Squel Flight Attendant.
Denisa, dokter berusia dua puluh lima tahun itu telah menjadi janda diusianya yang bahkan belum genap dua puluh tahun akibat obsesinya pada laki-laki yang sangat mencintai kakaknya. Susah payah pergi jauh dan berusaha move on, Denisa dipertemukan lagi dengan mantan suaminya yang sangat ia hindari setelah lima tahun berpisah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isma Wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hal Yang Ditakuti
Pagi ini rumah Denisa terasa ramai dan hangat karena kedatangan Delia, bersama anak dan suaminya. Dara langsung bermain dengan saudara sepupunya, Awan dan Angkasa yang membawakan mainan baru untuk Dara, mereka bermain bertiga dilantai bawah yang sudah diberi karpet berbulu.
Denisa sendiri mengobrol bersama Delia dan Abian yang menggendong Aira, anak ketiga mereka yang kini berusia dua setengah tahun.
"Kakak mau datang nggak bilang-bilang dulu, tau gitu Denisa masakin yang spesial, pindang ikan."
"Kita juga dadakan ini, mumpung Abian lagi nggak banyak kerjaan, anak-anak juga udah kangen banget katanya sama Dara." Delia menatap anaknya yang sedang bermain, bangga karena kedua anaknya begitu menyayangi Dara.
"Mama apa kabar? Kok nggak ikut?"
"Dania semenjak lahiran sedikit ringkih, jadi mama nggak tega ninggalin dia, tapi dia kirim salam sama kamu, kangen, disuruh main kesana."
"Nasib jadi anak tengah, selalu di nomor sekian kan," Denisa mamajukan bibir pura-pura merajuk.
"Udah gede masih aja iri," Delia mengusap bibir Denisa.
"Kamu sehat, Denisa?" tanya Abian sambil menimang-nimang Aira yang mengantuk, matanya tinggal setengah watt, sudah menjadi kebiasaan Abian, jika dirumah menjaga anak-anaknya, Delia ia biarkan istirahat. Denisa mengangguk.
"Masih betah aja sendiri, nggak kasian liat Dara sendiri? Dia butuh teman itu." tunjuknya Dara dengan dagu.
"Belum ketemu jodohnya aja, Kak."
"Ckk, di rumah sakit pasti banyak dokter ganteng-ganteng, masa nggak ada yang kecantol sama kamu, enak loh cinlok itu." ujarnya mengenang kisah cintanya dengan sang istri tercinta. Delia mendengus malu.
"Apa sih, Bi? lagian biarin aja, Denisa juga pasti lagi fokus sama kerjaannya, kamu baru setahun kan dek, jadi dokter?" Denisa mengangguk, "Bi, boboin aja kalau Aira sudah tidur," protes Delia, karena Abian senang sekali menggendong Aira, seakan tangannya tak merasa pegal sedikitpun.
"Iya Kak, tidurin aja dikamar aku, soalnya kamar Dara sekarang ditempati bu Nani."
Delia mengambil Aira dari Abian, membawanya masuk ke kamar Denisa.
Bukan tanpa alasan Abian menanyakan itu, dia mendengar kabar, jika Daniel saat ini sedang berada di Batam. Abian orang yang paling tidak suka jika Denisa kembali bertemu Daniel, bukan dendam, hanya saja, tidak mudah melupakan apa yang dilakukan Daniel terhadap Delia dulu.
Jadi, dengan status Denisa yang masih sendiri, membuat Abian takut jika Daniel dan Denisa bertemu, dan mengajak Denisa kembali rujuk. Dia tidak mau memiliki ipar yang pernah ingin melecehkan istrinya.
Abian ikut bergabung dengan ketiga bocah yang sedang asik bermain itu.
"Dara udah bisa baca tulis belum?" tanya Abian, ikut memasangkan pakaian boneka cantik yang baru dibelikannya.
"Udah," jawabnya, "Dara sekarang sudah punya papi loh Om, nanti Dara kenalin sama papi Dara."
Alis Abian menyatu mendengar cerita Dara. "Papi?"
Dara mengangguk. "Papi Dara udah pulang dari surga, Om. Kata mami, papi sayang sama Dara, makanya papi turun lagi dari surga."
"Dara tahu nama papi Dara?" tanyanya ingin tahu.
"Papi Daniel. Papi juga ganteng kayak Om Abian, baik, papi juga sayang sama mami."
Dan, inilah yang ditakuti Abian, tidak mungkin anak kecil berbohong, dan tidak mungkin ini Daniel yang lain. Tidak, ini tidak boleh terjadi, walau Denisa hanya adik iparnya, tapi rasa sayang Abian seperti adik sendiri.
"Nanti papi datang, mau antar Dara kesekolah, mau kasih liat ke teman-teman, kalau Dara punya papi."
Abian tidak lantas memanggil Denisa, dia akan menunggu kedatangan Daniel. Sembari menunggu, Abian kembali mengajak ketiga bocah itu bermain.
Hari beranjak siang, sangat tak sabar Abian menunggu kedatangan Daniel, Abian pun memperhatikan mata Denisa yang sesekali menatap keluar, sangat kentara jika adik iparnya ini sedang menunggu kedatangan seseorang.
Sedang dalam hati Denisa menerka-nerka, kenapa Daniel tidak juga datang? Apa karena dia tahu ada Abian?
Denisa sendiri memilih izin untuk hari ini, dan meminta jadwalnya diisi oleh dokter lain yang bersedia menggantikannya. Dia rindu dengan kakaknya, belum tentu mereka bisa bertemu setahun sekali, Denisa yang masih begitu sibuk setelah menjadi dokter, Delia sendiri, dia kerepotan jika harus menjenguk Denisa tanpa Abian.
"Jadi, kapan kamu jadi relawan di rumah sakit apung?" Delia bertanya, mereka sedang menyantap makan siang, menu siang ini cukup sederhana, pindang ikan patin, dengan sambal tempoyak.
Abian sendiri tak makan, dia tidak suka buah beraroma menyengat itu, ini adalah requesan Delia, pengalamannya menjadi pramugari dulu, membuat lidahnya mudah menerima makanan dari berbagai tempat.
"Dua hari lagi, Kak."
"Terus, Dara kamu tinggal?"
"Ada sama bu Nani, iyakan, Bu?" Nani yang juga makan bersama, mengangguk sebagai jawaban.
"Iya, insyaallah saya amanat menjaga Dara, Bu." Sahut Nani.
Delia mengangguk, Abian hanya menyimak saja yang mereka bicarakan. Makan siang selesai, mereka kembali mengobrol diruang tamu.
Mulut Abian sudah gatal sekali rasanya ingin menanyakan perihal Daniel pada Denisa, tapi ia tahan-tahan. Hari sudah semakin siang, Abian yakin Daniel tidak akan datang, mungkin karena Denisa yang melarang, karena ada dia.
Tak lama terdengar duara mobil yang berhenti didepan rumah Denisa membuat ketiganya berdiri, ingin tahu siapa gerangan yang datang.
Seorang lelaki tampan turun dari mobilnya, dengan senyum tulus yang terpatri dibibirnya.
ditunggu ceritannya ya thor..