Akibat salah bergaul dan tidak pernah mendengarkan nasehat orang tua. Vivian, baru saja duduk kelas 3 SMP mendapati dirinya tengah hamil. Vivian bertekad akan menjaga bayi tersebut tanpa ada niat sedikit untuk membuangnya. Vivian sangat menyayanginya, janin tersebut adalah darah dagingnya dan Aksel, mantan pacarnya. Disisi lain, hal yang paling Vivian hindari adalah Aksel. Vivian cukup menderita, Vivian tidak ingin Aksel masih dalam bayangnya.
Mereka masih sangat belia dan Aksel adalah anak laki-laki yang bisa menghilang seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Sedangkan Vivian seorang perempuan, yang menghadapi berbagai stigma masyarakat. Vivian memiliki tekad bahwa selagi otot yang kuat, tulang yang keras dan otak yang cerdas untuk mencukupi kebutuhan anaknya, dan yang terbaik untuk anaknya.
Lalu bagaimana Vivian melalui semua ini? Bagaimana dengan kedua orang tuanya?
Yuk ikuti kisah perjalanan, perjuangan serta tekad Vivian dalam Novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nysa Yvonne, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3-Putus, menyisakan Mimpi buruk.
Masik di ruang Olahraga
Selesai mereka membereskan peralatan olahraga mereka, pintu kembali tertutup. Aksel yang sedari tadi membekap Vivian mulai melepaskan Vivian dari cengkramannnya.
Sudah dirasa aman Aksel bergerak kembali membuka pintu tersebut. Sebelum mereka keluar Vivian sedari tadi hanya diam dan penuh kekesalan yang luar biasa, akhirnya buka suara.
“Aksel, kali ini lo keterlaluan. Gue nggak bisa memaafkan lo kali ini. Maaf gue nggak bisa berlanjut lebih lama dalam hubungan ini…” putus Vivian final.
Deegh… Bagai hantaman palu besar mengenai dada Aksel, ia menggeleng lemah dan menggenggam tangan Vivian.
"Apa maksudnya Vi? Yang aku Lakukan semua hanya untukmu Vi, aku takut... Takut kamu pergi meninggalkan aku Vi..." ucap Aksel lemah.
Vivian melepaskan genggaman tersebut, "Dan kamu... kamulah yang membuat aku memutuskan hal ini. Kamu tau setiap yang kamu lakukan itu, membuat aku, aku merasa tercekik tak bisa bernafas seperti biasanya. Selama ini aku tetap bertahan, tapi akhirnya aku menyerah. Menyerah pada hubungan ini. Maaf Aksel kita putus, mari saling melupakan, menjadi teman seperti biasanya. Kita raih cita-cita dahulu, kalo kita berjodoh, kelak kita akan bertemu..." setelah menjelaskan itu, Vivian pergi dari ruangan tersebut.
"Aaaakh... B**g**t apa yang udah lo lakuin Aksel, lo bodoh! Bodoh lo jadi laki-laki!" teriak Aksel menggila setelah punggung Vivian menghilang dari hadapannya.
"Gak... Gak... Gue nggak akan biarkan lo bebas begitu saja Vi.. lo harus ada di genggaman gue, dan tak boleh lepas..." gumam Aksel pelan sembari menggenggam pecahan kaca hingga hancur.
Dan benar saja, Aksel memaksa Vivian untuk ikut dengannya.
'flashback off '
Kembali ke kejadian saat ini
Aksel yang sedari tadi diam masih dikuasai bara emosi yang tak terkendali. Ia berusaha meredam emosinya, beranjak menuju kamar mandi untuk mebersihkan diri, membiarkan Vivian di kasur itu dengan keadaan tangan dan kaki masih terikat.
Sepeninggalan Aksel, Vivian mulai bergerak mencoba melepaskan diri. Melihat sekelilingnya, sangat disayangkan tidak ada benda apapun itu yang bisa digunakan untuk memotong pengikat ditangan dan kakinya ini. Tak menyerah begitu saja, Vivian berjalan ke jendela dengan cara melompat.
Sudah berdiri didepan jendela tersebut ternyata sangat tinggi. Ya Aksel bukan memilih kontrakan biasa, tapi kontrakan tersebut adalah sebuah rumah bertingkat dua.
"Duuh... gimana ini aku nggak bisa kabur kalo gini..." gumam Vivian lirih.
Ceklek... Pintu kamar mandipun terbuka, melihat Aksel sudah sedikit tenang dan segar, hanya berbalutkan handuk sebatas pinggangnya.
Glek... Vivian menelan liurnya dengan susah payah, mencoba menetralkan diri. Selain tergoda apalagi tanpa sengaja ia melihat bagian bawah Aksel mengacung kearahnya. Vivian juga takut, sewaktu-waktu Aksel kambuh lagi.
"Sayang... ngapain disini..." Aksel yang sudah berada didekat Vivian, memudian menggendongnya ala bridal style.
"Aaakh..." Vivian kaget hanya bisa menundukkan kepalanya menahan malu. Mengalungkan tangan pun tak bisa, karena masih terikat, begitupun dengan kakinya.
