"Nak!" panggil Pak Basuki. "Masih belum rela, ya. Calon suami kamu diambil kakak kamu sendiri?"
Sebuah senyum tersungging di bibir Sashi, saat ini mereka sudah ada di sebuah restoran untuk menunggu seseorang.
"Ya sudah, mending sama anak saya daripada sama cucu saya," kata sang kakek.
"Hah?" kaget Sashi. "Cucu? Maksudnya, Azka cucu eyang, jadi, anaknya eyang pamannya Mas Azka?"
"Hei! Jangan panggil Eyang, panggil ayah saja. Kamu kan mau jadi menantu saya."
Mat!lah Sashi, rasanya dia benar-benar tercekik dalam situasi ini. Bagaimana mungkin? Jadi maksudnya? Dia harus menjadi adik ipar Jendral yang sudah membuangnya? Juga, menjadi Bibi dari mantan calon suaminya?
Untuk info dan visual, follow Instagram: @anita_hisyam TT: ame_id FB: Anita Kim
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia Cuek
Hari itu, matahari baru saja condong ke barat ketika desas-desus mulai berembus di dapur umum. Asap dari tungku kayu mengepul pelan, menyusup di antara tenda-tenda cokelat kusam yang berdiri seadanya. Di sela dentingan panci dan bau harum kaldu tulang, para relawan mulai saling berbisik.
"Katanya... ada keributan di pos komandan utama," ucap seorang perempuan paruh baya yang sedang mengaduk bubur di kuali besar. Suaranya pelan, tapi nadanya jelas membawa kegelisahan.
"Serius? Tentang apa?" tanya yang lain, matanya menyipit, curiga.
"Ada prajurit yang... katanya melanggar peraturan disiplin. Dan yang parahnya, melibatkan salah satu dari Relawan medis."
Bisik-bisik itu terus bersambung seperti gelombang kecil yang menggulung bibir pantai. Tak satu pun menyebut nama, tapi arah pandangan mereka seakan menyiratkan kecurigaan. Sashi yang sedang duduk di salah satu sisi sambil membantu menyiapkan yang lain saat itu tengah berbincang dengan Pak Basuki, ayah mertuanya, merasakan tatapan-tatapan itu mengarah padanya seperti duri tak kasat mata.
"Ayah, katanya ayah lagi sakit, ayah istirahat dulu, ya," ucap Sashi seraya tersenyum ke arah ponselnya.
Pak Basuki memandang menantunya dengan sorot penuh kasih. "Sashi... kamu nggak perlu pura-pura tegar di depanku. Tapi kalau kamu butuh waktu sendiri, Ayah ngerti. Nanti Ayah tunggu kamu pulang, ya?"
Sashi hanya mengangguk, lalu berdiri dengan napas pelan. Ia melangkah meninggalkan tempat itu.
Perempuan itu kembali bekerja. Ia membantu mengatur logistik, membagi-bagikan paket obat, dan memastikan area di sekitar tetap bersih. Di tengah kesibukan itu, ia bertemu beberapa prajurit yang tengah membereskan puing-puing reruntuhan bangunan.
Tanpa disangka, tiga dari mereka menghentikan pekerjaan mereka sejenak dan berdiri tegak.
"Hormat!" seru salah satu dari mereka sambil mengangkat tangan kanan ke pelipis.
Sashi mengerutkan kening, menoleh ke kanan dan kiri, mencari siapa yang mungkin mereka sapa. Tapi tak ada siapa-siapa.
"Maaf... ini... untuk saya?" tanyanya ragu.
Prajurit itu hanya tersenyum canggung. "Iya, Bu. Izin melanjutkan tugas."
Tanpa penjelasan lebih lanjut, mereka kembali membereskan puing-puing dengan semangat yang agak janggal. Sashi mengangguk perlahan, menyimpan kebingungannya dalam diam. Hatinya mulai dipenuhi tanda tanya. Mengapa mereka tiba-tiba begitu hormat? Memangnya dia siapa?
