Sharmila, seorang wanita cantik, sedang bersiap untuk hari pernikahannya dengan Devan, bos perusahaan entertainment yang telah dipacarinya selama tiga tahun.
Namun, tiba-tiba Sharmila menerima serangkaian pesan foto dari Vivian, adik sepupunya. Foto kebersamaan Vivian dengan Devan. Hati Sharmila hancur menyadari pengkhianatan itu.
Di tengah kekalutan itu, Devan menghubungi Sharmila, meminta pernikahan diundur keesokan harinya.
Dengan tegas meskipun hatinya hancur, Sharmila membatalkan pernikahan dan mengakhiri hubungan mereka.
Tak ingin Vivian merasa menang, dan untuk menjaga kesehatan kakeknya, Sharmila mencari seorang pria untuk menjadi pengantin pengganti.
Lantas, bagaimana perjalanan pernikahan mereka selanjutnya? Apakah pernikahan karena kesepakatan itu akan berakhir bahagia? Ataukah justru sebaliknya?
Ikuti kisah selengkapnya dalam
KETIKA MUSUH MENJADI PENGANTIN PENGGANTI
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. kontrak pernikahan
.
Sharmila menegakkan tubuhnya lalu melihat ke sekeliling, menyadari dirinya bukan berada di halaman rumahnya. Ia menoleh ke arah Zayden dan bertanya.
"Kita ada di mana?"
"Ada di parkiran Pratama Group," jawab Zayden datar lalu membuka pintu mobil dan turun.
Sharmila menatap punggung pria itu yang menjauh dengan kening berkerut. "Pratama Group? Untuk apa malam-malam ke tempat ini?" gumamnya.
"Nona," seru sopir yang membuka pintu untuknya.
Sharmila mengangguk dan mengucapkan terima kasih lalu turun, mengejar langkah Zayden dengan perasaan kesal. "Kenapa sih dia?" gumamnya lagi.
Sharmila melihat sepertinya Zayden sedang marah. Tapi dia bingung karena tidak tahu apa yang membuat pria itu marah. Dalam hatinya bertanya-tanya apakah dia baru saja melakukan kesalahan.
Di sepanjang jalan, Sarmila begitu mengagumi perusahaan yang dipimpin oleh Zayden. Begitu besar dan mewah, menunjukkan kekuasaan yang tak bisa dibantah.
*
"Kenapa kita ke sini malam-malam seperti ini?" tanya Sharmila ketika mereka telah berada di ruang kerja Zayden.
Mata wanita itu mengedar ke seluruh ruangan. Ruang kerja yang cukup luas dengan desain interior yang mewah benar-benar menunjukkan kapasitas seorang Zayden Arya Pratama, terkesan angkuh, dingin dan penuh kuasa.
Zayden duduk bersandar di atas kursi kebesarannya. Kedua tangannya bersedekap menatap datar ke arah Sharmila.
"Karena aku merasa sepertinya ada yang ingin kamu pertanyakan.”
Mengambil nafas dalam, mempertahankan kesabaran, Sharmila segera duduk di kursi yang berada tepat di hadapan Zaidan hanya berseberangan dengan sebuah meja besar. Dalam hatinya wanita itu ingin memaki, Zayden bahkan sama sekali tak berbasa-basi untuk menyuruhnya duduk.
“Sekarang, katakan! Apa yang ingin kamu tanyakan?" tanya Zayden.
Sharmila menata pria itu dengan wajahnya yang datar. Keningnya berkerut, apakah pria itu bisa membaca pikirannya?
“Tadi waktu di depan Kakek dan David, kamu mengatakan bahwa Pratama grup akan bekerja sama dengan Natakusuma dalam penggarapan proyek di kota B. Kenapa kamu berkata begitu? Bukankah sebelumnya kamu ingin menguasai proyek itu seorang diri?
Zayden tersenyum kecil, masih dalam posisi kedua tangan yang bersedekap dan mata yang menatap lurus ke arah Sharmila.
“Menurutmu, kenapa aku melakukan itu?"
"Aku tidak tahu, Aku tidak bisa membaca pikiranmu, dan aku juga tidak suka main tebak-tebakan,” jawab Sharmila dingin.
“Permisi Tuan. Saya mengantar teh untuk Anda berdua." Kedatangan seorang OB yang kebetulan shift malam, membuat Zayden yang baru saja ingin membalas kata-kata Sharmila kembali menutup mulutnya.
Sharmila mengangguk dan mengucapkan terima kasih, beda halnya dengan Zayden yang tetap memasang raut datar.
“Jadi, apa alasanmu?" Sharmila kembali bertanya setelah OB pergi.
“Aku tidak menyangka ternyata Nyonya Pratama seorang pemalas," ucap Zayden sambil tertawa terkekeh. “Bahkan untuk menebak hal sekecil itu pun tidak mau," lanjutnya.
Sarmila hanya mengangkat kedua bahunya. Sebelah tangan yang meraih cangkir teh dan menyesapnya perlahan, dengan mata yang tak beralih dari pria yang sedang duduk angkuh di hadapannya. Sama sekali tidak terpengaruh. Mengingat mereka adalah musuh, mungkin dia harus membiasakan diri untuk mendengar kata-kata pedas dari Zayden.
