Apa kamu bisa bertahan jika seorang yang kau kasihi dan kau hormati menorehkan luka begitu dalam.
Penghianat yang di lakukan sang Suami membuat Ellen wajib berlapang dada untuk berbagi segala hal dengan wanita selingkuhan Suaminya.
Ingin rasanya Ellen pergi menjauh namun Davit, Suaminya tidak mau menceraikan. Ellen di tuntut bertahan meski hampir setiap hari dia menerima siksaan batin. Bagaimana hati Ellen tidak sakit melihat lelaki yang di cintai membagi perhatian serta kasih sayang nya di pelupuk mata. Namun tidak ada pilihan lain kecuali bertahan sebab David tak membiarkannya pergi.
Suatu hari tanpa sengaja, Ellen di pertemukan dengan seseorang yang nantinya bisa menolongnya terlepas dari belenggu David.
Langsung baca ya👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluSi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 23
Situasi yang sudah tidak kondusif membuat Johan bertindak cepat. Tepat di saat David menodongkan senjata ke arah Yuan, tiba-tiba lampu padam. Terdengar sebuah kegaduhan namun saat lampu kembali menyala, David sudah tidak ada begitupun Ellen dan Yuan. Hanya tersisa Rey yang memang di tugaskan untuk meminta maaf pada Mr. Mm Kim. Meski perdebatan tadi sedikit menganggu tapi acara bisa di lanjutkan. Paula yang bingung dengan menghilangnya David, memutuskan untuk pulang bersama supir.
Kalau terjadi sesuatu dengan David. Aku tinggal melaporkan Ellen. Batin Paula bergegas berjalan meninggalkan pesta.
Entah berapa jam David pingsan akibat obat bius yang di bekap ke hidungnya. Saat terbangun, dia sudah di dudukan ke sebuah sofa. Johan dan beberapa anak buah langsung berdiri saat mengetahui David sadar.
"Tenang saja. Tuan Yu hanya ingin berbicara empat mata, setelah itu kau bisa bebas." Ucap Johan.
"Di mana aku?" Tanya David terpaksa patuh karena sudah ada empat senjata api mengarah padanya.
Bersamaan dengan itu, satu-satunya pintu di ruangan terbuka. Yuan keluar dari sana dan langsung menyulut emosi David. Dia selalu ingat wajah lelaki yang di anggap akan merebut Ellen darinya.
"Kau! Serahkan Ellen!!! Carilah wanita lain! Hidupmu tidak akan tenang karena aku akan memburu mu!!"
Saat David akan menyerang, anak buah Yuan lebih dulu menghentikan pergerakan dengan menekan kedua pundaknya agar tetap duduk.
"Hidupmu yang tidak akan tenang kalau kau masih menginginkannya." Ancam Yuan balik.
"Ellen hanya milik ku!"
"Dia sudah jadi milikku. Menganggu Ellen berarti berurusan dengan ku."
"Aku tidak akan berhenti sampai Ellen bisa ku dapatkan." Yuan mendengus seraya menatap datar David.
Jika kejadian tadi tidak di saksikan banyak orang, mungkin saja nyawa David akan melayang malam ini. Sebelumnya Johan menyadarkan Yuan tentang kemungkinan yang pasti terjadi saat nama David menghilang secara misterius.
"Lakukan semampu mu. Kedatangan ku hanya untuk memperingatkan mu. Jika kau masih menyayangi nyawa, perusahaan serta keluarga mu, lupakan Ellen dan berhentilah memburu nya." Ancam Yuan lagi.
"Mana mungkin." Yuan tersenyum tipis lebih tepatnya menertawakan keputusan bodoh Johan.
"Hum baik. Habiskan tenaga dan uang mu untuk melawan ku tapi jangan lupa, nikmati buah dari keputusan mu." Ucap Yuan melenggang pergi setelah memberi isyarat pada Johan.
David yang tidak terima berniat mengejar Yuan namun anak buah Johan kembali menyumpal hidungnya dengan obat bius.
.
.
.
.
.
