Nama: Alethea Novira
Usia saat meninggal: 21 tahun
Kepribadian: Cerdas, sinis, tapi diam-diam berhati lembut
Alethea adalah seorang mahasiswi sastra yang memiliki obsesi aneh pada novel-novel tragis, alethea meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil yang di kendarai supir nya , bukan nya ke alam baka ia malah justru bertransmigrasi ke novel the love yang ia baca dalam perjalanan sebelum kecelakaan, ia bertransmigrasi ke dalam buku novel menjadi alethea alegria
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agya Faeyza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
heh , tak sadar diri
Suasana pagi di kota metropolitan itu terasa lebih segar dari biasanya. Matahari memancar lembut di sela pepohonan, dan langit biru membentang tanpa cela. Alethea tiduran di sofa ruang tamu dengan memegang buku novel nya dan secangkir coklat dingin di atas meja juga beberapa cemilan , Ia belum tahu mengapa hatinya berdebar tidak karuan sejak pagi—entah karena firasat atau hanya perasaan nya saja .
Dari atas muncul Felix dan arsenio berjalan kearah nya , ia menoleh sebentar , lalu membaca buku nya lagi ,
"wah coklat dingin , sepertinya enak siang-siang begini minum coklat dingin" ucap Felix sambil meminum coklat dingin di meja milik alethea
alethea yang mendengar itu langsung menutup buku nya dan bergegas duduk sambil melihat ke arah Felix yang meminum coklat dingin nya,
"minuman ku, oh aku belum sempat meminum nya kau sudah menghabiskan setengah minuman coklat ku kak ?? Mata nya berkaca-kaca melihat coklat dingin nya tinggal setengah,
" kak" , ucap alethea ke arsenio dengan mata yang sedih .
"Felix kau suka sekali menggoda Thea hah? kau ini emang jahil sekali ya"? Ucap Arsen sambil menjewer kuping Felix .
"kak , kau ini jahat sekali kepadaku, sebenarnya yang adik kandung mu itu aku atau alethea sih ?? Kenapa kau menjewer ku hanya karna coklat dingin yang ku minum ? Ucap Felix setengah kesal kepada kakak nya .
" hanya kau bilang ??? Kak apa kau tau ini coklat dingin kesukaan ku , dan aku belum meminumnya sama sekali, jika kau ingin coklat dingin kenapa nggak bikin sendiri ?? Aku nggak like ih sama kak Felix " . Ucap alethea dengan wajah kesal nya .
"baik lah baik lah , maaf kan aku ya Thea , aku hanya ingin menjahili mu saja , sudah lama sekali aku tak menjahili mu kan?" . Ucap Felix menggoda alethea .
"kau memang nyebelin kak" . Ucap alethea membuang muka ,
"sudah-sudah,gimana kalau kita jalan-jalan saja , kakak akan traktir kamu sepuasnya bagaimana ?" ucap Arsen membujuk adik sepupu nya itu .
"beneran kakak mau traktir sepuasnya?" . Ucap alethea berbinar .
"benar , cepat siap-siap dulu sana kakak tunggu kamu di sini ," . Ucap Arsen .
"siap bos , aku mau ditraktir kak Arsen wekkk ,, kak Felix nggak di ajak" . Ucap alethea mengejek Felix .
"huh dasar , dengar traktiran aja langsung semangat heh" ucap Felix .
"biarin weekk mana boleh iri hahaha" .. Ucap alethea tertawa dan langsung pergi menuju kamar nya guna bersiap .
"dasar tuh bocah" . Ucap Arsen tersenyum.
***
Beberapa saat kemudian mereka bertiga pun masuk mobil ingin ke mall terdekat dari mansion Alegria, seperti biasa para pengawal bayangan pun standby mengawal dari jauh ,
saat di dalam mobil alethea mengerutkan kening nya ,
"kenapa kak Felix ikut juga ? Bukan nya kak Felix ngga di ajak ??" . Ucap alethea penasaran
"mana boleh aku di tinggal , ntar kalau ada apa-apa di jalan bagaimana, siapa yang melindungi princes Alegria ini hmm ?? Ucap Felix tersenyum.
"dia maksa ingin ikut katanya,dia ingin mencari sesuatu yang bisa buat princes Alegria kita ini nggak marah lagi karna coklat dingin nya sudah ia minum . Ucap Arsen
"huh dasar kak Felix, bisa aja bilang mau ngelindungi aku , bilang aja emang kakak yang pengen ikut " . Ucap alethea memutar mata malas nya .
Felix yang mendengar itu hanya tersenyum .
***
Di sisi lain seseorang sedang menelpon tuan nya mengabari jika alethea pergi bersama dua orang lelaki menuju mall ,
"ada apa ?" ucap Bryan dingin mengangkat telponnya.
"tuan , nona alethea sekarang bersama dua orang lelaki menuju mall yang tak jauh dari mansion Alegria" . Ucap asgar pengawal yang di tugaskan mengawasi alethea.
"dua orang lelaki ? Siapa ?" . Ucap Bryan penasaran
"arsenio Jhonson dan Felix Jhonson tuan" . Ucap asgar
"aku akan kesana" . Ucap Bryan lalu menutup panggilan telepon nya .
beberapa saat kemudian Bryan pun sampai ke mall tersebut, sedangkan alethea tengah di toko elektronik bersama Jhonson bersaudara,
"kenapa kita kesini ?" . Tanya Felix heran
" kita akan membeli penyadap dan cctv kecil yang nyaris tak terlihat " . Ucap alethea tersenyum manis
"untuk apa ? Gantian Arsen yang bertanya.
