Suatu malam, Kaila datang ke pesta kelulusan angkatan seniornya. Mantan kekasihnya, Hansel, laki-laki biasa yang mencampakkan dirinya begitu saja itu juga merupakan salah satu mahasiswa angkatan akhir. Hansel tiba-tiba diberikan minuman yang sudah diobati, oleh salah satu mahasiswi yang sudah mengincar cintanya. Naas, Hansel malah melampiaskan efek obat tersebut kepada Kaila. Sialnya lagi, malam itu juga, Hansel harus pergi meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan bisnis keluarganya.
Bagaimanakah masa depan Kaila selanjutnya?
Apakah Hansel akan kembali, ataukah ada laki-laki lain yang akan menerima masa lalu Kaila?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Beby_Rexy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 Kaila yang Malang
Hansel yang merasa gelisah, efek obat yang baru saja dia konsumsi membuat pikirannya berkecamuk. Dia berjalan mondar-mandir di tepi ruangan, mencoba meredakan rasa gelisah yang melanda. Tiba-tiba, pandangannya tertuju pada sosok yang sangat dia kenal. Kaila, mantan kekasihnya itu sedang berdiri di tengah keramaian dengan gaun pendek yang memamerkan lekuk tubuhnya, padahal selama ini selalu berpenampilan sederhana dn tertutup.
Melihat Kaila dengan penampilan begitu mencolok, Hansel merasa semakin panas. Dia merasa marah, kesal, dan cemburu. Tanpa berpikir panjang, Hansel berjalan cepat menuju Kaila. Dia pun begitu saja meraih tangan Kaila dan menariknya keluar dari ballroom pesta.
"Kenapa kamu pakai gaun seperti itu?" tanya Hansel dengan nada tinggi. Dia menarik tangan Kaila, berjalan cepat melewati kerumunan orang. Kaila terkejut dan bingung, dia mencoba melepaskan diri dari genggaman Hansel, tetapi gagal.
Sepanjang perjalanan, Hansel terus memarahi Kaila karena gaun seksi yang dia kenakan. Dia merasa gaun itu terlalu mengekspos tubuh Kaila dan membuat banyak orang meliriknya. Meski Kaila berusaha menjelaskan, Hansel tampaknya tidak mendengarkan. Dia terus menarik Kaila, meninggalkan pesta dan keramaian di belakang mereka. “Kenapa pakaianmu seperti kekurangan bahan?” tanya Hansel lagi, lebih kepada protes dengan suara beratnya dan deruan napas yang terdengar aneh ditelinga Kaila.
Kaila menunduk melihat kebawah gaunnya. Gaun ini memang sangat pendek pikirnya, padahal sebenarnya tidak terlalu pendek, hanya sedikit diatas lututnya. Kesannya imut dan seperti anak remaja apalagi badannya yang hanya sebatas dagu Hansel.
Hansel terus menarik tangan Kaila lalu menggiringnya melewati beberapa meja, meletakkan gelas minumannya dan membawa Kaila keluar aula sampai ke area parkir khusus pemilik hotel. Suasana di parkiran saat itu sangat sepi, karena acara baru akan dimulai di dalam aula maka sudah pasti pemilik kendaraan di parkiran ini sedang berada disana semuanya.
Kaila merasa bingung saat Hansel membawanya keluar dari ballroom pesta menuju area parkir khusus. Dengan wajah terkejut, Kaila bertanya, "Kenapa kita ke sini, Kak Hansel?"
Hansel menatap Kaila dengan ekspresi serius. "Aku butuh bantuanmu," jawab Hansel tanpa basa-basi.
Kaila terkejut mendengar permintaan bantuan dari Hansel. Dia merasa ragu dan tidak nyaman dengan situasi ini. "Maaf, kak. Hubungan kita sudah selesai. Aku tidak ingin campur tangan lagi, apalagi saat ini kamu sudah dekat dengan Mika," ucap Kaila dengan tegas, mencoba menolak permintaan Hansel.
Mendengar penolakan Kaila, Hansel merasa semakin marah. "Kamu pikir aku peduli dengan Mika? Ini urusan antara kita, Kaila. Aku butuh bantuanmu sekarang," desak Hansel dengan nada tinggi, ekspresinya mulai memanas.
