Murni, seorang biarawati yang sedang cuti karena ingin menyembuhkan jiwa setelah terganggu mimpi-mimpi buruk yang terus berdatangan, menerima pesan aneh di ponselnya -suara paniknya sendiri yang membuatnya penasaran. Ia mengikuti petunjuk yang membawanya ke sebuah warung makan tua yang hanya buka saat malam.
Di warung itu ia bertemu dengan Mahanta, seorang juru masak pendiam yang misterius. Namun warung itu bukan warung biasa. Pelanggannya adalah jiwa-jiwa yang belum bisa pergi, dan menu makanannya bisa menenangkan roh atau mengirimnya ke dalam kegelapan. Murni perlahan terseret dalam dunia antara hidup dan mati. Ia mulai melihat masa lalu yang bukan miliknya. Meskipun Mahanta tampaknya menyimpan rahasia gelap tentang siapa dirinya dan siapa Murni sesungguhnya, pria itu bungkam. Sampai cinta yang semestinya dilarang oleh langit dan neraka merayap hadir dan mengungkapkan segalanya.
L'oubli (B. Perancis): keadaan tidak menyadari atau tidak sadar akan apa yang sedang terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dela Tan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Season 1 : Bab 24 - Neraka Ceria (1)
Peringatan!!! Bab ini mengandung kekerasan dan pelecehan.
Ceria pertama kali bertemu Salman dalam kondisi tidak patut.
Suatu malam, dia merasa sangat haus. Tadi dia ketiduran sehingga lupa membawa air minum ke kamar, padahal biasanya dia tidak pernah absen selalu menyediakan satu gelas di meja kecil dekat tempat tidurnya.
Sambil mengutuk dalam hati, dia berjalan malas dengan mengantuk ke dapur, matanya bahkan setengah terpejam. Tetapi tenggorokannya terasa perih, sehingga walaupun enggan, dia terpaksa harus bangun.
Untuk sampai ke dapur, dia harus melewati ruang keluarga, dimana televisi diletakkan. Ada sofa besar yang menghadap televisi itu, dimana dia biasa meringkuk sambil menonton drama Korea.
Dengan heran, dia melihat televisi masih menyala dan suaranya cukup kencang, padahal tadi dengan menyipit dia melihat jam menunjukkan sudah lebih dari tengah malam.
‘Mungkin Ibu lupa matiin,’ pikirnya, berjalan ke meja kopi di depan sofa untuk mengambil remote control.
Dan, betapa terkejutnya Ceria ketika tiba di samping sofa. Di sana, ibunya sedang bergumul dengan seorang laki-laki. Ibunya tidak mengenakan apa-apa, berada di bawah lelaki yang, untungnya, hanya bertelanjang dada.
Tadi Ceria tidak mendengar suara mereka karena tersamarkan oleh suara televisi. Rupanya, televisi sengaja dinyalakan untuk menutupi kegiatan mereka.
Ceria terpekik dan melotot tak percaya, tubuhnya seketika kaku, seolah dikutuk menjadi patung batu.
Dia sudah biasa mendengar suara-suara tak senonoh dan bisa menulikan telinga. Tetapi kali ini, dia melihat adegan yang biasa dilihatnya di film, di depan matanya. Dan pelakunya adalah Lastri, ibunya, dengan seorang lelaki asing baru.
Melihatnya tertegun, ibunya menarik pakaian yang terserak di bawah sofa, cepat-cepat menutupi tubuhnya.
“Tuh kan, apa kataku, anakku ada di rumah, jadi aja ketahuan.” Ujar Lastri, sambil menyurukkan kepala di dada lelaki itu dengan manja. Sama sekali tidak tampak risih tertangkap basah oleh anaknya yang masih remaja.
Lelaki itu hanya tertawa, lalu bangkit berdiri. “Anakmu? Tidak apa-apa, ayo kenalan.”
Ceria cepat-cepat membalikkan tubuh, ingat dia hanya mengenakan baju tidur celana pendek dan atasan setali, dan dia tidak mengenakan bra.
Dia siap untuk berlari ketika mendengar suara ibunya. “Ria, sini. Kenalkan ini Oom Salman.”
Anehnya, seperti anjing yang diperintah, Ceria menghentikan langkah.
“Oom?” Salman menghampiri Ceria, berdiri di hadapan gadis itu dan mengamatinya sekilas.
Salman tinggi besar, sangat berotot. Berdiri di hadapannya, Ceria hanya setinggi dada lelaki itu. Ceria bergidik. Meskipun ganteng, lelaki itu membuatnya takut. Dia tidak suka lelaki yang terlalu macho, tipenya adalah aktor-aktor Korea yang manis dan lembut.
Ceria merasa serba salah karena entah kenapa, hati kecilnya meneriakkan bahaya.
“Panggil Daddy dong, anakmu kan berarti anakku juga.”
Cup.
Tiba-tiba Salman mengecup pipi Ceria.
Ceria seketika membeku.
Yang membuatnya ingin menangis, ketika mengecup pipinya itu, Salman menyenggol dadanya! Ceria yakin, itu bukan tidak sengaja, lelaki itu tahu dia tidak mengenakan bra.
