Amora, seorang gadis bangsawan yang muak dengan semua aturan yang mengekang pada awalnya hanya ingin keluar dari kediaman dan menjelajahi dunia bersama pelayan pribadinya
Menikmati kebebasan yang selama ini diambil secara paksa oleh kedua orang tuanya pada akhirnya harus menerima takdirnya
Sebagai gadis yang terlahir dengan berkat kekuatan suci, dia memiliki kewajiban menjaga perdamaian dunia.
Amora yang pada awalnya masih berusaha menghindari takdirnya dihadapkan pada kenyataan pahit.
Fitnah keji telah menjatuhkan keluarga Gilbert.
Amora Laberta de Gilbert, merubah niat balas dendamnya menjadi ambisi untuk menegakkan keadilan karena kekuatan suci dalam tubuhnya, menghalanginya.
Demi memuluskan tujuannya, Amora menyembunyikan identitasnya dan bergabung dalam tentara.
Mengawali karir militernya dari tingkat paling rendah, Amora berharap bisa menjadi bagian dari pasukan elit yang memiliki tugas menegakkan keadilan dimana itu selaras dengan tujuannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TIBA-TIBA JADI PENGAWAL
Selama perjalanan, Amora telah membasmi ratusan bandit dan dua kelompok pembunuh bayaran yang kembali di kirim untuk melenyapkan Putra Mahkota Vederict.
Meski harus membayar mahal, namun bagi Putra Mahkota Vederict itu sangat sepadan dengan keselamatan nyawanya.
Kelima prajurit kerajaan Orpagus dan sisa sepuluh pengawal yang Putra Mahkota Vederict sewa, hanya bisa melongo dan menatap ngeri Amora setiap kali menjalankan aksinya.
Gadis belia itu seperti monster haus darah yang menebas kepala orang tanpa mengedipkan mata, seperti seorang tiran yang bengis.
Para bandit yang Amora dan rombongannya temui, melihat banyaknya korban yang berjatuhan, bahkan sebelum mereka mengangkat golok yang ada ditangan, para bandit yang belum mendekat, memilih diam menjadi patung daripada kehilangan nyawa.
Mereka membiarkan kereta kuda mewah didepan mata lewat begitu saja, dan semua orang hanya bisa menonton dengan mata ngeri.
Dengan pengawalan dari Amora, rencana perjalanan yang seharusnya ditempuh sepuluh hari, bisa dipangkas menjadi empat hari.
Saat sinar bulan telah nampak di hari keempat perjalanan, mereka yang sudah mencapai wilayah perbatasan kerajaan, kembali beristirahat sejenak dipadang rumput yang lapang sebelum mereka sampai didepan gerbang perbatasan antar kerajaan.
Kuda hitam kesayangan Amora butuh istirahat sejenak, dibawah pohon rindang sambil memakan rumput segar yang ada dibawahnya.
Sementara itu, Amora dan Putra Mahkota Vederict duduk mengelilingi api unggun, memakan bekal yang mereka beli dari kota yang mereka lewati sebelumnya, para prajurit dan pengawal duduk tak jauh dari keduanya dengan posisi melingkar.
Setelah empat hari bersama dengan Amora, semua orang tahu jika gadis itu tak akan menyewa penginapan dan memilih beristirahat dialam liar seperti ini jika tak melewati kota besar.
Selian untuk memangkas waktu juga untuk menghindari informasi mengenai keberadaan mereka.
Meski sudah ada dua kelompok pembunuh bayaran yang menghadang, namun itu semua bisa segera dibasmi karena mereka langsung ketahuan begitu akan melakukan aksinya karena berada dalam satu tempat secara bersama-sama sehingga begitu musuh datang mendekat, panah dan pedang milik Amora siap beraksi.
Dalam waktu istirahat seperti ini, biasanya mereka gunakan untuk membicarakan hal-hal ringan seputar perjalanan.
Putra Mahkota vederict yang sejak awal sangat penasaran akan asal-usul Amora, malam ini memberanikan diri untuk bertanya meski dengan resiko akan menyinggung gadis itu.
"Kamu berasal dari kerajaan mana? ", tanya Putra Mahkota Vederict penasaran.
Jika melihat elemen angin yang beberapa kali Amora keluarkan, kerajaan Aneros lah yang paling mendekati.
Tapi, gadis itu juga menguasai elemen api, sehingga membuatnya bimbang. Apalagi surai hitam kehijauan, yang langkah dan tak ada yang memiliki membuat ras penasaran dalam diri Putra Mahkota Vederict semakin tinggi.
Apalagi kemampuan dan kekuatan elemen angin dan api yang Amora miliki cukup tinggi, jika kerajaan Orpagos bisa mendapatkannya, bukankah itu akan menjadi kabar baik.
"Jasa pengawalanku tidak menyediakan informasi pribadi", jawab Amora datar.
Wajah dingin Amora membuat pertanyaan yang akan kembali putra mahkota Vederict lontarkan , tertahan ditenggorokan, sehingga diapun kembali menelan semua kata yang hendak dia ucapkan.
Begitu semua orang selesai makan, dan kuda kesayangannya terlihat kenyang, Amora pun segera bangkit dari duduknya, mengibaskan sisa remahan roti yang ada di pakaiannya sambil berkata, "Ayo berangkat sekarang, agar bisa segera sampai dan beristirahat ",ujarnya.
Merekapun segera melanjutkan perjalanan, melewati kegelapan malam dengan cepat tanpa hambatan.
Tampaknya sisa bandit yang Amora bantai terakhir kali telah mengubungi rekan-rekannya, sehingga sepanjang jalan menuju gerbang perbatasan mereka tak menjumpai satu orang bandit yang biasanya beroperasi disepanjang jalan.
