naya menbeci atasan nya yang bernama raka tapi berujung jadi jatuh cinta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon arsifa nur zahra u, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 15 * ada yang datang dari masalalu naya *
Semenjak kedatangan Tante Mira, ada awan tipis yang terus menggantung di atas kepala kami. Bukan karena Raka berubah justru dia makin terbuka dan protektif tapi aku tahu, tekanan dari keluarganya pasti terus menghantui di balik layar.
Tapi bukan itu yang bikin perasaanku mendadak campur aduk minggu ini.
Hari itu aku sedang menunggu Raka di lobi kantor , Dia janji mau makan siang bareng setelah meeting. Aku duduk di sofa, sibuk balas chat Alia, saat seseorang memanggil namaku.
“Naya?”
Aku menoleh cepat. Suara itu... asing tapi familiar. Dan ketika aku melihat sosok laki-laki tinggi dengan senyum miring yang dulu sering bikin aku meleleh, jantungku langsung meloncat.
“Adit?”
Dia tertawa pelan. “Masih inget?”
“Ya ampun... kamu ngapain di sini?”
“Proyek baru. Konsultan dari Jakarta. Ternyata kantormu yang jadi klien pertama.”
Adit mantan pacarku dari zaman kuliah. Satu-satunya orang yang pernah benar-benar bikin aku percaya pada cinta, sebelum akhirnya dia menghilang tanpa penjelasan.
“Waktu kita putus, kamu hilang tanpa jejak, Dit,” kataku pelan.
Dia menunduk sebentar. “Iya. Dan aku nyesel.”
Aku belum sempat merespons ketika suara langkah cepat mendekat. Raka.
“Sayang, maaf tela...t ” Dia terhenti saat melihat Adit , Matanya langsung membaca situasi.
Aku buru-buru berdiri. “Rak, ini Adit. Teman lama Adit, ini Raka...”
Raka menyambut dengan tangan yang kuat dan ekspresi datar. “Saya Raka.”
“Adit,” jawabnya sambil menjabat, masih dengan senyum ramah. “Kita sepertinya bakal sering ketemu, Pak Raka.”
Raka tidak menjawab ucapan adit , tapi dia langsung menoleh ke arahku .
Raka menoleh ke arahku, lalu berkata pelan, “Kita jadi makan siang?”
Aku mengangguk cepat. “Iya. Adit, sampai ketemu nanti ya.”
Kami berjalan pergi, dan aku bisa rasakan hawa tegang dari tubuh Raka sepanjang perjalanan.
Di restoran, dia akhirnya bicara. “Mantan, ya?”
“mmh Iya , Dulu banget saat zaman kuliah dan udah lama gak ketemu ko .” jawabku
“Masih ada rasa?”
Aku tersedak air putihku. “Hah? Rak serius?” tanyaku gak percaya raka nanya itu
Dia menatapku dengan tatapan tajam tapi jujur. “Aku tahu aku gak sempurna. Tapi saat ada orang dari masa lalu kamu muncul dengan wajah percaya diri gitu, aku gak bisa bohong... aku ngerasa sedikit... terancam.”
Aku menggenggam tangannya. “Raka, kalau aku masih ada rasa, aku gak akan duduk di sini sekarang. Aku gak akan pertaruhkan segalanya buat kamu.”
Dia menghela napas pelan. “Maaf. Aku cuma gak mau kehilangan kamu.”
Aku tersenyum lembut. “Kita gak bisa cegah masa lalu datang, Rak. Tapi kita bisa pilih siapa yang kita ajak jalan bareng ke masa depan.”
Raka menatapku lama, lalu tersenyum. “Kamu pintar banget sih ngomong kayak gitu.”
“Kan aku penulis konten,” jawabku santai.
Kami tertawa, dan suasana mulai mencair. Tapi satu hal tetap mengendap dalam pikiranku: kehadiran Adit tidak sesederhana itu. Tatapan matanya tadi... bukan sekadar reuni biasa.
Dan benar saja.
Dua hari kemudian, Adit kirim pesan.
^ naya aku gak pernah berhenti nyariin kamu , sekarang aku punya kesempatan kedua tolong jangan tutup pintu hatimu dulu ^
Aku menatap layar ponselku, jantung kembali berdebar. Ini bukan cuma masa lalu datang menyapa. Ini masa lalu yang berniat tinggal.
Dan aku sadar, perjalanan cintaku dengan Raka baru saja masuk babak yang lebih rumit.
g bertele-tele 👍👍👍👍👍
😘😘😘😘😘😘
gmn klo a ny jdi e😩😩😩😩