My Genius Twins Baby And CEO
**Selamat datang.
Novel ini ikut lomba Anak Genius, mohon dukungannya ya jangan lupa Like dan Komen**.
Happy reading 😘
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
“Haura, pergilah bersama Pandu untuk mengantarkan bunga-bunga ini ke hotel Raffles,”
“Baik Pak,” jawabku patuh.
Setelah mengatakan itu om Jodi masuk, aku dan pandu saling pandang lalu sama-sama tersenyum dan mulai bergerak.
Seratus buket bunga segar sudah tersusun rapi didalam mobil van milik om Jodi. Aku dan Pandu hanya tinggal mengantarnya, ke sebuah pesta topeng.
Malam tahun baru yang begitu cerah, bahkan bulan dan bintang ikut menyaksikan gemerlapnya kota Jakarta. Jalanan dipenuhi mobil-mobil yang merayap, macet.
Bahkan didepan sana, aku dan pandu sudah melihat beberapa kembang api yang meluncur menghiasi angkasa, padahal kini masih jam 8 malam, belum memasuki waktu pergantian tahun.
Tapi seolah tak sabar, sebagian orang sudah menghidupkan kembang api sejak dini.
Diam-diam, aku menikmatinya.
Seperti pencuri yang menikmati kebahagiaan orang lain.
Cahaya dengan warna-warna yang begitu indah, setelah membuat orang tersenyum bahagia, cahaya itu menghilang.
Aku sedikit berharap hidupku akan seperti kembang api itu. Setelah aku menghilang, orang-orang akan mengingatku sebagai sesuatu yang indah.
"Haura, sebentar lagi kita sampai, siapkan topeng kita. Tanpa itu kita tidak bisa masuk," ucap Pandu dan aku mengganggukinya setuju.
Di laci dashboard sudah ada 2 topeng berwarna hitam dan putih, ku ambil keduanya dan memasukkannya ke dalam tas.
Hanya dengan menunjukkan kartu undangan beserta kartu nama, aku dan Pandu langsung diarahkan ke sebuah ballroom di lantai paling atas.
Bahkan beberapa orang mengunakan seragam pun membantu kami untuk membawa bunga-bunga itu.
Sejenak, aku dan Pandu terpana ketika memasuki ballroom hotel itu, begitu mewah dan megah. Semakin ku lihat jelas, semakin aku merasa kecil.
Nampak jelas perbedaan antara mereka dan kami.
"Nona, susunlah bunga-bunga ini diujung sana, buat agar terlihat cantik,” perintah seorang wanita yang entah siapa, dia begitu cantik dengan gaun yang begitu pas ditubuhnya.
Bahkan kecantikannya tetap terpancar meskipun ia menggunakan topeng.
"Pembayarannya sudah ku selesaikan dengan tuan Jodi, jadi setelah selesai menyusun bunga kalian bisa segera meninggalkan pesta ini,” ucapnya lagi dengan suara yang terdengar lebih tegas.
Aku hanya bisa mengangguk sebagai jawaban, lalu melihat wanita itu berjalan menjauh, memasuki kerumunan para tamu undangan.
“Ayo Haura, semangat!” ajak Pandu antusias dan aku pun menganggukinya tak kalah semangat.
Aku menyusun bunga dengan sesekali melirik ke arah lantai dansa. Beberapa pasangan sudah turun kesana, berdansa sambil saling mendekap dan menatap penuh cinta.
Aku tersenyum, indah sekali kehidupan yang mereka jalani. Seolah hidup ini hanya mereka gunakan untuk bersenang-senang, tak perlu pusing memikirkan bagaimana caranya bertahan hidup.
“Haura, bunga ini hanya ada 99 buket, ku rasa yang 1 masih tertinggal di mobil. Aku akan turun untuk mengambilnya,” ucap Pandu dan langsung menyadarkanku dari lamunan.
“Tidak Pandu, biar aku yang turun,” jawabku dengan cepat, aku merasa tak enak hati jika Pandu yang harus turun. Sedari tadi, Pandu lebih banyak bekerja daripada aku.
“Baiklah," jawab pandu singkat dan aku langsung bergegas pergi.
Lagi, aku melirik ke dalam sebelum benar-benar keluar dari dalam ballroom.
Andaikan, aku menjadi salah satu diantara mereka. Batinku penuh harap.
Dengan tersenyum getir, aku melangkah keluar.
POV AUTHOR
“Hmpt!” dengan cepat Haura mencoba meloloskan diri, seorang pria berbadan besar sudah membekap mulutnya dari arah belakang. Menarik Haura agar mengikuti langkahnya.
