"Apa kau ingat? Saat SMA dan kuliah dulu, kau terus membuliku. Jadi sekarang, rasakan balas dendamku, wahai istriku!" Ucap Angkasa pada Leora.
'Angkasa, kau tidak tahu saja, kalau dendammu mengarah pada orang yang salah. Sayang sekali kau tidak akan percaya kalau aku menjelaskannya.' Gumam Leora memandangi Angkasa sambil menahan isakannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21. Leora berpura-pura bisu
'Cara terkejam seseorang melakukan balas dendam bukanlah dengan menyiksa secara fisik.
Tapi membuat orang yang telah menyesal atas kesalahannya tidak memiliki kesempatan untuk meminta maaf.
Mereka akan hidup dalam penderitaan, trauma yang mendalam lalu akhirnya mereka akan kalah secara mental.
Percuma sebuah tubuh yang sehat jika kamu tidak bisa mengendalikan pikiranmu.
Aku akan memberikan hadiah itu untukmu, Angkasa.' Gumam Leora memandangi Angkasa yang terpaku menatapnya.
"Apa kau serius?" Tanya Angkasa dengan suara pelan.
"Apa aku terlihat bercanda?" Tanya balik Leora.
Angkasa terdiam di tempatnya dan menatap mata Leora, ia tahu kebencian perempuan itu padanya sudah sangat dalam.
Tapi itu bukanlah kesalahan Leora, karena sejatinya, dia juga berada di posisi yang sama dengan Leora.
Hanya saja, cara mereka melakukan balas dendam memiliki perbedaan yang jauh.
"Baiklah." Ucap Angkasa lalu pria itu keluar dari ruangan Leora.
Leora memandangi kepergian Angkasa 'Apakah aku jahat? Aku kejam? Aku tidak perduli lagi, semua yang kumiliki sudah hancur. Semuanya hancur!' Isak Leora di tempat tidurnya.
Sementara Angkasa yang sudah keluar, pria itu langsung duduk disalah satu kursi tunggu.
Tatapannya kosong dan perasaannya tak karuan.
'Astaga,, Kenapa Anggara dan Sian belum datang juga?' pikir Gina saat melihat Angkasa dalam keadaan frustasi.
Setelah menunggu 2 menit, akhirnya Gina bisa bernafas lega saat melihat Anggara berlari kearahnya.
Namun ia terkejut saat tidak mendapati dokter Sian.
"Diamana Sian?" Tanya Gina pada Anggara.
"Dia sedang pergi keluar dan akan kembali 1 jam lagi." Jawab Anggara sembari berdiri dengan tegak melihat Angkasa yang sedang duduk dalam kondisi linglung.
"Ada apa dengannya?" Tanya Anggara.
"Leora baru saja menyuruhnya untuk pergi dari hidup Leora. Leora bahkan mengatakan supaya Angkasa tidak pernah memikirkannya bahkan untuk sedetik pun." Cerita Gina dengan suara pelan.
Ia takut kalau suaranya bisa memancing kemarahan Angkasa hingga pria itu kembali menggila.
"Baiklah. Kau bisa kembali bekerja, biar aku yang akan mengawasi pria ini sampai dokter Sian kembali." Ucap Anggara.
"Baiklah, hubungi aku jika kau membutuhkan bantuan." Kata Gina sebelum gadis itu pergi meninggalkan dua pria di hadapannya.
Setelah Gina pergi, Anggara kemudian duduk di kursi yang diletakkan di depan angkasa.
Baru saja Anggara duduk ketika ia terkejut saat Angkasa tiba-tiba menatapnya. Namun ia tidak mengatakan apapun dan hanya diam mematung.
"Leora mengusirku, bagaimana menurutmu?" Tanya Angkasa.
"Kau, aku rasa kau jangan pergi. Kalau kau pergi, siapa yang akan menjaganya dari saudaranya yang kejam?
Saat kau pergi, siapa yang akan menebus kesalahan yang sudah kau perbuat pada Leora?" Ucap Anggara.
"Kau benar, tapi dia sudah terlalu dendam padaku hingga tak mau menemuiku lagi. Dia bahkan bilang bahwa aku tidak boleh memikirkannya bahkan hanya untuk sedetik saja." Lagi kata Angkasa.
"Lalu?" Tanya Anggara yang ingin mendengar keputusan angkasa.
"Aku tidak punya hak untuk membantah." Kata Angkasa sebelum pria itu berdiri dan berjalan meninggalkan ruangan VIP Leora.
'Astaga,, dia benar-benar meninggalkan Leora?' gumam Anggara yang berlari dengan cemas menyusul angkasa.
Setiap kali pria itu menahan sesuatu maka pria itu akan lebih cepat meledak.
'Astaga, sekarang dia memang baik-baik saja. Tapi begitu tiba di apartemen, aku yakin tempat itu akan berubah menjadi gudang terbengkalai.' pikir Anggara sembari menghubungi dokter Sian agar mereka bertemu di salah satu apartemen milik Angkasa.
Sesuai dugaan Anggara, begitu mereka tiba di apartemen, Angkasa duduk selama beberapa menit. Pria itu begitu tenang dengan sesuatu yang dipikirkannya.
Namun begitu menit ke-20 tiba, Anggara sudah melompat ke arah lemari.
Angkasa mulai membanting semua barang dan memecahkan semua barang yang bisa ia pecahkan. Lemari-lemari besar telah dijatuhkan oleh pria itu hingga semua isinya berserakan di lantai.
Suara-suara pecahan kaca terdengar dimana-mana, tapi Anggara tak bisa melakukan apapun karena ia terlalu takut. Pria itu mungkin akan membunuhnya.