Pukul satu malam, Yuan tiba di rumah. Baru saja kakinya memasuki ruang tengah. Langkahnya terhenti karena melihat Ellen tidur dalam posisi duduk di salah satu kursi.
Yuan berdiri mematung memandangi wajah Ellen yang masih mengenakan gaun pesta. Make up nya bahkan belum sempat di bersihkan. Keberadaan Ellen di sana, tentu menimbulkan tanda tanya dalam benak Yuan.
Apa dia mengkhawatirkan ku? Ujar Yuan salam hati. Dia berjalan ke pintu belakang untuk memeriksa mungkin saja Mbok Lela masih belum tidur. Tapi bangunan belakang tampak sunyi.
"Ada apa Tuan?" Tanya salah satu anak buah.
"Tidak." Jawab Yuan sambil menutup pintu. Biar ku tanyakan sendiri besok.
Yuan kembali berjalan masuk. Berusaha acuh dan membiarkan Ellen pada posisinya sekarang demi mempertahankan keangkuhan. Namun baru beberapa langkah menaiki anak tangga, Yuan memutar tubuhnya dan kembali turun.
"Hei, Nona Ellen. Kau tidak kembali ke tempat mu?" Tutur Yuan. Dia berharap Ellen bangun tapi suara dengkuran semakin terdengar keras." Menyusahkan!" Umpat Yuan sambil mengangkat tubuh Ellen lalu membawanya masuk ke salah satu kamar tamu.
Yuan membaringkan Ellen di atas ranjang bahkan menyelimutinya. Sebelum meninggalkan, Yuan memeriksa jendela mungkin saja ada yang belum terkunci. Setelah yakin aman, Yuan pergi lalu menutup pintu dan menguncinya dari luar.
"Hari yang menyenangkan tapi juga menyebalkan." Keluh Yuan. Dia memasukkan kunci ke dalam kantung celana lalu duduk. Matanya teralihkan saat melihat secangkir kopi di atas meja.
Yuan kembali beranjak dan mengambil kopi lalu meminumnya sedikit. Ada perbedaan antara kopi buatan Mbok Lela dan Ellen sehingga Yuan bisa menebak jika kopi tersebut buatan Ellen.
"Sedikit manis dan tak terlalu pahit tapi aku suka." Gumam Yuan meneguk habis kopi yang ternyata sudah dingin.
Padahal sebelumnya Yuan selalu membuang kopi yang dingin dan meminta membuatkan nya lagi. Hanya karena kopi itu buatan Ellen membuat Yuan dengan senang hati meminumnya.
"Seperti nya tidur ku tidak akan nyenyak malam ini." Keluh Yuan kembali duduk. Dia berniat tidur di sofa sembari berjaga-jaga.
Yuan takut ada yang menerobos masuk padahal itu hal mustahil. Mana mungkin anak buah Yuan berani masuk tanpa izin? Bisa saja tugas itu di berikan pada Johan tapi Yuan merasa tidak rela setelah memerankan menjadi kekasih Ellen.
.
.
.
.
.
.
Pukul lima pagi. Johan di kejutkan dengan kedatangan Mbok Lela yang berjalan tergopoh-gopoh. Mimik wajahnya tampak ketakutan juga cemas. Saat di tanya, Mbok Lela menjelaskan jika Ellen tidak ada di kamar.
Rasa kantuk seketika musnah, padahal Johan baru tiba pukul empat tadi. Penyekapan David sedikit mengikis waktu sehingga perkerjaan nya baru selesai dini hari.
Banyak orang yang menjalin kerja sama dengan Johan dan Yuan dalam hal penyeludupan barang-barang terlarang. Johan di tugaskan untuk mengawal pengiriman barang sampai ke pelabuhan. Sebenarnya Yuan ingin menghentikan pekerjaan itu, tapi para pelanggan yang jumlahnya cukup banyak merasa keberatan. Mereka rela menaikkan tarif asalkan Yuan tetap mengamankan usaha ilegal mereka. Selain itu juga, Johan telanjur menikmati pekerjaannya walaupun beresiko tinggi.