"untuk mengawasi seseorang, ayo kak kita lihat-lihat dulu mana yang cocok" . Ucap alethea penuh semangatnya.
Tak lama kemudian Bryan pun menghampiri alethea , ia tau kalau ke toko elektronik jadi menyusul nya kesana .
“Alethea,” katanya, dan hanya dari cara ia mengucapkan namanya, alethea bisa menebak jika itu Bryan.
“Bryan ,Aku hampir tidak mengenalimu,” gumam Alethea, menoleh kearah Bryan dan berusaha terdengar santai meski jantungnya berdetak tak karuan.
Bryan tertawa kecil, mendekat dan tanpa ragu menarik kursi di hadapannya. “Aku harap bukan karena aku jadi jelek.”
“Tidak. Justru sebaliknya,” Alethea menyesal begitu kata-kata itu meluncur.
"hahaha , apa secara tidak langsung kau sedang mengatakan jika aku ini tampan hemm?" . Ucap Bryan menggoda .
"hei tidak seperti itu ya , tapi emang sih kamu itu tampan " ucap alethea memelan kan suaranya namun masih terdengar di telinga Bryan .
"hahaha aku jadi tersanjung di puji oleh seorang Thea hmm" .ucap Bryan sambil tertawa
"haish kau ini semakin narsis saja setelah pulang ". Ucap alethea malu
"hei anak muda , apakau sedang menggoda adik ku hmm?? Apa kau tak melihat kami disini sebagai pengawal nya Thea ?" .. Ucap arsenio dengan tatapan tajam .
"oh ada orang disini selain Thea" . Ucap Bryan datar .
"dasar kulkas , ngomong sama Thea dia manis sekali sampai panjang kali lebar , giliran sama sepupunya Thea aja dia datar banget heh" . Ucap Felix memutar mata malas nya .
"Bryan ,kenalin ini kakak sepupu aku ,dia anak dari paman ku ,kakak nya mama ku , yang ini kak Arsen dan yang ini kak Felix, kak kenal kan ini teman-teman ku nama nya bryan . Ucap Thea memperkenalkan mereka .
"Bryan " . Bryan menjawab hanya singkat saja .
" Arsen"
"gue Felix kakak nya Thea yang paling tampan" . Ucap Felix .
"heh tak sadar diri" . Ucap Bryan pelan .
"hei apa katamu". Ucap Felix melotot kearah Bryan .
"haish sudah lah , ayo kak kita mencari apa yang aku ingin kan " . Ucap Thea menengahi
Langkah Alethea masuk ke dalam toko terasa ringan, tapi pikirannya penuh pertimbangan. Aroma logam memenuhi udara. Rak-rak besi berderet memenuhi ruang itu, dipenuhi kabel, kamera, headset, dan perangkat-perangkat kecil yang tampak asing bagi orang biasa.
Seorang pria paruh baya dengan rambut beruban rapi berdiri di balik meja kasir. Tatapannya tajam, tapi tak menilai. Ia sekadar menunggu.
Alethea mendekat dan menunduk sedikit, menyamakan tinggi suara mereka. “Saya sedang cari dua hal,” bisiknya. “Alat penyadap suara. Yang kecil. Sekecil mungkin. Dan satu lagi… CCTV mini. Yang nyaris tak terlihat.”
Pria itu mengangkat alis sedikit, tapi tidak terlihat kaget. Ia hanya mengangguk, lalu berjalan ke belakang rak kaca yang ditutupi tirai abu-abu.
"untuk apa semua itu ?? Apa kau ingin jadi mata-mata?" tanya Felix dengan kekepoan nya .
"ada deh ,kak Felix diam aja oke" . Ucap alethea.
Sedangkan Bryan dan Arsen hanya memperhatikan saja .
Beberapa menit kemudian,pria baya itu pun kembali dengan dua benda mungil di tangan nya .
Yang pertama tampak seperti kancing baju biasa—hitam, bulat, nyaris tak mencolok. “Ini bisa dipasang di pakaian atau dijepitkan di bawah meja. Merekam suara sampai tak terbatas waktu nya .bisa Transfer data via Bluetooth.”
Yang kedua adalah kamera seukuran ujung jari, tersembunyi dalam casing hitam kecil yang bisa diselipkan di pojok lemari, bingkai foto, atau bahkan lubang ventilasi. “CCTV mini ini memiliki Gambar yang jernih. Bisa streaming langsung ke ponsel. Deteksi gerakan otomatis.”
Alethea menatap dua alat itu sejenak.ia harus mulai dari sini. Diam-diam. Tanpa diketahui siapa pun.
Ia mengeluarkan sejumlah uang tunai dari tas kecilnya dan meletakkannya di atas meja. “Saya ambil dua-duanya.”
Pria itu mengangguk, membungkus alat-alat itu dalam kotak kecil tanpa label, dan menyerahkannya dengan tatapan yang tak meminta penjelasan. Di dunia seperti ini, kadang pertanyaan adalah musuh.
gak salah Thor, harus nya klo kelas 10 itu sekitar usia 15 th ..
semangat nulisnya Thor 🥰
semangat nulisnya Thor 🥰🥰
penasaran dgn alur nya Thor..
semangat nulisnya ya 🥰🥰🥰