Tanpa mereka sadari, para bandit bukannya tak ada, tapi mereka bersembunyi dibalik pohon, menatap ngeri dewa kematian yang lewat, sambil menahan nafas, berusaha sebisa mungkin menghilangkan eksistensi keberadaan mereka, agar malaikat maut tak menghampiri.
Kematian anggota bandit Black Devil dalam jumah besar dalam sekejap mata, membuat nyali para bandit yang lainnya, terutama yang lebih kecil, menjadi ciut.
Amora bukannya tidak tahu keberadaan para bandit tersebut , hanya saja dia berusaha abai agar bisa sampai ke kerajaan Nerous malam ini juga untuk mencari keberadaan sang kakak yang kemungkinan besar ada di kediaman keluarga ibunya.
Begitu tiba dipintu gerbang perbatasan, melihat lambang dikereta dan segel yang prajurit tunjukkan, tanpa banyak tanya, pintu gerbang segera dibuka.
Para penjaga gerbang merasa ngeri melihat percikan darah diluar kereta kuda yang cukup banyak. Apalagi melihat seorang Putra Mahkota kerajaan Orpagos hanya dikawal sedikit orang, membuat mereka berpikir jika anak sulung Raja Calein tersebut pasti telah melewati banyak hal buruk selama perjalanan hingga para pengawalnya banyak yang terbunuh.
Tatanan kota perbatasan dikerajaan Nerous lebih rapi dibanding kan dengan beberapa kota di kerajaan Kaleis.
Suasan terlihat sangat sepi karena masih dini hari, semua orang pasti masih bergelung dengan selimut diperaduan mereka masing-masing.
Karena sudah sampai di kerajaan Nerous, maka mereka pun segera mencari penginapan.
Pagi-pagi buta nanti, sebelum semua orang membuka mata, Amora berencana akan berkeliling, mencari tahu keberadaan kediaman keluarga ibunya, untuk mencari informasi mengenai keberadaan sang kakak.
Amora yang hanya tertidur selama dua jam, bangun dalam kondisi segar. Melihat sang mentari masih malu-malu menampakkan sinarnya, diapun segera melesat turun untuk mencari sarapan sambil mencoba mendapatkan informasi.
Berpenampilan sebagai pemuda tampan, Amora yang masih memiliki visual yang mengagumkan meski telah memakai topeng, cukup menarik perhatian.
Selain kulitnya yang sangat putih hingga terlihat pucat, warna rambutnya yang hitam kehijauan serta separuh topeng yang menutupi wajahnya, menjadi daya tarik tersendiri.
Membuat semua orang yang dia lewati, seakan ada magnet yang menarik mereka untuk melihatnya, dengan tatapan penuh ketertarikan.
Amora acuh terhadap perhatian yang tertuju padanya dan dia dengan tenang duduk dimeja yang kosong dan langsung memesan makanan.
Begitu sang pelayan datang membawa pesanannya, Amora diam-diam meletakkan satu koin perak kedalam kantong bajunya.
Pelayan yang paham akan kode tersebut, berdiri mendekat dan mencari tahu informasi apa yang pengunjung kedainya itu inginkan.
Melihat jika tampaknya informasi keluarga Viscountess Sabrina cukup tertutup, Amora kali ini memasukkan dua koin emas kedalam kantong baju pelayan muda tersebut.
Dengan adanya dua koin emas dan satu koin perak, mulut sang pelayan yang tadinya tertutup rapat, kini terbuka lebar dan menjelaskan semua hal yang ingin Amora ketahui.
Setelah mendapatkan informasi mengenai keluarga besar ibunya beserta alamat tempat tinggalnya, Amora yang telah menghabiskan sarapan paginya bergegas bangkit, membayar makanan dan minuman yang dinikmati nya dan segera ke pergi.
Amora keluar dari kedai dengan wajah puas. Langkahnya pelan namun pasti. Sama seperti langkahnya untuk menguak kejahatan orang-orang yang telah menghancurkan keluarganya.
Sesuai petunjuk dari pelayan kedai tersebut, Amora berada di depan kediaman keluarga ibunya.
Melihat ketatnya penjagaan didepan, Amora berjalan berputar sekali, begitu menemukan celah, dengan lincah Amora melompati tembok pembatas dan bergegas menuju dapur, tempat dimana para pelayan senang bergosip.
Hampir setengah jam Amora berada disana, kabar mengenai keberadaan sang kakak tak terdengar, hingga diapun memutuskan untuk menjelajahi mansion yang tak terlalu luas itu.
"Apa kakak sama sekali tak pernah kemari?", batinnya ragu.
Selain bisa melihat masa lalu seseorang yang disentuhnya, tembok dan barang yang pernah bersinggungan dengan seseorang juga bisa Amora deteksi.
Dari semua dinding, lantai dan barang yang ada didalam ruangan, sama sekali tak ada jejak Regina. Sayangnya, pesan yang ditinggalkan oleh Remo didalam gua, tak terlalu jelas.
"Jika tak ke kerajaan Nerous ini, kakak dan guru pergi kemana? ", batinnya bingung.
Amora seperti sedang mencari jarum diantara tumpukan jerami. Tak ada titik terang setelah tempat yang menjadi tujuan pasti sang kakak tak Amora ditemukan jejaknya.
Tak mendapatkan apapun di kediaman keluarga ibunya, Amora pun kembali ke penginapan bertepatan dengan Putra Mahkota Vederict dan prajurit serta pengawal sedang sarapan di restoran yang berada tepat di bawah penginapan.