Kisah bermula dari seorang mahasiswa yang tiba tiba batal menikah, penyebab batal, tunangannya memilih membatalkan pernikahan karena mencintai pria lain dan sudah berselingkuh lama dengan pria itu.
Walau hatinya hancur, sang mahasiswa mengijinkan tunangannya pergi dan tentu saja tunangan nya langsung pergi dengan laki laki barunya tanpa mengetahui kalau sebenarnya dia salah memilih dan salah mengambil keputusan.
Alasannya karena sang mahasiswa yang di hina bukanlah mahasiswa dan pemilik kafe biasa, dia memiliki rahasia yang tidak pernah terbayangkan siapapun di belakang layar.
Genre : Urban, fiksi, komedi, drama, healing, psikologi, ceo.
100% fiksi ya, murni hasil pemikiran author.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 28
Malam harinya, setelah menutup kafe, Luna dan Laura naik terlebih dahulu ke atas, Liam duduk di salah satu kursi yang dia turunkan dari meja dan memandangi undangan yang di berikan oleh Mason,
“Gue penasaran, kenapa dia ngundang gue, perasaan kita ga pernah ngomong deh, cuman saling menyapa doang,” gumam Liam di hatinya.
Dia mengambil smartphone nya dan membukanya, kemudian dia meletakkan undangannya di meja dan mengambil foto nya. Setelah itu, dia mengirim foto itu melalui pesan kepada Kyle. Tidak lama kemudian, “driiiing,” Liam langsung mengangkat teleponnya,
“Liam,” sapa Kyle.
“Iya om, sudah lihat apa yang ku kirim ?” tanya Liam.
“Sudah, aku tidak tahu alasan dia mengundang mu tapi kalau ada undangan seperti ini, mereka melakukan perayaan yang cukup besar dan yang hadir tentu bukan sembarang orang,” jawab Kyle.
“Aku tahu om, aku sudah menduganya dan sudah jelas kalau dia mengundang orang orang yang berpengaruh, pasti dia sedang mencari sesuatu, bisa cari tahu apa yang terjadi pada perusahaan nya om ?” tanya Liam.
“Hmm ok, beri aku waktu tiga hari,” ujar Kyle.
“Baik om, terima kasih ya, oh ya lusa aku, Luna dan Laura berencana mau ke pulau tropis dan kembali selasa,” balas Liam.
Tidak ada balasan dari sisi sana, namun telepon tidak di tutup, Liam sedikit bingung kenapa tiba tiba Kyle menjadi diam, kemudian Kyle mulai berbicara lagi,
“Liam, aku tidak tahu kamu mau dengar berita ini atau tidak, tapi mantan tunangan mu sepertinya sibuk, sebaiknya kamu hati hati,” ujar Kyle dengan suara berat.
“Hmm ? tumben om kasih tahu aku soal begini, tapi biar saja dia sibuk, tidak ada urusan nya dengan ku kan,” ujar Liam.
“Ya, sejauh ini memang tidak ada, tapi dengan adanya undangan ini, ceritanya jadi lain, aku akan selidiki semua, kamu tetap hati hati,” balas Kyle.
“Aku mengerti om,” balas Liam.
“Ok, aku tutup dulu,” balas Kyle.
Telepon pun di tutup, Kyle meletakkan teleponnya di meja, dahinya mengerut, lengannya terlipat di dada. Tidak biasanya Kyle memberi peringatan dan tentu saja undangan yang berada di meja sedikit mencurigakan. Tapi yang membuat Liam berpikir keras adalah rencananya untuk pergi ke pulau tropis bersama Luna dan Laura,
“Hmmm gimana ya ? gue pengen liburan karena sebulan terakhir benar benar menyesakkan bagi gue, Luna dan Laura (berpikir) sudahlah, naik dulu saja,” ujar Liam dalam hati.
Liam berdiri, dia menyambar smartphone dan undangan di meja kemudian mengangkat kursinya, menaruhnya kembali di atas meja. Dia berjalan ke ruang staff untuk naik ke atas, ketika sampai, “la...la...la,” dia melihat Luna dan Laura terlihat ceria dan sedang mengepak beberapa baju yang baru mereka beli masuk ke dalam satu koper, mereka juga terlihat sibuk bolak balik ke kamar mengambil pakaian, sikat gigi baru dan sabun.
Melihat pemandangan di depannya dari anak tangga, Liam kembali turun ke lantai dua, dia duduk di anak tangga,
“Melihat mereka kayak gitu, mana mungkin tega gue batalin,” ujar Liam dalam hati.
Liam kembali berpikir keras, dahinya kembali mengeryit, alisnya menyatu dan tangannya naik ke dagu. Kemudian dia menoleh ke atas dan kembali melihat ke depan, tiba tiba terlintas sesuatu di pikirannya dan dia tersenyum. Dia membuka smartphone nya dan menelpon Monica yang langsung menjawab panggilan nya di dering kedua.
“Halo, Liam ?” sapa Monica.
“Kak, tempat kita sedang di pakai ga ?” tanya Liam.
“Tempat kita ?” tanya Monica.
“Iya, tempat kalau kita retreat, seminar atau membuat gala,” jawab Liam.
“Oh tempat itu, tidak, kenapa ?” tanya Monica.