Kaila merasa tertekan dengan situasi yang semakin tegang. Dia mencoba menjelaskan lagi bahwa dia tidak ingin terlibat dalam masalah antara Hansel dan Mika. Namun, Hansel tidak mendengarkan. Dia terus memaksa Kaila untuk membantunya, tanpa mempedulikan penolakan yang sudah jelas dari Kaila.
Hansel terus menarik Kaila, menuju mobilnya yang berbeda dari biasanya saat mereka masih berpacaran.
“Masuk,” kata Hansel setelah membuka pintu mobil.
Kaila bingung, jadi dia hanya diam dan sedikit bengong.
“Kak Hansel ada apa?” tanya Kaila kemudian, sedikit gugup karena Hansel masih menatapnya sedikit aneh.
Hansel, yang sudah tidak sabar lagi, melihat Kaila hanya diam saat dia membuka pintu mobil dan meminta Kaila untuk masuk. Dengan ekspresi serius, Hansel mengatakan bahwa mereka akan bicara di dalam mobil dan dia juga meminta Kaila untuk menemaninya ke suatu tempat. Meskipun merasa kebingungan, Kaila merasa bahwa ini penting, akhirnya menuruti permintaan Hansel.
Kaila masuk ke dalam mobil duluan, duduk di bagian penumpang belakang karena Hansel membuka pintu mobil bagian belakang. Namun, begitu Kaila sudah duduk, Hansel ikut masuk dan duduk di sebelah Kaila di kursi belakang tersebut.
Kaila terkejut dengan tindakan Hansel yang tidak terduga ini. "Tadi bukannya kakak mengajak ke suatu tempat?" tanya Kaila, mencoba mencari kejelasan.
Hansel menatap Kaila dengan tatapan tajam. "Tidak, kita akan bicara di sini," jawab Hansel dengan tegas, membuat Kaila semakin bingung dengan situasi yang semakin rumit. Perasaan tidak nyaman semakin terasa di dalam mobil, Kaila mencoba mencerna apa yang sebenarnya sedang terjadi di antara mereka.
Hansel tiba-tiba melepas jasnya dengan gerakan cepat, mengatakan bahwa dia butuh pelepasan saat itu juga. Kaila, yang semakin bingung dengan situasi yang semakin aneh, bertanya dengan penuh kebingungan, namun sebelum dia bisa mendapatkan jawaban, Hansel tiba-tiba membungkamnya dengan ciuman panas.
Kaila mencoba menolak ciuman tersebut, namun tenaganya tidak sebanding dengan kekuatan Hansel. Saat Hansel melepaskan ciumannya, tatapan matanya terlihat aneh dan berkabut, membuat Kaila semakin khawatir.
"Apa yang terjadi padamu, Kak Hansel?" tanya Kaila dengan nada cemas, mencoba mencari penjelasan dari Hansel. Selama menjalin hubungan kekasih, tak sekalipun Hansel pernah memperlakukan dirinya seperti itu selain hanya menyentuh kulit tangannya saja.
Hansel menatap Kaila dengan ekspresi yang campur aduk. "Aku harus menuntaskan keinginanku saat ini juga, jika tidak aku akan mati kepanasan," jawab Hansel dengan suara gemetar. Kaila mulai memahami maksud dari perilaku aneh Hansel.
Kaila pun menawarkan untuk membawa Hansel ke dokter, namun Hansel menolak dengan tegas. "Ini tidak bisa diobati dengan obat dokter, aku hanya butuh bantuanmu, Kaila. Kita harus cepat," ucap Hansel dengan nada mendesak, membuat Kaila semakin merasa tertekan dengan situasi yang semakin rumit.
“T–tapi kita tak seharusnya ada disini, semua orang ada didalam.” kata Kaila, mulai agak takut karena Hansel terus menatapnya tajam.
“Aku tidak bisa menahannya, minumanku diberi obat,” jawab Hansel.
Kaila terkejut ketika Hansel mengakui bahwa minumannya telah diberi obat. Dalam hati, Kaila bertanya-tanya apakah obat yang diberikan adalah obat perangsang. Dengan kepala dingin, Kaila meminta Hansel untuk duduk tenang dan mengatakan bahwa mereka harus mencari pertolongan segera agar Hansel dapat dibawa ke rumah sakit.
"Duduk tenang, Kak Hansel. Kita harus mencari bantuan sekarang," ucap Kaila dengan suara mantap, mencoba menenangkan Hansel dan menemukan solusi terbaik.