"Dih, apa mereka kerasukan," gumam Sashi agak merinding.
** **
Malam pun datang perlahan, membawa serta angin yang menggigit kulit. Di depan api unggun, Sashi duduk menyendiri. Tatapannya kosong menembus nyala api yang menari-nari seperti roh gelisah.
Langkah ringan mendekat. "Nih, teh hangat. Kayaknya kamu butuh," ujar Yania sambil menyerahkan gelas enamel warna hijau tua.
Sashi menoleh dan menyambutnya dengan senyum tipis. "Thanks, Yan. Hari ini... aneh banget, ya?"
Yania duduk di sampingnya, melipat tangan di dada. "Iya, dari tadi orang-orang pada ngeliatin kamu. Aku denger-denger... ada skandal. Katanya sih, ada relawan medis yang—"
"Aku tahu," potong Sashi pelan. "Tapi mereka nggak tahu apa-apa. Cuma gosip."
"Dan kamu?" tanya Yania, menatap lurus ke mata sahabatnya.
Sashi menghela napas kemudian mengangkat bahu. "Aku juga belum tahu apa-apa. Tapi semua ini... bikin aku capek. Kamu kan juga tahu aku enggak ada niat apa-apa."
Angin malam mengusap wajah mereka, membawa bau kayu terbakar yang cukup untuk menenangkan keduanya. Setelah beberapa saat, Sashi berdiri.
"Balik ke tenda, yuk."
"Ayok."
Namun baru beberapa langkah, kaki Sashi tersandung batu yang tersembunyi di bawah daun kering. Tubuhnya terjerembap ke tanah, dan suara rintihannya memecah malam.
Gubrak!
"Aduh!"
"Astaghfirullah, Sha. Hati-hati atuh, kenapa malah tengkurep kayak kodok. Kamu enggak papa, kan?"
"Mana ada orang Jatoh enggak papa," sewot Sashi sambil meringis, sementara Yania hanya tertawa geli.
"Maaf."
Saat sedang berusaha berdiri, pandangannya terpaku pada dua sosok yang baru saja melintas: Dirga dan Rio.
Keduanya tampak acuh tak acuh, apalgi Rio yang masih tampak sangat ketakutan.
"Sakit banget, ya?" tanya Yania.
"Lututku...," bisik Sashi sambil meringis. Goresan di lututnya mulai merembeskan darah, perih dan menyengat.
"Pegangan. Aku papah kamu ke tenda."
Yania membantu Sashi berdiri, membiarkan lengan sahabatnya bertumpu pada bahunya. Saat mereka berjalan perlahan ke arah tenda medis, Mata Dirga mengikuti langkah Sashi yang menjauh. Ada dorongan kuat dalam dadanya untuk mengejar, tapi ia urung.
"Komandan, maafkan saya. Tolong jangan marah terus, please hukumannya jangan ditambah, aku beneran enggak tahu kalau Bu bidan itu istri komandan, please!"
"Push up seribu kali."
"Apa?"
"Seribu. Boleh dicicil. Sekarang mulai."
"Astaga..."
Rio pun menjatuhkan tubuhnya ke tanah, mulai melakukan push up dengan malas. Dirga kembali melirik ke arah tenda di kejauhan, tempat cahaya lampu samar memancar.
Di tenda, Sashi pun malah melamun, dia hanya sesekali meringis ketika merasakan perih saat lututnya sedang diobati oleh Yania.
"Tahan bentar," kata Yania.
Sashi masih diam, entah kenapa dia agak kecewa melihat Dirga yang acuh tak acuh, padahal dia sendiri yang meminta Dirga untuk menjaga jarak darinya.
apa fpto ibu mbak ika dan bapaknya dirga???
penasarannnn...
❤❤❤❤❤
foto siapa ya itu?
❤❤❤❤❤❤
apa yg dibawa mbak eka..
moga2 dirga segera naik..
❤❤❤❤❤
😀😀😀❤❤❤❤
mending pulang ke rumah mertua yg sayang banget ama sashi..
❤❤❤❤❤