Unexpected Love
Langkah kaki pria dewasa terdengar menggema di lorong rumah sakit. Wajah tampannya terlihat bersinar walau umurnya sudah memasuki kepala tiga.
Bibirnya tak henti-hentinya tersenyum sambil menenteng rantang makanan sederhana yang sudah disiapkan sang ibu untuk menantunya yang baru saja melahirkan bayi perempuan yang sangat cantik.
Senyumnya merekah, menandakan bahwa dirinya dalam keadaan bahagia. Tatapannya tak sengaja melihat seorang suster berlari dengan wajah panik keluar dari ruangan istrinya.
“Sus, ada apa ? Apa yang terjadi dengan istri saya ??” tanya pria itu khawatir sekaligus panik.
Suster itu menghentikan langkahnya sebentar. “ Tuan, istri anda tidak ada di ruangannya !”.
“A-APA ?!” Pria dewasa itu berlari masuk ke dalam ruangan istrinya.
Brak ! Dia hanya menemukan seorang suster lainnya menggendong putrinya yang merengek pelan.
“Tuan….”
“Istri saya kemana, sus ?” tanya pria itu lagi.
Suster yang menggendong bayi menggelengkan kepalanya. Raut wajah pria dewasa itu terlihat khawatir. “Bagaimana bisa istri saya tidak ada di ruangannya,sus ? Sedangkan bayi kami ada disini ??” tanya pria itu kebingungan.
“Saya juga tidak tahu, tuan. Saya datang ke ruangan ini bersama rekan saya. Posisinya istri anda sudah tidak ada dan hanya meninggalkan putri tuan yang menangis,”.
Mario mengusap wajahnya kasar. Ada apa dengan istrinya ? Kemana tiba-tiba tidak ada di ruangannya ? Bagaimana istrinya bisa meninggalkan bayi mereka sendirian di ruangan itu.
“Kemarikan putri saya, sus.” pinta Mario lesu.
Namun, tiba-tiba saja bayi perempuan itu berhenti merengek sebelum Mario sempat mengambil alih. Kening Mario mengerut, dia menatap suster yang juga terdiam.
Tiba-tiba saja bayi itu nafas bayi itu terdengar seperti dengkuran membuat suster itu panik. “Tuan ! Bayi anda sesak nafas ! Saya harus segera memanggil dokter anak agar bayi tuan segera diperiksa !” pekik suster itu dan segera berlari keluar. Saking paniknya Mario menjatuhkan rantang makanan itu dan menghampiri putrinya yang tergeletak di atas brankar.
“Dokter !!! Tolong bayi di ruangan xx, mengalami sesak nafas !!!” teriak suster itu kepada dokter yang baru saja selesai mencuci kedua tangannya. Dokter Molla segera mengajak suster berlari ke ruangan xx dimana bayi berada. Dia cukup terkejut melihat bayi yang baru lahir itu mengalami masalah kesehatan.
“Dokterrr, tolong putri saya dok, tolong !” ucap Mario sebel dia keluar dari ruangan istrinya
Mario menunggu diluar dengan wajah yang sembab, belum selesai masalah kepergian istrinya kini dia harus melihat putrinya yang baru lahir mengalami sesak nafas.
“Anak ayah, anak ayah harus kuat ya… jangan tinggalkan ayah hiks.. Ayah mohon,” ucapnya lirih.
Tak lama sepasang paruh baya datang menghampiri Mario dengan wajah khawatir.
“Rio, apa yang terjadi dengan Baby Iren ?” tanya Vion kepada putranya. “ dan dimana Dea ? Kenapa cuma kamu di sini ?”.
“Bu…” Vion menoleh ke arah suaminya. Narel menggelengkan kepalanya untuk tidak bertanya lebih jauh karena melihat situasi putra mereka yang terpuruk.
Dia juga penasaran dimana Dea. Kenapa menantunya tidak ada di ruangan. Keduanya cukup terkejut saat Mario menghubungi mereka jika Maureen cucu mereka tiba-tiba mengalami sesak nafas.
Bayi mungil itu tiba-tiba sesak nafas membuat keduanya sangat terkejut, ditambah lagi Mario mengatakan istrinya tidak ada diruangan hanya ada Maureen disana sendirian.
“ Dimana Dea ?”.
Sementara itu, wanita yang mereka cari tengah berada di mobil mewah bersama pria lain. Dia yang masih mengenakan pakaian rumah sakit merengek untuk dibelikan pakaian baru.
“ Perutku sakit sekali, kalau bukan paksaan kedua orang tua Mario. Aku tidak ingin mengandung ! Untungnya sesar. Kalau normal, aku akan meminta Mario untuk mengembalikannya secara mulus !” gerutu wanita itu kesal.
“Sudahlah Dea, jangan kamu membicarakan suami miskinmu itu ! Kita nikmati saja hidup ! Aku sangat membenci pria itu !”.