Zayden menghela nafas dan membetulkan letak duduknya. Kedua matanya menatap lekat wajah wanita di hadapannya. “Kalau aku mengatakan padamu bahwa aku benar-benar mencintaimu apakah kau akan percaya?"
Sharmila memutar bola matanya malas. "Jangan mengalihkan pembicaraan, pertanyaanku!”
Zayden menahan dadanya yang terasa nyeri. Sudah ia duga walau dia bicara Sharmila juga takkan percaya. Tapi pria itu tetap memasang senyum di wajahnya.
“Kenapa menurutmu itu tidak mungkin? Padahal bisa saja, Aku mencintaimu, selalu karena kamu membenci David, aku juga ikut membenci orang itu. Apa menurutmu alasan itu tidak masuk akal?"
Shamila menghela nafas lelah kedua tangannya terlipat di depan dada bersedekap dengan posisi yang sama persis seperti Zayden. “Selera humormu cukup tinggi juga."
Apa yang bisa dilakukan oleh Zayden selain lebih bersabar lagi. "Baiklah baiklah. Aku tahu Nyonya Pratama tidak suka bercanda. Biar aku katakan intinya.”
Sharmila hanya diam dan memperhatikan, menunggu apa yang akan diucapkan oleh pria itu.
“Pratama group sedang kekurangan dana, dan tidak mampu mengembangkan proyek sebesar itu. Kamu dan pamanmu yang tahu, tapi mungkin orang luar sana dan para investor bahkan tidak tahu.”
Sarmila terdiam, apa yang diucapkan oleh Zayden memang benar. Dan sebenarnya dalam pernikahan mereka, bukan Zayden yang sebenarnya mengambil keuntungan dari proyek kota B. Namun Sarmila juga memanfaatkan Zayden untuk membiayai proyek tersebut.
“Kamu pasti tidak mau orang lain tahu itu kan?" tebak Zayden. “Sedangkan kamu juga tidak mau proyek yang sudah susah payah kamu tangani sejak awal tiba-tiba diberikan kepada David.”
Lagi-lagi Sharmila terdiam. Zayden benar-benar seperti cenayang yang bisa menembus masuk ke dalam otaknya.
“Sekarang kita bekerja sama. Tapi bisa saja David tiba-tiba cari masalah, apalagi dia tahu kalau kita menikah cuma pura-pura. Suatu saat dia pasti akan membongkarnya menggunakan itu sebagai senjata untuk menjatuhkan kamu. Dan kamu akan terkena masalah di hadapan para dewan direksi dan pemegang saham.”
Sharmila termenung. Sebenarnya memang ini yang ia takutkan. David bukan orang yang mudah dihadapi, ayah dari Vivian itu adalah orang yang sangat licik dan suka menghalalkan segala cara. Jadi, jalan satu-satunya yang bisa ia tempuh adalah terlindung pada Zayden.
“Lalu apa maumu sekarang? Aku tahu kamu untuk membelaku tentu bukan hal gratis?”
Zayden membuang nafas kasar. Wanita di hadapannya ini selalu berpikiran buruk padanya. Tapi mau bagaimana lagi, hatinya sudah benar-benar terjerat. Tangan Zayden bergerak membuka laci yang ada di meja kerjanya, mengeluarkan sebuah map hitam yang sengaja ia buat setelah mereka berdua menikah.
Zayden membuka map itu, memeriksanya sebentar kemudian meletakkannya di meja di hadapan Sharmila. “Kamu lihatlah kontrak ini! Kalau kamu merasa ragu kamu boleh berkonsultasi dulu dengan pengacaramu,”
Kening Sharmila berkerut tapi ia mengambil juga map itu, menatap sebentar ke arah Zayden sebelum perlahan membukanya.
“Kontrak pernikahan?" tanyanya tak mengerti. Ia kembali menatap ke arah Zayden untuk minta jawaban. “Kita ini hanya pura-pura menikah, untuk apa harus memakai surat kontrak segala?”
Sharmila tertawa terkekeh membaca setiap poin yang ada di kontrak tersebut. Bahkan ada poin tentang pelimpahan harta jika satu di antara mereka selingkuh. Apakah Zayden terlalu serius dalam mendalami perannya?
Zayden menyesap tehnya yang mungkin sudah dingin, lalu membuang nafas kasar. "Bisnis adalah bisnis, dan aku tidak mau dirugikan,” ucapnya.
“Hahhh, aku tahu. Tuan Zayden ini memang semua harus dihitung untung dan rugi.”
"Tentu saja, kalau tidak begitu Bagaimana aku bisa sekaya ini sekarang,” ucap Zayden dengan sombong. Bibirnya tersenyum mengejek, matanya terlihat meremehkan, tanpa Sharmila tahu jika dalam hatinya ia berkata...
“Tak peduli bagaimana cara kamu berpikir tentangku, yang penting aku harus mengikatmu untuk tetap di sisiku.”
Keren Thor novelnya 👍😍
tul nggak Mama 😄😄😄
kira2 berapa derajat ya suhu ruangan di butik itu....
aku rela ko bang bantuin isi dalma kartu hitam mu itu...
karna banyak yang mau saya beli... 🤣🤣🤣🤣🙏
dari motor, renov rumah biaya sekolah 3 anak...
boleh ya bang... boleh lah... boleh lah...
Zayden berkata....
Apa aku mengenalmu...
kita ta se akrab itu ya... 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