'Astaga,, dimana dokter Sian?' Gumam Anggara sembari terus memantau pria yang sedang dalam emosi.
"Oh tidak! Jangan yang!!!" Anggaran menghela nafasnya beberapa kali saat melihat lukisan maha mahal yang pernah ia beli sudah dirobek oleh angkasa.
"Astaga,, uang 10 trilliun hangus dalam waktu 3 detik." Ucap Anggara dengan kepala yang sudah ingin pecah karena Angkasa tidak berhenti dan terus merusak barang-barang di apartemen itu.
"Oh, tidak!!! Tidak!!!" Anggara berlari ke arah Angkasa yang hendak memecahkan sebuah guci langka yang mereka dapat dari pelelangan.
Dengan cekatan ia meraih guci itu dan memeluknya dengan erat sebelum Angkasa melemparkannya ke lantai.
"Beraninya kau!!!" Teriak Angkasa sambil melototi Anggara yang memeluk guci bagai memeluk seorang anak bayi yang baru lahir.
"Tidak!! Guci ini adalah sejarah,,, guci bersejarah yang dilelang dengan har,,," Anggara belum selesai berbicara saat guci itu pelukannya sudah pecah.
"Kau!!! Apa kau pikir uang 5 trilliun mudah di dapatkan!" Bentak Anggara memandang penuh kemarahan pada pria yang sudah melempar guci itu dengan sebuah botol parfum.
Namun detik berikutnya ia tidak mau meladeni Angkasa, Anggara segera berlari keluar apartemen dan mengunci tempat itu dari luar.
"Sial!!! Untung saja aku masih punya waktu untuk kabur. Jika tidak, mungkin kepalaku lah yang sudah pecah." Ucapnya dengan keringat dingin membasahi punggungnya.
Sementara Angkasa menggila maka di rumah sakit, Leora terkejut karena tengah malam ia mendapat seorang tamu tak diundang.
Luna baru saja tiba. Perempuan itu datang membawa beberapa kotak berisi makanan yang langsung Leora kenali aromanya.
"Ibu menyuruhku kemari. Tadi pukul 9 malam dia tiba-tiba teringat padamu dan pergi ke dapur memasak semua makanan ini." Ucap Luna membuka makanan itu di atas meja.
Setelah memindahkan beberapa bagian makanan ke bawah piring, Luna kemudian berdiri di samping ranjang Leora.
"Makanlah sedikit, supaya ketika aku pulang dan ibu bertanya, aku bisa menjawab." Ucap Luna.
Mata Leora yang sudah bengkak karena menangis kembali digenangi oleh air mata.
'Apakah sekarang semua keluargaku sudah melupakanku? Mereka bahkan mengirim seseorang pelakor untuk mengantar makananku.' gumam Leora meneteskan air matanya.
Sementara Luna yang memegangi piring berisi makanan hanya bisa menghela nafas dan menggerutu dalam hati.
'Sial! Kenapa juga Mas Bambang menyetujui aku datang kemari membawa makanan ini. Hah! Betapa menyebalkannya harus membujuk seseorang perempuan bisu.
Apapun yang ku tanyakan padanya, tidak akan pernah ia jawab.'
"Kalau kakak tidak mau makan, maka aku akan menyimpannya kembali. Kakak tenang saja, aku akan bilang pada ibu bahwa Kakak sudah mencicipi beberapa suapan." Ucap Luna membereskan kembali semua piring-piringnya.
Leora mengacuhkan perempuan itu lalu ia kembali berbalik dan melanjutkan tidurnya.
'Aku berharap saat bangun besok pagi, semua ini hanyalah mimp,i' gumamnya sebelum menutup matanya.
Malam itu berlalu dengan tenang sampai pada pagi hari Leora terbangun karena suara berisik di sampingnya.
Ia membuka mata dan melihat Gina baru saja tiba membawa beberapa kantong.
"Hei, hari ini kau akan melewati banyak pemeriksaan, jadi aku datang kemari membawakanmu sarapan." Ucap Gina yang sedang mengoles roti dengan selai coklat.
"Dok," ucap Leora.
"Ya?" Jawba Gina dengan tatapannya masih berfokus pada roti yang sedang dia olesi.
"Tolong rahasiakan dari semua orang bahwa saya sebenarnya bisa berbicara."
"Tenag saja, semua permintaanmu akan aku kabulkan. Tapi sekarang ini kesehatanmu jauh lebih penting, kita sarapan dulu, baru setelah itu, kita bisa membahas hal penting lainnya." Ucap Gina memberikan Leora sepotong roti yang telah Ia olesi.
"Terima kasih Dok." Ucap Leora.
Interaksi Dengan Pembaca.
Dua komentar di atas akan di kabulkan 😁😁😁🤭
tapi komentar yang dibawah ini,,,
astaga, puyeng deh otor hahaha...
akan dikabulkan juga kok kalo karya ini naik ke peringkat 1 semua kategori 😂😂😂🤭 halu....
keras berbagai macam gaya
kau bahagia dengan angkasa bapak mu menghancurkan leluargamu
bapaknya sendiri memasukkan baby sugar di dalam rumahnya.
dan saking pintarnya istrinya percaya aja kalau Luna jalang itu adalah anak angkat Bambang tua bangke.
kurasa hanya Leora yang waras
dan ibunya terlalu polos mau aja di begoin sama suaminya
bagaimana dengan istrinya
anggara yg mnderita
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
tpi kli like ttp ku tekan.
semngat n sukses selalu
krya2 nya bnr2 bagus.sampe berniat ttus baca tiap judul2 nya