[Warning! Adult Romance]
Jeje tidak menyangka jika PS partnernya adalah seorang mafia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shim Chung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MAHM BAB 30 - Pocong
Karena mendengar ancaman Damian akhirnya Jeje membuka pintu rumah kembali. Jeje berusaha meyakinkan orang tuanya karena mereka yang terus mempertanyakan Damian itu siapa.
"Apa suami mu memang suka membawa senjata kemana-mana?"
"Apa dia seorang aparat kepolisian yang sedang menyamar?"
"Tapi kok bisa takut dengan Manto?"
Jeje menghela nafasnya beberapa kali dan berkata. "Aku yang akan mengurus suamiku, Bapak sama Ibu istirahat saja!"
"Kau kenal dia di mana?"
"PANAS!!!"
Belum sempat Jeje menjawab terdengar suara teriakan dari dalam kamar dan siapa lagi kalau bukan si biang kerok, Damian.
Jeje mengambil lilin yang sudah menyala dan membawanya ke dalam kamar di mana Damian tengah kepanasan karena listrik di rumah Jeje mati.
"Ini semua karena kau, Damian!" kesal Jeje dengan menaruh lilin ke meja.
Damian sudah membuka bajunya karena tidak tahan dengan hawa panas di dalam kamar itu, Jeje mendekat dan memberikan kipas angin kecil baterai yang bisa dipakai sementara waktu.
"Pakai ini!" ucap Jeje seraya memunguti baju Damian yang beserakan. "Kau harus belajar supaya tidak memakai baju sekali pakai, Damian!"
"Aku sudah terbiasa seperti itu!" sahut Damian yang merasakan hembusan angin dari kipas angin baterai di tangannya.
"Makanya kebiasaan itu harus di ubah!" Jeje ikut duduk di samping lelaki itu. "Dengarkan aku, karena kau sudah ada di kampungku yang jauh dari kehidupanmu selama ini, kau harus bisa mengatasi phobia mu itu, Damian!"
Damian menatap Jeje karena tertarik dengan pembahasan mereka.
"Kau harus sembuh supaya bisa pergi dari sini!" jelas Jeje.
"Kau mengusirku, ya?" tanya Damian yang mulai akan emosi lagi.
Tangan Jeje mengusap pipi Damian, gadis itu menatap Damian dengan perasaan sulit diartikan.
"Damian, jika kau sembuh, kau bisa mencari partner ranjang lain. Aku tidak bisa, aku tidak bisa lagi masuk di kehidupanmu!" ucap Jeje selembut mungkin.
Mendengar itu, hati Damian begitu tercubit. Selama ini Jeje begitu tulus mencintai dirinya tapi dia justru menjadi lelaki brengsek yang menyia-nyiakan ketulusan gadis itu.
"Aku minta maaf tapi bisa kah kita mulai dari awal lagi?" pinta Damian.
Jeje menggeleng. "Dunia kita berbeda, Damian. Aku tidak bisa!"
"Bukankah kau mencintaiku?" tanya Damian percaya diri.
"Ya, tapi aku akan belajar melupakanmu!" jawab Jeje yang sudah bertekad membuang perasaannya pada Damian.
"Kau ingin bersama pemuda itu?"
"Siapa? Bowo? Dia hanya teman sekolah!"
Damian merasa tidak puas dengan jawaban Jeje, lelaki itu menarik pinggang dan tengkuk Jeje dan menciumnya penuh gairah.
Tentu saja Jeje memberontak karena dia tidak ingin disentuh Damian lagi tapi seperti biasa tenaganya pasti akan kalah.
"Mmmm.... Damian! Jangan!" tolak Jeje saat Damian berpindah menyesap lehernya dan tangan nakal lelaki itu meremas buah dadanya.
Semakin ditolak, Damian semakin bersemangat menyentuh tubuh Jeje yang sudah menjadi candunya.
"Tidak ada wanita yang sepertimu dan kau memintaku untuk mencari wanita lain?" sarkas Damian sambil membuka kaos yang dikenakan Jeje.
Dua benda kembar yang masih terbungkus bra berwarna merah membuat Damian merasa tertantang untuk menaklukkan pemiliknya.
"Aku merindukan kalian!" ucap Damian tertawa nakal seolah siap melahap kedua benda itu.
Saat Damian akan menunduk tangannya tidak sengaja menyenggol lilin di meja yang mana membuat lilin itu terjatuh di lantai.
Keadaan menjadi gelap!
"Damian!" pekik Jeje dengan refleks memeluk Damian karena gadis itu takut kegelapan.
Damian menikmati pelukan Jeje yang tiba-tiba itu, tangannya mulai nakal meraba bokong Jeje yang menggoda.
"Bercinta gelap-gelapan sepertinya tidak buruk!" ungkap Damian.
"Kau tidak takut kalau aku berubah jadi pocong?"
"Pocong? Apa itu makanan yang bentuknya seperti ikan asin?"
klu uda gni kn jd yg bca pnsran..