"Kamu duduk disini dulu... kamu haus?" Aksel memang masih dalam mode lembut, inilah yang tidak bisa Vivian tolak pesona Aksel. Vivian masih menundukkan kepala menganggukkan kepala saja.
"kamu lucu dan menggemaskan sekali sayaang... aku jatuh berpuluhan kalipun, aku rela asal kamu tidak memutuskan hubungan kita. Karena kamu sudah memutuskan itu jangan salahkan aku berbuat curang padamu..." gumam Aksel dalam hati. Entah apa yang akan di rencanakan Aksel.
"Baiklah... Aku kedapur dulu, ambilin air minum untukmu" ucap Aksel langsung bergegas ke dapur.
Sepeninggaln Aksel, Vivian merenung kembali"Sebenarnya aku masih mencintaimu, tapi cintamu itu bagai racun menggerogotiku, Aku harap setelah ini kita kembali seperti biasa tanpa status pacaran dan berteman dekat saja. Aku harap kamu berubah sel..." gumam Vivian pelan sembali melihat ke langit-langit kamar Aksel.
Aksel kembali dengan segelas air minum kemudian membuka ikatan pada tangan Vivian. "Nih minumlah..." ucap Aksel dan langsung disambut dan diminum hingga tandas oleh Vivian. "Aah... makasiih..." ucap Vivian pelan. Aksel kembali ke dapur mencuci gelas tersebut, Aksel orang yang suka bersih dan rapi, sudah menjadi kebiasaannya dari dulu.
Rasa ngantuk dan panas mulai menyerang Vivian beberapa menit setelah ditinggal Aksel. "iiish. Kok panas gini siih..." Vivian membuka ikatan kakinya dan berusaha mencari remot ac di kamar tersebut. "ini udah paling dingin... kok aku masih kepanasan ya?" ucap Vivian bingung kembali. "Hoam... Mana ngantuk banget lagi." Vivian kembali ke ranjang, dan berusaha memejamkan matanya, tapi panas mendera masih saja belum terselesaikan. Keringat sudah membanjiri tubuh Vivian saat ini.
Aksel kembali masuk dan segera mengunci pintu kamar tersebut. Menghampiri Vivian yang sudah seperti cacing kepanasan, bajunya sudah compang camping. "Vi... Hei, kamu kenapa?" ucap Aksel kemudian menyentuh kening Vivian. Belum sempat Aksel mengecek kondisi tubuh itu, Vivian sudah menahan tangan tersebut dan meletakkannya di pipinya.
Terasa menyejukkan bagi Vivian. Namun apalah daya panas masih saja menggelora, Vivian tak tahan lagi membuka seragam sekolahnya dihadapan Aksel. Segera Aksel menahan aksi Vivian tersebut. "Stop, apa yang kamu lakukan Vi?" tampak Aksel kepanikan sendiri.
Vivian masih melakukan aksinya, tersisa pakaian pelindung untuk area sensitifnya, Vivian segera meraih tangan Aksel dan mencoba merayu Aksel untuk segera menyalurkan gairahnya "Sentuh Sel, Ak-Aku nggak tahan lagi.... Aahhmm" goda Vivian menahan de$4h4nnya. Aksel sudah diberi lampu hijau, melancarkan aksinya dengan m3r3m4s buah m3l0n milik Vivian "Vi... kamu mancing aku, jangan harap kamu bisa lepas dariku setelah ini..." ucap Aksel yang sudah mulai terpancing.
Vivian hanya mengangguk saja akal sehatnya sudah kabur, mengisakan gairah terpendam yang harus dituntaskan. Pada akhirnya dua sejoli tersebut melakuka. Hal yang tidak seharusnya mereka lakukan, ini menjadi titik awal masalah yang akan dihadapi Vivian di masa depan.
Selesai semua yang terjadi, Vivian tertidur pulas dan Aksel yang masih terjaga sudah berbenah diri, dan sudah memandikan Vivian sebelumnya. Aksel memang suka bersih dan anti dengan kotor. Aksel yang berkutat dengan ponselnya, melohat sekilas ke wajah Vivian yang tampak damai dalam tidurnya. "Seandainya kamu tidak seperti ini Vi... mungkin aku tak akan melakukan hal senekat ini. Percayalah aku sangat mencintai dan menyayangimu vi..." ucap Aksel dalam hati sambil menatap Vivian dengan dalam.
Ketahuilah semua yang terjadi adalah jebakan Aksel yang tidak pernah disadari oleh Vivian, Aksen cemburu buta dan menjebak Vivian yang tak berdaya. Sedangkan Vivian, ia masih mengatakan bahwa dialah bodoh dan tidak menyadari bahwa itu adalah jebakan dari Aksel. Sungguh miris, tapi Vivian yang polos tak menyadari hal tersebut.
Keesokan Paginya, Vivian terbangun dan tertunduk diam...
tanpa tanda koma. tanda koma sbg penghubung dua kalimat biasanya pada kata penghubung akan tetapi, meskipun, walaupun, melainkan, sedangkan dll.
harus tau penggunaan kata 'di' sbg penunjuk dan sbg kata kerja