NovelToon NovelToon
Hanum: Istri Cacat Dari Desa

Hanum: Istri Cacat Dari Desa

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Konflik etika / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Penyesalan Suami
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Tinta Hitam

Demi menghindari perjodohan, Cakra nekat kabur ke sebuah vila- milik keluarga sahabatnya yang terletak di daerah pelosok Bandung.

Namun, takdir malah mempertemukannya dengan seorang gadis dengan kondisi tubuh yang tidak sempurna bernama Hanum.

Terdesak karena keberadaannya yang sudah diketahui, Cakra pun meminta pada Hanum untuk menikah dengannya, supaya orang tuanya tak ada alasan lagi untuk terus memaksa menjodohkannya.

Hanum sendiri hanyalah seorang gadis yatim piatu yang sangat membutuhkan sosok seorang pelindung. Maka, Hanum tidak bisa menolak saat pria itu menawarkan sebuah pernikahan dan berjanji akan mencintainya.

Lalu, apa yang akan Cakra lakukan saat ia mengetahui bahwa perempuan yang akan di jodohkan dengannya itu adalah sosok yang ia cintai di masa lalu?

Lantas bagaimana nasib Hanum kedepannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tinta Hitam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kebingungan Cakra

"Lama amat dah, timbang ke toilet doang." celetuk Demian saat Cakra baru kembali.

Cakra tak menjawab, ekspresinya kusut, hal itu membuat Demian dan pak Ujang terheran-heran.

"Kenapa lu? Sepet amat tuh muka," tanya Demian.

"Gak ada," jawabnya malas.

"Ada masalah ngomong aja, gak usah sok di pendem gitu. Apa jangan-jangan ... lu ketauan bokap lu, ya!? Terus disuruh balik!?" tanyanya dramatis, sok panik.

Cakra berdecak seraya memutar bola matanya, "bukan!"

"Ya terus apaan? Ngomong dong, jangan kek cewek lagi ngambek, ditanya 'kenapa' gak pernah mau jawab."

"Gue juga gak tau," balas Cakra singkat.

"Lah? Punya masalah, kok, gak tau masalahnya apaan. Aneh aneh aja lu," heran Demian, begitupula pak Ujang yang senantiasa menyimak.

"Gue kayaknya salah ngomong," kata Cakra kemudian.

"Maksud lu? Salah ngomong sama siapa?" tanya Demian penasaran.

"Hanum,"

Mengerutkan kening, Demian belum paham apa maksud manusia satu ini. "Maksudnya apaan, dah? Kalo ngomong itu yang jelas lah,"

Lagi, Cakra berdecak menatap Demian kesal. "Gue kayaknya ada salah ngomong sama Hanum." ucapnya cepat.

"Hah?" Demian dan pak Ujang reflek terheran-heran.

"Emangnya nak Cakra ngomong apa sama neng Hanum?" tanya pak Ujang.

"Saya juga gak tau, pak, salahnya di bagian mana? Tadi saya cuman bilang-" Cakra pun menjelaskan kembali apa yang ia obrolkan bersama Hanum beberapa saat lalu.

Pak Ujang yang mendengar cerita itu pun langsung mengerti. "Saya bukannya mau sok tau. Tapi- mau saya ceritakan dulu masa lalunya nak Hanum?" tawar pak Ujang.

Demian dan Cakra saling tatap sejenak sebelum mengangguk serempak.

"Dulu..."

Satu tahun lalu

"Assalamualaikum, Jang!" pak Ujang yang sedang berjaga segera membuka gerbang saat Bu Ningsih telah kembali dari pasar.

Namun, kedatangannya tidak sendirian kali ini. Ada seorang gadis yang ikut datang bersamanya dengan keadaan tubuh kurang sempurna.

"Siapa, Bu?" tanyanya penasaran melirik gadis itu yang berdiri sedikit di belakang Bu Ningsih. Gadis itu terlihat malu-malu karena terus menundukkan kepalanya.

"Kenalin, Jang. Ini Hanum, mulai sekarang nak Hanum akan kerja disini." ujarnya membuat pak Ujang mengerti.

Tapi dalam pikirannya ia bertanya-tanya, apa bisa dalam keadaan tanpa kaki sebelah- gadis itu bisa bekerja? Namun, cepat-cepat pak Ujang menyingkirkan pikiran jeleknya itu.

"Kenalin, saya pak Ujang, panggil pak Ujang saja." pak Ujang mengulurkan tangan, yang diterima dengan malu-malu oleh Hanum, lalu Hanum menyalimi nya sopan. "Hanum, pak," cicitnya, lalu melepasnya kembali.

