Pernahkah kalian melihat Mertua dan Menantu bersitegang??
Itu hal biasa, Banyaknya Mertua yang hanya bisa menindas menantu dan tidak Suka kepada menantunya, berbeda dengan mertua dari Almira, Rahayu dan Sintia. Dan Rafa
Mertua yang memperlakukan anak menantunya seperti anak sendiri bahkan sangat menyayangi ketiganya. Mertua yang sangat jarang ditemui karena sangat langkah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2
Shofiyah mengulum senyumnya melihat anak dan menantunya itu sedih karena gagal memberikan kejutan, dia memang terkejut karena anak-anak dan menantunya datang tanpa mengabarinya.
"Muka kalian jelek banget jika pasrah begitu". Ejek Shofiyah dengan wajah meledek.
"Bunda mah, kita mau buat surprise, eh malah ketahuan duluan". Sungut Sintia dengan manja.
"Iya bunda mah ga asyik, orang kita mau kasih kejutan karena bunda selalu protes kami tidak datang, eh malah keduluan bocil". Sungut Rahayu mempoutkan bibirnya dengan manja.
"Adududu menantu cantik-cantik nya bunda, jangan cemberut dong, muka kalian nanti jelek, bunda senang dan terkejut kok tadi, tidak biasanya kalian datang tidak mengabari, ini malah datang sendiri tanpa Diundang". Senyum mengejek Shofiyah layangkan pada menantunya itu.
"Ya namanya juga kejutan bunda, kalau bilang-bilang namanya bukan kejutan, itu namanya pemberitahuan". Kesal Rahayu.
"Sudah-sudah, ayo kita makan-makan saja yuk". Ajak Almira dengan girang.
Mereka menurut perkataan Almira dan duduk di meja makan untuk makan bersama merayakan ulang tahun menantu pertama keluarga Brata.
"Bagaimana keadaan bunda, aku dengar dari kak Almira bunda sedang sakit?? Tanya Sintia dengan penuh perhatian
"Iya begitulah nak, namanya juga orangtua". Shofiyah mengelus tangan menantunya itu agar tidak khawatir.
"Oh iya tadi aku dengar suara keributan didepan rumah, apakah ada masalah?? Rahayu menatap intens sang ibu mertuanya.
"Iya suara bunda kedengaran banget dari dalam, seperti marah-marah entah marah sama siapa". Sintia juga ikut menatap sang mertua
"Iya nak, bunda tadi marah sama ibu dan adik tiri kakak kamu, mereka itu memaksa Mira untuk memberikan mereka uang membeli mobil, padahal Mira setengah mati bekerja, mereka mau enaknya saja". Sungut Shofiyah dengan kesal.
"Mereka datang lagi?? Heboh keduanya.
Mereka memang tahu kisah kakak ipar tertua mereka itu, dia memiliki keluarga gila uang dan selalu merongrong sang kakak untuk memberikan mereka uang, bukannya berusaha dan bekerja, malah ongkang-ongkang kaki seenaknya.
"Ih coba aku disitu sudah habis mereka aku cakarin, entah dimana mereka taroh malu coba, bisa-bisanya mereka sampai bertingkah seperti itu" Rahayu kesal sambil meremas-remas ujung taplak meja.
"Iya, kalau aku jadi bunda tadi sudah ku hadiahkan wajah mereka tamparan maut sampai mereka tidak semena-mena sama kak Almira". Kini gantian Sintia yang mengomel dengan kesal.
Almira menatap kedua iparnya ini dengan senyum tulus, dia sungguh beruntung mendapatkan ipar yang sangat baik kepadanya walau bukan saudara tapi mereka menyayanginya.
Percakapan mereka terhenti karena terjadi keributan didepan rumah Almira, tepatnya di depan rumah karena pintu mereka kunci jadi tamu tak diundang itu menggedor-gedor pintu dengan tidak sabaran.
"Siapa yah nak, kok begitu banget ketuk pintunya?? Shofiyah menatap ketiga menantunya bergantian dengan kening mengkerut
"Seperti nya itu ayah ku bunda, istri dan anaknya pasti sudah mengadu padanya, makanya dia datang kesini". Almira menghela nafas kesal.
"Ya sudah, ayo kita liat maunya apa itu manusia satu". Sungut Shofiyah menggandeng menantunya itu,.
Rahayu dan Sintia ikut menemani keduanya menghadapi ayah kakak iparnya itu, sedangkan Suami-suami mereka sedang bekerja itu sebabnya mereka saja yang datang sendiri.