"Lepas!" teriak Haura, memberontak namun tak menghasilkan apa-apa, ia kalah tenaga.
Di luar ballroom suasana begitu sepi, bahkan sepanjang lorong hotel ini hanya diisi oleh mereka berdua. Dengan kasar, pria itu membawa masuk Haura ke dalam sebuah kamar.
“Bantu aku,” desis pria itu dengan suara berat.
Haura menggeleng, mulut dan kedua tangannya masih dibekap dengan begitu kuat. Hanya air matanya yang keluar sebagai jawaban.
Hingga sampailah keduanya dalam sebuah kamar. Adam, melempar tubuh Haura ke atas ranjang king size itu.
“Apa yang anda lakukan? Tolong, tolong jangan sakiti aku," lirih Haura, ia bahkan mengatupkan kedua tangannya didepan dada dengan air mata yang tak berhenti mengalir.
Ia menatap nanar pada pria dihadapannya, pria yang sudah menanggalkan bajunya satu per satu.
“Percayalah, aku akan bertanggung jawab padamu," jawab Adam dengan kedua mata yang sudah berkabut, tubuhnya begitu panas, ia butuh pelampiasan.
Tanpa menunda, Adam langsung mengikis jarak, menindih wanita yang entah siapa. Namun dari hijab yang dikenakannya, Adam yakin jika wanita ini adalah wanita baik-baik. Karena itulah ia menarik Haura.
Tangis Haura makin pecah, ketika satu per satu tubuhnya lepas dari penutup. Ia menangis merasakan tiap inci tubuhnya dinikmati oleh pria asing.
“Jangan, aku mohon lepaskan aku," mohon Haura tanpa henti, tapi bukannya berhenti, Adam malah menyatukan diri.
Haura menutup matanya, merutuki nasib yang ia alami.
Kenapa ya Allah? Kenapa? Batinnya penuh tanya.
Kedua kakinya terikat, dan kedua tangganya digenggam erat hanya dengan satu tangan. Semua tenaga sudah ia kerahkan untuk melawan, namun penyatuan itu tetap tak bisa ia lepas.
Seolah tak memiliki hati nurani, Adam terus menyentak Haura dengan kasar. Meskipun tak ada sedikitpun ******* yang Haura keluarkan. Di ruangan temaram itu hanya terdengar isak tangis Haura dan erangan Adam.
“Maaf,” desis Adam dengan napas terengah. Setelah puas menikmati manisnya tubuh Haura, ia ambruk.
Sementara Haura, ia hanya terdiam. Tangisnya memang sudah mereda, namun kini kesedihan makin kental terasa. Tubuhnya remuk redam, intinya begitu sakit dan perih, begitu juga dengan hatinya yang hancur lebur, ia sudah tak berdaya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pagi.
Perlahan, Haura membuka matanya. Ruangan yang semalam nampak gelap kini sudah lebih terang. Cahaya matahari masuk menerobos dinding kaca di arah timur.
Sepi, tak ada suara apapun, bahkan ia menyadari jika hanya tinggal ia seorang diri di dalam ruangan ini.
Lagi, air mata itu jatuh. Tak hanya sekilas, tapi semua yang terjadi semalam begitu jelas diingatannya. Sesaat, Haura berharap ini semua hanya mimpi buruk. Tapi melihat keadaannya yang seperti ini, Haura tak bisa mengubahnya lagi.
Dengan sisa-sisa tenaganya, Haura mencoba bangun. Menurunkan kakinya yang sudah terlepas dari ikatan.
“Iblis,” desisnya pelan dan hanya ditangkap oleh telinganya sendiri.
Dengan susah payah, ia memunguti semua bajunya yang berserak di lantai. Hingga kedua matanya menangkap sebuah benda kecil yang berkilauan.
Kancing baju?
Kancing baju milik iblis itu. Yakin Haura di dalam hati.
Dengan hati yang membenci, Haura keluar dai dalam kamar terkutuk itu. Tangannya mengepal kuat, meremat kancing yang ia temukan.
Aku bersumpah, sampai matipun kamu tidak akan pernah menemukan kebahagiaan.
Tertatih, Haura terus melangkah dengan hati yang terus mengutuk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
andi hastutty
Lanjut
2024-09-08
0
Dodi jawara
crita menarik
2024-06-20
1
Galih Pratama Zhaqi
pensaran ky prnh bca tp lupa2 ingt 🤭 krn trlalu bnyk novel yg dibca hehe maaf ya thor,
2024-06-09
4