“ Kamu benar, kalau bukan karena ingin terbebas dari peraturan ibu panti. Aku akan menolak ajakan menikah dengan pria miskin itu, tapi sekarang aku sudah bisa bersama-sama denganmu. Tanpa peraturan ibu panti !”
“Aku benci dikekang !” rengek Dea dan memeluk lengan kekasihnya yang menyetir.
Tangan pria itu mengelus kepala kekasihnya. Ya, kekasihnya. Keduanya sudah berpacaran saat Dea berusia delapan belas tahun. Namun, hubungan keduanya ditentang oleh ibu panti yang tidak menyukai kekasih Dea, yang bernama Noven.
Flashback
“Jangan menginginkan pria kaya, tidak semua pria kaya dan berlimpahkan harta bisa meratukan wanitanya,”
“Tapi Noven, meratukan diriku bu !! Dea mau pacaran sama Noven, karena dia memberikan apa yang Dea mau !!”.
“Bahkan Dea akan menikah dengan Noven tanpa restu ibu !”
“Dea, ibu tetap tidak akan merestui hubunganmu dengan Noven !! Noven tidak baik untukmu ! Kalau kamu mau, ibu akan mencarikan pria yang baik untuk kamu,”
“Baik untuk aku ??? Ibu jangan mengekang diriku, seolah ibu adalah ibu kandungku !! Asal ibu tahu, Dea nggak suka sama ibu !! Ibu selalu mengatur Dea ini dan itu, Dea muak bu !!!” teriak Dea membuat anak-anak panti menatap ke arah mereka.
“Dea, tolong turunkan nada suaramu !” pinta ibu panti. Dia tidak mau pembicaraan mereka didengar oleh anak-anak asuhnya.
Bukannya mendengarkan, Dea berlalu pergi tanpa mengindahkan panggilan ibu panti.
Flash off.
Sementara itu, Mario dan kedua orang tuanya menunggu dokter dan suster selesai memeriksa Maureen. Tak henti-hentinya mereka berdoa untuk kesembuhan Maureen.
‘Ceklek !’ Pintu ruangan terbuka. Dokter keluar dengan peluh keringat. Mario dan kedua orang tuanya menghampiri dokter dengan wajah khawatir.
“Dok, bagaimana dengan keadaan cucu saya ?” Tanya Vion khawatir.
“Cucu ibu, sudah membaik. Dua jam kedepan kami akan kembali memeriksa cucu ibu,”.
“Dok, mengapa putri saya tiba-tiba sesak nafas ?” kali ini Mario yang bertanya.
Dokter Molla menghela nafasnya. “ Maaf tuan, putri anda memiliki alergi pada dingin. Hal itu membuat bayi anda kesulitan bernafas. Ditambah lagi suhu ruangan yang sangat dingin,”
“Hal itu yang memicu putri anda mengalami sesak nafas,” jelas Dokter Molla. “ Tolong hindari suhu ruangan yang dingin, agar putri anda tidak kembali mengalami sesak nafas”.
“Baik dok, terima kasih” kata Narel.
“ Apa kami boleh membawa cucu kami pulang ?” tanya Vion lirih.
“Boleh, “.
“ Terima kasih, dok !”
Setelah kepergian Dokter Molla, Vion bergegas masuk ke dalam ruangan dimana seorang suster menjaga Maureen yang sudah terlelap.
Sore harinya, setelah membayar lunas perawatan Maureen, Mario membawa putrinya pulang ke rumah orang tuanya karena Mario telah menjual rumah itu untuk biaya kehidupan mereka selanjutnya.
Mario memilih menjual rumah itu karena dia tak lagi memiliki simpanan setelah membayar tagihan persalinan Dea yang ingin melahirkan secara sesar.
“Tidak apa-apa, tinggallah bersama ayah dan ibu. Tidak perlu merasa tidak enak, kami senang bisa merawat Maureen,” kata Vion yang mengetahui bahwa putranya merasa tidak enak dengan mereka.
“Benar kata ibumu, Rio. Kita akan tinggal dirumah ini bersama. Rumah itu di jual juga tidak masalah”.
Walaupun rumah tidak mewah setidaknya harga jualnya masih bisa disimpan untuk kebutuhan Maureen.
“Sayang, kita tinggal sama nenek dan kakek ya. Ayah nggak tahu dimana ibumu,nak. Tapi ayah yakin ibumu pasti bakal balik lagi sama kita.. “ lirih Mario yang entah hatinya merasa jika Dea benar-benar meninggalkan dirinya bersama putrinya.
“Dea, begitu teganya kamu meninggalkan putri kita yang masih kecil. Apa yang membuatmu setega itu,” gumamnya dalam hati sembari menatap putrinya yang masih terlelap di kasur lantai miliknya.
...***...
Jangan lupa mampir, ya !
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
LISA
Aku mampir Kak
2025-03-04
0