Namun, Hansel menolak dengan keras. "Tidak, aku tidak butuh bantuan dokter. Kamu yang harus menolongku," jawab Hansel sambil merintih kesakitan. Pening yang sangat dan reaksi tubuhnya yang semakin tidak terkendali membuat Hansel semakin sulit untuk diajak berbicara.
Kaila merasa semakin khawatir melihat kondisi Hansel yang semakin memburuk. Dia mencoba meyakinkan Hansel untuk menerima pertolongan medis, namun Hansel tetap bersikeras menolak. Rasa panik mulai menyelinap ke dalam hati Kaila, karena dia merasa bahwa waktu sangat berharga dalam situasi darurat seperti ini.
Kaila tidak berhenti hanya dengan mencoba membantu Hansel tanpa harus menyerahkan tubuhnya. Dia juga mencoba menelepon sahabatnya, Astrid, untuk meminta bantuan dalam situasi darurat ini. Dengan gemetar, Kaila berhasil menghubungi Astrid.
"Astrid, tolong telepon ambulance ke sini sekarang!" ucap Kaila tanpa basa-basi saat Astrid mengangkat telepon.
Astrid terkejut mendengar suara cemas Kaila di telepon. "Kaila, apa yang terjadi? Apakah kamu sedang sakit?" tanya Astrid dengan khawatir.
Kaila tidak sempat menjawab pertanyaan Astrid. "Tidak ada waktu, Astrid. Tolong segera telepon ambulance ke tempat ini," desak Kaila, dengan suara yang penuh kekhawatiran, menyadari bahwa setiap detik sangat berharga dalam situasi ini.
Astrid merasa terkejut dengan keadaan yang mendesak ini. Tanpa bertanya lebih lanjut, Astrid segera mengerti urgensi dari permintaan Kaila dan bersedia membantunya. Dia segera menutup telepon dan segera menghubungi layanan ambulance untuk segera merespons situasi darurat yang sedang terjadi.
Di saat Hansel berjuang keras untuk menahan hasratnya yang semakin sulit dikendalikan, Kaila yang merasa kasihan mencoba menenangkannya dengan mengusap-usap bahu Hansel. Namun, tindakan tersebut tanpa disadari malah menjadi kesalahan fatal karena Hansel semakin terpancing.
"T–tenanglah, Kak Hansel. Apa kakak baik-baik saja?" tanya Kaila dengan nada khawatir, mencoba mencari kejelasan dari keadaan Hansel yang semakin memburuk sebab lelaki itu terus saja memejamkan kedua matanya sambil menyandarkan kepala pada kursinya.
Namun, pertanyaan Kaila tidak dijawab oleh Hansel. Matanya berkilat dan tatapannya penuh dengan nafsu yang sulit dikendalikan. Hansel menyadari bahwa obat yang harus diberikan padanya hanya satu, dan saat ini keinginannya tak lagi dapat ditahan.
Tanpa menunda lagi, Hansel melakukan sesuatu yang dia butuhkan dari Kaila. Dalam sekejap, Hansel mengambil tindakan yang sebelumnya terasa tidak mungkin dilakukannya. Tindakan itu menjadi langkah terakhir yang diambil Hansel untuk memenuhi kebutuhan yang telah menguasai dirinya.
***
Waktu yang Hansel habiskan bersama Kaila begitu lama, namun tak membuatnya berhenti sampai benar-benar lega. Saat selesai dengan kegiatannya, Hansel memandangi wajah pucat Kaila akibat perbuatannya. Kaila tertidur atau mungkin saja pingsan, dia tidak tau. Teringat Hansel saat Mika memberikan dia minuman lalu pergi entah kemana. Setelah meminum air nya setengah gelas, Hansel langsung merasa kepanasan. Dia melihat sekeliling tetapi tidak menemukan Mika. Saat tangannya mencari handphone di saku celana untuk menelpon Mika tiba-tiba dia melihat Kaila.
Entah Kaila sedang di takdirkan untuk mengalami kesialan atau apa, yang pasti Hansel hanya ingin dia saja pada saat itu. Dia ingin mencari Mika hanya untuk memberikan pelajaran pada gadis tersebut bukan untuk menyalurkan libidonya. Bahkan seandainya ketika itu Hansel tak menemukan Kaila, dia lebih memilih untuk ke dokter saja untuk dibuat pingsan sampai besok hari. Walau dalam keadaan terpengaruh obat rangsangan, Hansel masih sadar siapa wanita yang pantas baginya.