"Mau apa kau kesini". Shofiyah berkacak pinggang menatap tajam lelaki yang ada di hadapannya ini.
"Kau ada disini?? Tanyanya dengan gugup.
Dia tidak tahu jika besannya ada disini, istrinya hanya melapor jika anaknya kurang ajar dan akan memberikan pelajaran. Tapi dia tidak akan berkutik jika sahabat dari mendiang istri pertamanya ada disini.
"Ya memang kenapa, ini rumah anak dan menantuku, mau apa kau?? ketus Shofiyah.
"Aku mau bicara dengan Almira". Ucapnya berusaha tegas.
"Mau bicara apa, anak dan istrimu mengadu lagi, aku yang memperlakukan mereka seperti itu bukan Almira, jadi kau berurusan dengan saya, mau mobil kok tidak kerja, enak banget, kalian pikir uang itu dipetik seperti daun, seenaknya minta". Jengkel Shofiyah menunjuk muka Pak Ridwan ayah Almira itu dengan kasar.
"Almira itu anakku, kau tak ada hak ikut campur, kau hanya mertuanya". Ucap Ridwan tidak terima.
"Makanya kerja Ridwan jangan hanya jadi benalu, dulu kau pekerja kantoran dengan gaji dan jabatan yang bagus, kenapa sekarang kau seperti laki-laki tak punya harga diri menghidupi anak dan istrimu dengan meneror uang pada anak pertama mu, kau tidak malu, sudah mencampakkan ibunya sampai dia mati sekarang anaknya juga kau buat tersiksa, pake otak". Shofiyah mendorong kasar Ridwan dengan penuh emosi.
Ridwan mengangkat kepalanya mendengar kalimat sarkas, kasar dan hinaan dari Shofiyah itu.
"Aku tidak peduli apa yang kau katakan, dan kau Almira, kau harus memberikan apa yang kami minta, kau harus berbakti, aku ayahmu". Hardik Ridwan dengan kasar dan mencengkeram tangan sang anak dengan keras.
Cengkraman itu membuat Almira meringis kesakitan, melihat hal itu, amarah Shofiyah memuncak. Dia tidak terima memantunya dikasari seperti itu.
"Harusnya kau malu Ridwan, dulu kau berbangga diri meninggal kan Amara dengan putri kecilmu karena ingin menikahi janda gila sampai Amara stres dan meregang nyawa, dan kau mengambil seluruh yang dia miliki karena kau menjadi wali satu-satunya Almira, sekarang kau mau memperlakukan Almira dengan memerasnya setelah yang dia miliki kau rampas dengan kejam, kau manusia biadab tidak tahu diri". Umpat Shofiyah melepaskan cekalan tangan Ridwan dan menampar keras wajah Ridwan hingga sudut bibirnya berdarah.
Wajah Shofiyah dipenuhi kemurkaan, mengingat bagaimana menderita nya sahabatnya dan juga menantunya itu. Dia tidak akan membiarkan itu terjadi lagi, dia akan melindungi menantunya dengan sekuat tenaganya
"Bunda sabar". Kedua menantunya yang lain menenangkan amarah dan emosi sang bunda tenang.
"Pergi kau dari sini, tidak akan ku biarkan kau menindas Almira lagi, sudah cukup kau membuatnya kehilangan ibunya dan juga warisannya, aku tidak main-main Ridwan, jika bukan karena permintaan Almira, kau sudah membusuk dipenjara, sialan". Umpatnya dengan kasar.
"Aku akan membawa ini ke jalur hukum, aku tidak terima kau perlakukan aku seperti ini Shofiyah". Ucap Ridwan dengan dingin.
Dia menatap Shofiyah dengan amarah tertahan dan juga emosi yang membara.
"Silahkan, kita lihat siapa yang akan masuk penjara, jangan pikir aku tak punya banyak bukti akan kelakuanmu pada Almira selama ini". Sinis Shofiyah memandang Ridwan meremehkan.
"Bunda". Mata Almira berkaca-kaca melihat sang mertua membelanya mati-matian seperti itu
"Pergi kau, kalau tidak akan aku panggilkan seluruh warga untuk mengusir mu, karena berusaha berprilaku tidak baik kepada menantuku. Kau tidak lupa bukan jika aku bisa mengusir mu dari rumah yang kau tempati sekarang".
"Apa maksudmu?? gugup Ridwan.
"Kau tidak lupa kan jika aku punya surat kuasa mengamankan sertifikat rumah itu?? Shofiyah memandang Ridwan dengan tatapan meremehkan melihat Wajah pucat pasi Ridwan itu