"Ya udah, kalo gitu saya sama Hanum mau masuk dulu, ya." Bu Ningsih kembali bersuara saat dirasa perkenalannya cukup.

Pak Ujang mengangguk saja, memandangi kepergian dua orang itu, lebih tepatnya melihat bagaimana cara berjalan gadis itu yang kesusahan dengan dibantu dua kruk. Kasian, pikirnya.

Sore harinya ketika Hanum sudah pulang, Bu Ningsih pun menceritakan awal dia bertemu dengan Hanum.

Ternyata dia bertemu dengan Hanum saat gadis itu tengah terduduk di trotoar sedang berjualan kue-kue basah buatannya sendiri.

Saat ditanya dimana keluarganya, gadis itu bilang tidak punya, sebab ayah, ibu dan adiknya sudah meninggal.

Karena merasa kasihan, Bu Ningsih pun memborong dagangannya seraya mengajaknya berbincang-bincang. Kemudian Bu Ningsih pun mencoba menawarkan pada Hanum untuk ikut bekerja bersamanya.

Hanum awalnya menolak karena tidak ingin merepotkan orang lain dalam keadaannya yang seperti itu. Namun, Bu Ningsih tidak keberatan sama sekali dan mau mempekerjakan Hanum sebisanya saja. Akhirnya Hanum pun mau walaupun masih merasa enggan.

Usut punya usut, ternyata penyebab kaki Hanum hanya tinggal satu karena satu tahun sebelumnya Hanum mengalami kecelakaan yang menyebabkan kakinya harus di amputasi. Karena kecelakaan itu pula penyebab kedua orang tua serta adiknya meninggal.

Dua pemuda itu tercenung mendengar cerita menyedihkan dari gadis yang baru mereka kenali itu.

"Terus hubungannya apa sama ucapan saya tadi?" tanya Cakra.

Sebenarnya pak Ujang enggan mengatakannya, tapi sepertinya kedua orang ini harus tahu.

"Sebetulnya.. neng Hanum pernah bilang kalo dia suka sama Aden." ucapan pak Ujang tentu saja membuat Demian dan Cakra terkejut.

"Suka... sama saya?" tanya Demian memastikan, menunjuk dirinya sendiri.

Cakra sendiri masih dalam keterkejutannya. Hanum suka sama Demian? Tapi kenapa harus Demian? Lalu kenapa memangnya kalau Hanum menyukai Demian? hatinya bergelut bertanya-tanya.

"Iya, tapi saya gak tau batas sukanya sampai mana. Neng Hanum cuman bilang suka walaupun hanya liat Aden dari foto." jelasnya. "Kadang bapak juga sering liat neng Hanum suka senyum-senyum kalo liatin foto Aden." lanjutnya.

Demian senang, tapi bukan karena senang Hanum menyukainya. Yang membuatnya senang, karena ia merasa lucu saja disukai oleh gadis itu.

Jujur, saat pertama kali melihat gadis itu, Demian langsung punya perasaan ingin melindunginya. Melihat keadaannya yang seperti kain usang yang mudah rapuh membuat Demian ingin menjadi sosok penjaganya. Sepertinya, perasaan seorang kakak dalam dirinya mulai muncul.

Wajar saja, karena Demian memang tak memiliki seorang adik, padahal dia ingin sekali memiliki adik, apalagi adik perempuan. Mungkin karena hal itulah, Demian ingin menjadi sosok pelindung bagi Hanum.

Cakra mendengus, hatinya merasa tidak terima mendengar Hanum menyukai Demian, apalagi gadis itu suka melihat-lihat foto sahabatnya ini dengan tersenyum-senyum?

Memangnya, apanya sih bagusnya Demian? Soal tampan, jelas lebih tampan dirinya. Soal gagah jelas lebih gagah dirinya. Hah! Cakra tidak suka!

"Mungkin karena nak Cakra tadi bahas soal pembantu, itu yang buat nak Hanum diem. Nak Hanum sepertinya sadar diri, karena mungkin sekarang dia hanya orang biasa dan enggak pantes suka sama Aden. Padahal dulu kedua orangtuanya termasuk orang kaya di daerah sini sebelum meninggal dari yang saya tau. Tapi semenjak semua tabungan orang tuanya dibawa kabur sama om tantenya, sekarang kehidupan neng Hanum jadi melarat. Dan jadilah seperti sekarang, nak Hanum kerja sebagai pembantu, " jelas pak Ujang panjang lebar.