“Kakak mau kesana ga hari minggu ? kita liburan sama sama selama tiga hari,” ujar Liam.
“Hmm boleh, aku ajak suami dan anak ku gitu ?” tanya Monica.
“Iya, sekalian kak Isabel dan calon suaminya Billy,” jawab Liam.
“Hmm memang ada acara apa sih, kok tiba tiba kamu mau kesana ?” tanya Monica.
“Gini kak,”
Liam menceritakan semuanya dari dia berjanji pada Luna dan Laura mengajak mereka ke pulau tropis, undangan dari Antonio Malcolm dan peringatan Kyle barusan. Monica mendengar semuanya dan terdiam sejenak, tak lama kemudian,
“Aku mengerti, ok minggu, ada lagi ?” tanya Liam.
“Um...aku perlu cincin tunangan dua pasang,” jawab Liam dengan suara pelan.
“Hmm ? untuk ?” tanya Monica.
“Jadi gini kak, tadi siang sewaktu kita ngomong soal rebrand perusahaan milik ayah Luna dan Laura yang sekarang sedang kita bidding asetnya, rupanya mereka dengar,” ujar Liam.
Monica tertawa kencang sampai membuat wajah Liam merona merah, kemudian Monica diam sesaat dan kembali berbicara,
“Haha pasti mereka dengar nama Luna Laura Vargas ya,” ujar Monica.
“Ya, itu sebabnya dan jangan ketawa,” balas Liam.
“Ok ok, aku mengerti, besok aku minta Isabel urus jadi minggu kita bisa bawa kesana, tau ukuran jari mereka ?” tanya Monica.
“Ga tau, tapi ga mungkin nanya juga kan, aku mau bikin kejutan buat mereka,” ujar Liam.
“Hmm Isabel kayaknya tahu, coba besok aku tanya dia,” balas Monica.
“Iya kak, tolong ya,” balas Liam.
“Ada lagi ?” tanya Monica.
“Kakak kalau bisa ikut ya, kita pesta kecil kecilan hehe,” jawab Liam.
“Beres, aku akan bilang sama Kimberly dan Michael,” balas Monica.
“Kak Matthew ?” tanya Liam.
“Dia di sebelahku dan dia udah ok sejak tadi,” jawab Monica.
“Oh ok, kalau gitu sip ya,” balas Liam.
“Sip, dah ya, udah di ranjang nih,” balas Monica.
“Oh ok ok, maaf mengganggu, selamat malam kak, salam buat kak Matthew,” ujar Liam.
“Ok, malam,” balas Monica.
Telepon pun di tutup, kemudian Liam berdiri dan berjalan naik ke atas, dia melihat ada sebuah koper lain di dalam ruang tengah berisi kemeja hawai, celana pendek dan celana renang yang dia beli di mall tadi siang, kemudian dia menoleh melihat ke arah kamar dan melihat Luna keluar membawa pakaian miliknya dan langsung menaruhnya di koper, kemudian Luna menoleh melihat Liam yang sedang melihat koper berisi pakaiannya,
“Aku dan Laura sekalian mengepak punya mu ya,” ujar Luna.
“Oh iya, terima kasih jadi ga repot,” balas Liam.
“Hehe sama sama,” balas Luna.
Kemudian Luna berbalik dan berjalan kembali menuju kamar, Liam menatap nya dari tempat nya berdiri.
“Ah perubahan tempatnya nanti saja hari waktu pergi bilangnya,” ujar Liam dalam hati.
Liam berjalan ke kamarnya untuk membantu Luna dan Laura membereskan pakaian miliknya. Setelah semua rampung, ketiganya duduk di sofa seperti biasa, Luna dan Laura menempel kepada Liam,
“Kalian kayaknya seneng ?” tanya Liam.
“Iya dong, kan mau liburan,” jawab Luna.
“Hehe kita kayak anak kecil ya,” tambah Laura.
“Hmm seneng banget gitu ?” tanya Liam.
“Hehe iya, dari kecil kalau ada liburan keluarga, kita berdua pasti di titip ke tante adik nya mama,” jawab Luna.
“Papa, kak Alex dan istri kedua papa yang sekarang sudah jadi mantan, kalau pergi tidak pernah mengajak kita berdua,” tambah Laura.
“Oh...gitu,” balas Liam.
Liam terdiam, dia melirik melihat Luna kemudian melihat Laura, keduanya benar benar nampak senang dan tidak di buat buat, seperti anak kecil yang akan pergi study tour dan terlalu senang malam sebelumnya. Liam tersenyum, dia juga merasakan hal yang sama dengan Luna dan Laura, semenjak ayah ibunya meninggal dalam kecelakaan.ketika dia masih kecil dan di asuh oleh nenek, dia tidak pernah liburan bersama sama juga dan selalu sendirian.
Liam merasa dia membuat keputusan yang tepat dengan tidak membatalkan liburannya, kedua tangannya terangkat kemudian turun merangkul pundak Luna dan Laura, dia juga tertawa bersama mereka dan membahas apa yang akan mereka lakukan di sana seperti anak kecil dan mendata apa saja yang akan mereka bawa kesana.
αყσ ƚɾιρʅҽ ʅ ʅαɳʝυƚƙαɳ...
ʂҽɱαɳɠαƚ υρ ɳყα ƚԋσɾ