungguh ia menyesali perbuatannya menyapa Viona barusan.
"Sakali lagi kau membelanya maka ancaman ku barusan akan langsung jadi kenyataan." saat Viona ingin kembali membalas ucapan Ares Becca langsung melarangnya dengan tatapan penuh permohonan.
Dan karena hal itu Viona pun akhirnya mengalah, dan mengikuti kemauan Ares. Meski dengan wajah yang ditekuk.
"Kau mau membawa ku kemana?" tanya Viona pada akhirnya setelah mobil yang mereka kendarai melaju.
"Apa kau tidak diberi tahu oleh Papamu, kita akan segera bertunangan jadi sekarang kita sedang menuju bandara karena sebentar lagi kita berangkat keMilan, acaranya akan diadakan disana!" jelas Ares sambil terus melihat kearah jalanan.
"Papa tidak mengatakan apa-apa pada ku," jawab Viona bingung lalu setelahnya ia menjerit kencang sampai-sampai Ares yang sedang fokus mengemudi terkejut karenanya.
"APA KAU BILANG... BERTUNANGAN... APA KAU SUDAH GILA?" seru Viona nyaring dan Ares hanya dapat meringis pelan sambil mengusap telingannya.
"Kau hampir saja membuat kita berdua kecelakaan kau tahu,,, lain kali jangan berteriak dengan tiba-tiba disamping orang yang sedang mengemudi itu berbahaya babe!" Seru Ares lalu kembali fokus kejalanan.
Sungguh... Kalau saja pria itu tidak sedang menyetir sekarang Viona pasti sudah menghajarnya habis-habisan. Bisa-bisanya ia memperlakukan dirinya seperti ini...
"Apa yang sedang kau fikirkan, jangan bilang kau sedang berencana untuk membunuh diriku setelah ini." Gurau Ares sambil terkekeh pelan menyadari sedari tadi Viona terus menatapnya tajam bak burung elang yang sudah mengunci targetnya dan hanya menunggu waktu untuk segera menyerang.
"Bisa jadi," jawaban singkat dari Viona itu sukses membuat Ares tertawa.
"Kau akan menyesal kalau benar-benar melakukannya sayang. Karena aku ini adalah aset masa depanmu yang berharga."
"Kurasa aku tidak memerlukan aset itu."
"Percayalah kau tidak akan berkata demikian kalau kau sudah menjadi milikku nanti."
"Ya aku tidak akan berkata demikian karena aku memang tidak akan pernah menjadi milikmu tuan pemaksa."
"Wow tuan pemaksa apa itu sejenis panggilan sayang darimu untukku. Ah,,,, sweet sekali karena kau sudah memberiku nama panggilan kesayangan maka aku akan memberimu juga."
Viona mendelikan matanya, tidak biasanya ia kehabisan kata-kata saat sedang berdebat dengan seseorang apalagi dengan seorang pria.
"Hm... Kurasa panda merah cocok untuk dirimu karena kau sama imutnya dengan hewan itu dan kalian sama-sama memiliki cakar yang tajam."
Viona tidak menghiraukan ocehan Ares yang hanya akan membuat ia emosi.
"Cepat hentikan mobil ini, atau aku akan melaporkan dirimu kepolisi karena sudah menculik diriku." Ancam Viona.
"Laporkan saja,,, paling kau akan dianggap sinting oleh mereka karena sudah melaporkan calon tunanganmu sendiri atas tuduhan penculikan," jawab Ares santai.
"Aku akan melaporkan dirimu kePapa ku, dia akan sangat marah kalau tahu putrinya kau perlakukan seperti ini." Dan lagi-lagi Ares hanya tertawa geli mendengar ancaman yang keluar dari mulut Viona.
"Laporkan saja, dan lihat sendiri bagaimana respon dari Papamu itu. Asal kau tahu saja pria tua itu sudah menyetujui hubungan kita, jadi dia tidak akan menanggapi laporan anehmu itu." Ejek Ares sementara itu Viona hanya menggeram tidak suka, yang benar saja apa pria ini berbohong, pikirnya.
"Kalau begitu kau akan kuadukan pada kakak_" tiba-tiba saja tanpa sadar Viona mengucapkan kata-kata itu, dan setelahnya ia langsung terdiam.
Apa yang ia harapkan, kakaknya itu tidak mungkin memperdulikan dirinya lagi dan saat Viona mengadukan hal ini padanya mungkin Audrey akan langsung memaki dirinya karena merasa Viona benar-benar telah merebut Ares dari sahabatnya yang bernama Kylie itu.
Selama tiga puluh menit perjalanan mereka Viona tidak mengucapkan sepatah katapun untuk memprotes Ares lagi.