Menutupi gemetar, Ceria memanggilnya, suaranya seolah tercekik. “Oom.”
Setelah itu, dia mengangguk dan segera ngibrit ke kamar, batal ke dapur untuk mengambil air. Dia langsung mengunci pintu dan merosot di balik pintu, menangis, merasa payudaranya baru saja diperawani oleh monster.
—
Malam-malam setelah itu, Ceria sangat berhati-hati, menghindar berpapasan dengan kekasih ibunya itu. Jika akan ke luar kamar, dia memasang telinga tajam-tajam, sampai yakin tidak menangkap suara sehalus apa pun.
Dia tidak lagi mengenakan pakaian tidur terbuka, sebaliknya memakai daster longgar. Dan selama dia masih perlu ke luar kamar, dia tetap mengenakan bra, kecuali ketika dia benar-benar sudah di atas tempat tidur dan memastikan kamarnya sudah terkunci.
Dia memang bangga dengan tubuhnya, tetapi itu hanya “boleh dilihat tidak boleh dipegang”. Kecuali, oleh orang yang dia sukai. Tapi itu nanti. Itu hanya boleh terjadi ketika dia mengizinkannya.
Jadi, selama Lastri masih berpacaran dengan Salman, Ceria terpenjara di kamarnya sendiri.
Namun, malapetaka, meskipun telah dihindari sedemikian rupa, tetap bisa menghampiri. Dan siapa bilang itu selalu terjadi di malam hari. Itu bahkan bisa datang di siang hari.
Suatu hari, sepulang sekolah, Ceria bermandi keringat. Matahari sangat terik dan hari ini ada pelajaran olah raga. Tubuhnya terasa lengket, jadi ingin segera mandi.
Lastri sedang pergi ke luar kota. Karena itu, Ceria yakin dia aman. Salman pasti tidak akan datang ke rumah.
Tiba di rumah, Ceria langsung melepaskan semua pakaian, meraih handuk dan masuk ke kamar mandi yang terletak di dalam kamarnya.
Dia menggosok tubuh dan mencuci rambut, bahkan bersenandung di bawah pancuran, menyanyikan lagu tema drama Korea yang dia suka, meskipun tidak bisa mengucapkan liriknya.
Selesai mandi, dia merasa segar, memeras rambutnya dengan handuk. Rambutnya tidak bisa terlalu kering, jadi air masih menitik dari helai-helainya.
Karena tidak sabar, tadi Ceria tidak membawa pakaian ganti ke kamar mandi. Jadi, dia hanya membungkus tubuhnya dengan handuk, dan melangkah ke luar, masih bersenandung.
Langkahnya sontak berhenti. Senandungnya terputus.
Di sana, di tepi tempat tidurnya, Salman sedang duduk.
Lelaki itu sepertinya mengawasi pintu kamar mandi sejak tadi. Kini, matanya terpaku pada tubuh Ceria. Pada pahanya yang hanya tertutup setengah, dan separuh dadanya yang membusung pamer.
Ceria berani bersumpah, dia bahkan melihat lelaki itu hampir meneteskan air liur. Seperti anjing bulldog yang kepanasan.
Ceria langsung berbalik, hendak masuk kembali ke kamar mandi. Tetapi sial! Lelaki itu lebih cepat.
Tangan Salman menangkap pinggangnya, menarik tubuh Ceria ke dalam pelukannya.
“Sstt… jangan takut,” Ceria merasakan napas panas lelaki itu di dekat telinganya, membuatnya bergidik. “Waktu itu kamu memanggilku oom, sudah kubilang panggil daddy. Aku akan menjadi ayah tirimu.”
Ceria berontak, berusaha melepaskan diri. Otaknya berpikir cepat, bagaimana menjinakkan nafsu binatang buas.
“Ya Daddy, tolong lepaskan dulu, biar aku pakai baju yang pantas dulu.” Ceria berpura-pura patuh.
Namun, Salman tidak terpengaruh. Alih-alih melepaskannya, lelaki itu semakin mengeratkan pelukan, bahkan dengan kurang ajar… meraba pahanya!
Sementara satu tangan lain menarik handuk Ceria hingga terlepas, dan meremas dadanya!
Ceria sudah berteriak, tetapi Salman membalikkan tubuhnya dan membungkam mulutnya dengan mulutnya sendiri. Dengan kasar, lidah lelaki itu mendesak ke dalam mulutnya.
Tubuh Ceria seperti kurcaci mungil yang dipenjara raksasa. Tenaganya kalah. Dengan mudah Salman mengangkat Ceria ke tempat tidur, langsung menindihnya.
Sia-sia Ceria menendang, mencakar, memukul. Itu semua seperti tepukan di tubuh kekar Salman.
Siang itu, Ceria kehilangan semua kebanggaannya sebagai wanita.
Hari itu, adalah awal nerakanya di dunia.
kesedihan ,bebannya pindah ke murni ?
🤔
apakah jiwa nya blm kembali ke asal
masih gentayangan
tapi kebanyakan semakin di larang semakin penasaran