"Terakhir kali Mbok lihat di mana?" Tanya Johan.
"Kemarin Mbok tunggu tidak pulang-pulang, jadi Mbok tinggal tidur." Jawab Mbok Lela.
Johan sendiri tidak tahu menahu soal kepulangan Ellen dari pesta Mr. Kim sebab dia mengurus David. Yuan sendiri yang menyetir mobil sehingga Johan tidak berfikir macam-macam.
Johan masuk ke ruang kontrol yang ada di markas. Tampak Yuan mengantarkan Ellen pulang bahkan sempat masuk rumah lalu pergi lagi menuju markas kedua. Anehnya, Ellen masuk bangunan belakang dan tak keluar-keluar lagi.
Apa kabur? Untuk apa? Tuan pasti marah. Batin Johan memasang wajah cemas sambil berjalan keluar. Dia bertanya pada satu persatu anak buah dan jawaban yang di dengar sama seperti tangkapan CCTV.
"Sebaiknya kita periksa dulu ke rumah utama. Mungkin saja Nona ada di sana." Ucap salah satu menyarankan.
Gawatnya CCTV tidak terpasang di rumah utama sebab Yuan tidak suka kehidupan pribadinya di usik. Hanya saja pintu sudah di lengkapi sensor sidik jari milik Yuan dan Johan.
"Coba cari di sekitar. Aku akan ke pos security kompleks." Johan bergegas pergi untuk memeriksa CCTV jalan kompleks.
.
.
.
.
.
Setelah melakukan pemeriksaan menyeluruh, Johan tidak menemukan kejanggalan. Sepanjang jalan kompleks pun tampak sepi seperti sebelumnya. Hanya ada mobil anak buah Yuan yang keluar masuk sebab rupanya semua rumah adalah milik Yuan. Demi mengelabui lokasi tempat tinggal nya, Yuan membeli ratusan hektar tanah lalu membangun rumah di sekitar kediaman peninggalan orang tuanya.
"Kalian kenapa teledor! Bagaimana kalau Tuan Yu marah dan membunuh kalian semua!!" Johan menekan kemarahannya agar tidak terdengar oleh Yuan.
"Kami tidak melihat Nona keluar."
"Nyatanya dia tidak ada di tempat." Jawab Johan geram menatap satu persatu anak buahnya yang tertunduk.
Bukan hanya Johan dan anak buahnya, Mbok Lela pun tampak cemas karena paham bagaimana bengisnya Yuan saat sedang marah apalagi Ellen satu-satunya wanita yang bisa menarik perhatiannya.
"Akan ku periksa di rumah utama. Semoga saja Nona ada di sana."
"Tunggu pukul tujuh saja Jo. Takutnya Tuan terganggu."
Mbok Lela sendiri baru boleh masuk saat sudah pukul tujuh pagi. Kalau waktu belum menunjukkan jam sesuai peraturan, bisa-bisa Yuan marah meski sosok Mbok Lela sangat berjasa untuk keluarganya.
"Biar saya yang masuk Mbok. Kalau Tuan marah, itu tanggung jawab saya."
Baru saja Johan akan menyentuh gagang pintu belakang, Ellen keluar dalam keadaan panik. Penampilannya pun tampak berantakan bahkan lengan gaunnya sobek.
Johan melongok begitupun Mbok Lela dan beberapa anak buah. Mereka menatap Ellen yang langsung masuk bangunan belakang tanpa bisa berkomentar.
Selang beberapa detik, Yuan menyusul. Ekspresi Yuan terlihat bingung sebab puluhan anak buahnya berjajar di depan pintu dengan mimik wajah penuh selidik.
Apa Kak Yu mau menodai Ellen? Astaga melegakan.. Batin Johan.
Duh Tuan kok pilih jalur cepat sih. Batin Mbok Lela.
Wah Tuan pasti sudah tidak tahan dan main unboxing saja hehe. Batin lainnya.
Berbagai tuduhan melintas di otak mengingat keadaan Ellen tampak berantakan dan panik.
🌹🌹🌹