”Gadis brengsek!” maki Hansel saat teringat pada perbuatan Mika.
“Kalau saja kamu yang ada disini, kupastikan akan kubuat kamu sampai lumpuh.” Mata Hansel berkilat marah, dia merasa harus membuat perhitungan dengan Mika.
Lalu dia memikirkan kondisi Kaila. Dia pun menutupi badan Kaila dengan jas miliknya. Hansel berpikir sebentar, tidak mungkin dia meninggalkan Kaila didalam mobil karena sehabis acara dia harus terbang malam ini juga ke Jerman untuk melanjutkan bisnisnya yang dia tinggalkan demi mendapatkan gelar S2.
Mau dibawa masuk ke hotel, tapi tidak ada tempat yang tersembunyi. Semua sudut terdapat cctv, dia harus menghindari keingintahuan dari sang ayah.
“Aku akan membawamu ke apartemen,” ucap Hansel memutuskan.
Dia pun melajukan mobilnya menuju apartemen pribadinya. Saat sampai di parkiran apartemen, ponsel Hansel berbunyi. Ada nama Mika. Dia angkat telponnya.
“Ada apa,” tanya Hansel dingin.
“Hansel sayang kamu ada dimana? Aku cari di tempat acara tapi tidak ketemu,” tanya Mika dengan suara manja yang dibuat-buat.
“Aku sudah pulang ke Jerman,” jawab Hansel datar.
“A–apa? Bagaimana bisa ka…” belum selesai Mika berucap, telpon sudah diputus oleh Hansel.
“Mau bermain-main denganku rupanya,” kata Hansel sambil tersenyum jijik.
Setibanya di tujuan, Hansel melirik ke arah kaca spion untuk melihat Kaila. Masih belum ada pergerakan. Dia pun keluar mobil lalu menggendong Kaila masuk ke lift dan lift langsung berjalan naik keatas. Saat tiba, pintu lift pun terbuka dan langsung masuk ke dalam apartemen Hansel. Rupanya lift tadi memang khusus untuk masuk ke unit milik Hansel sebagai pengganti pintu.
Hansel langsung masuk kedalam kamarnya dan membaringkan Kaila. Tidak lama suara ponsel Hansel terdengar lagi.
“Halo,” kata Hansel saat mengangkat telepon.
“Hansel kamu ada dimana? Satu jam lagi kita berangkat,” sahut suara di telepon.
“Dika, aku di apartemen, aku segera kesana. Kita bertemu di bandara. Tidak usah jemput aku,” jawab Hansel cepat tanpa ingin dibantah.
“Ya. Apa kamu tau Mika mencarimu seperti orang kesetanan,” sambung Dika lagi.
“Aku akan membuat perhitungan dengannya saat aku kembali nanti,” jawab Hansel tersenyum licik.
“Apa maksudmu?” tanya Dika.
Hansel menoleh ke arah Kaila yang masih tidak bergerak.
“Dia berani bermain-main denganku. Dia lupa siapa aku,” sahut Hansel dengan penuh penekanan. Dika sedikit merinding mendengarnya.
“Eh, ya sebaiknya berangkatlah sekarang ke bandara agar tidak buru-buru,” kata Dika mengingatkan.
“Lagi pula bandara itu milikku,” ujar Hansel sombong. Lalu mematikan telponnya.
Hansel masih menatap Kaila. Tadi, saat membaringkan Kaila, bagian jas yang dipakaikan Hansel melorot, dan alhasil menampakkan sesuatu yang sepertinya kembali memunculkan rasa panas di tubuhnya. Hansel menelan saliva nya. Sisa pengaruh obat rupanya masih terasa di tubuhnya. Tanpa menunggu lagi, dia pun mengulangi lagi kegiatan di mobil tadi tanpa memikirkan bagaimana akibatnya pada masa depan Kaila. Kaila yang masih muda tapi Kaila yang malang.
karena ayah kandung tdk mengorbankan darah dagingnya sendiri hanya untk ambisi yg kejam,,
hazel selamatkan rumah tanggamu
jngn sprti maxim,,