Cakra termenung. Ia merasa sangat bersalah sekali, padahal ia tidak bermaksud sampai sana mengenai ucapannya tadi. Tapi apa mau dikata, ia sudah terlanjur berkata.

"Lu harus minta maaf." ucap Demian yang di angguki langsung oleh Cakra.

"Gue temuin Hanum dulu." pamitnya, lantas segera pergi menyisakan Demian dan pak Ujang yang hanya menatapnya dalam diam.

Cakra mendapati keberadaan Hanum di sudut ruang keluarga, sedang mengelap sebuah guci mini sambil menahan keseimbangan tubuhnya karena dalam kondisi berdiri.

Kemudian Cakra berdeham, membuat Hanum sedikit terkejut lantas menoleh. "Ca-Cakra?" reflek Hanum berhenti dari kegiatannya.

Cakra meneguk ludah. Jujur ia tidak pernah minta maaf pada siapapun selama ini, karena dalam kamus nya tidak ada kata maaf bagi seorang Cakra.

Tapi kali ini, Cakra akan mengucapkan kata itu demi menghilangkan rasa bersalahnya terhadap gadis ini.

"Gue- gue mau ngomong sesuatu." ucap Cakra gugup.

"Ada apa?" heran Hanum melihat gerak-gerik Cakra yang berbeda.

"Duduk dulu bisa? Lu pasti pegel." tawarnya.

Hanum mengangguk, lalu mulai melangkah yang reflek dibantu oleh Cakra.

Setelah keduanya duduk di sofa yang tersedia secara berhadapan, Cakra pun mulai bersiap untuk berkata.

"Gue- mau minta maaf," ucapnya langsung.

"Maaf?" tanya Hanum heran, "maaf buat apa?"

"Untuk soal tadi, waktu gue bilang soal pembantu baru. Gue gak bermaksud buat nyinggung status lu. Beneran. Gue minta maaf." Cakra mengangkat dua jarinya membentuk huruf V.

Hanum tercenung. Sejujurnya ia tidak tersinggung mengenai pembicaraan tadi, dia hanya merasa disadarkan saja akan ucapan Cakra, bahwa memang tidak sepantasnya ia menyukai tuannya apalagi sampai membayangkan ke pernikahan, karena ia hanya seorang pembantu.

"Ka-kamu gak ada salah kok. Kenapa harus minta maaf?"

"Tapi tadi, kenapa lu diem gitu aja terus pergi?"

Hanum kebingungan harus menjawab apa. Tidak mungkin kan ia bilang yang sebenarnya?

"Ya- enggak papa," Hanum mengedarkan pandangannya, merasa gugup begitu saja.

Cakra sendiri yang tadi sudah mendengar cerita tentang Hanum dari pak Ujang menjadi semakin percaya bahwa Hanum memang menyukai Demian. Terbukti dari gerak-gerik gadis itu yang kelihatan salah tingkah.

Lagi dan lagi Cakra kebingungan, ada apa dengan dirinya? Kenapa ia merasa tidak suka saat tahu fakta bahwa Hanum menyukai sahabatnya itu.

Seharusnya... Akhhh Cakra bingung ada apa dengan dirinya ini?

"Cakra?"

Cakra tersadar dari pikirannya saat Hanum memanggilnya. Lalu menatap Hanum sebelum berkata, "sekali lagi gue minta maaf. Dan gue cuma mau bilang, kalo lu ada sesuatu yang di suka keluarin aja, gak usah ditahan. Kalo gitu gue ke atas dulu ya. Bye."

Tanpa menunggu respon, Cakra berlalu meninggalkan Hanum yang terdiam. Hanum menatap bingung punggung laki-laki itu sampai menghilang di balik dinding.

Ada apa dengan pria itu, pikirnya.

1
Marwan Hidayat
lanjut kak semakin seru ceritanya 🤩
Tinta Hitam: siap kak, maksih ya
total 1 replies
Marwan Hidayat
lanjutkan thor
Tinta Hitam: siap kak, terimakasih sudah membaca ceritaku ini
total 1 replies
Marwan Hidayat
lanjut kak
Tinta Hitam: siap kak
total 1 replies
Marwan Hidayat
ceritanya sangat bagus, rekomendasi deh buat yang suka baca novel
Tinta Hitam: terimakasih
total 1 replies
Lina Zascia Amandia
Tetap semangat.
Lina Zascia Amandia: Sama2.
Tinta Hitam: makasih kak sudah mampir 🙏
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!