NovelToon NovelToon
Membuang Suami Sampah

Membuang Suami Sampah

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita
Popularitas:283.8k
Nilai: 4.7
Nama Author: Lily Dekranasda

Jessy, 30th seorang wanita jenius ber-IQ tinggi, hidup dalam kemewahan meski jarang keluar rumah. Lima tahun lalu, ia menikah dengan Bram, pria sederhana yang awalnya terlihat baik, namun selalu membenarkan keluarganya. Selama lima tahun, Jessy mengabdi tanpa dihargai, terutama karena belum dikaruniai anak.

Hingga suatu hari, Bram membawa pulang seorang wanita, mengaku sebagai sepupu jauh. Namun, kenyataannya, wanita itu adalah gundiknya, dan keluarganya mengetahui semuanya. Pengkhianatan itu berujung tragis—Jessy kecelakaan hingga tewas.

Namun takdir memberinya kesempatan kedua. Ia terbangun beberapa bulan sebelum kematiannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cerita nya Sedikit Berubah

Jessy melihat jika Fina membawa tentengan, ia teringat pasti itu hadiah untuk ibu mertua nya, adik iparnya, dan satu lagi untuk siapa? apakah untuk dirinya?

"Ah... Cerita nya seperti nya agak berubah sedikit." ucap Jessy dalam hati.

Namun, ia tetap penasaran. "Apa yang Fina bawa kali ini?"

Ibu mertuanya tersenyum hangat ke arah Fina, "Ayo, duduk sini, Nak Fina."

Fina menurut, lalu membuka kotak yang ia bawa.

"Aku membawa donat untuk tante," katanya sambil menyerahkan kotak kue pada Mama Ella.

"Ah, donat ini kesukaan Mama! Terima kasih, Nak Fina. Kamu tahu saja apa yang Mama suka," ujar mama Ella.

Jessy tertawa sinis dalam hati, "Ah sama persis, cuma beda dikit doang ternyata."

Lalu Fina mengeluarkan sebuah dress cantik.

"Molly, ini untukmu. Aku lihat kamu suka pakaian seperti ini, jadi aku belikan untukmu." ucapnya dengan senyum manis saat memberikan bungkusan lain pada Molly.

Molly menerima dress itu dengan wajah berbinar, lalu memeluk Fina singkat. "Wah, kak Fina baik banget! Terima kasih banyak! Aku suka banget."

"Ah tinggal satu lagi, untuk siapa? Apakah aku?" tanya Jessy dalam hati.

"Dan teh hijau import untuk Mbak Jessy." ucap Fina dengan senyum manisnya.

Jessy melirik sekotak teh yang disodorkan Fina. Di kehidupan pertamanya, Fina membawakannya minuman coklat beracun, tapi bukan saat ini.

"Harusnya ia bawa makanan, tapi kali ini teh hijau? Apakah teh ini beracun? Pasti ada yang tak beres dengan teh ini." ucap Jessy dalam hati curiga.

Tapi di permukaan, ia tetap tersenyum sopan. "Terima kasih, Fina," ucapnya sambil menerima teh itu dengan tenang.

Namun, ia tidak ingin meminumnya sendirian. Sebaliknya, ia menoleh ke arah Bi Tuti yang berdiri di dekat pintu. "Bi, tolong sajikan teh ini untuk kami semua. Biar kita bisa menikmatinya bersama-sama."

Seperti yang diduga, wajah Fina seketika berubah pucat. "Ah… itu teh khusus untuk Mbak Jessy," ucapnya cepat, berusaha menghentikan Bi Tuti.

Jessy memiringkan kepalanya, pura-pura bingung. "Oh? Memangnya kenapa? Bukankah lebih baik berbagi? Aku tidak ingin minum sendirian."

Mama Ella yang sedari tadi memperhatikan langsung menimpali, "Benar juga! Mama juga ingin coba. Teh hijau bagus untuk kesehatan, kan?"

Molly mengangguk setuju. "Aku juga mau. Apalagi kalau ini teh impor, pasti enak."

Bahkan Bram pun ikut berbicara, "Iya, sajikan saja untuk semuanya, Bi."

Kini, Fina benar-benar panik. Keringat dingin membasahi dahinya, dan ia tampak semakin gelisah. "Tapi… teh ini memang khusus untuk Mbak Jessy saja…"

Jessy menatapnya dengan senyum yang nyaris tidak terlihat. "Kenapa? Kau takut aku tidak suka rasanya?"

Fina tergagap. "B-bukan begitu…"

"Ini Bi, buatkan saja untuk kami semua, pasti teh yang di bawa sepupu enak. Iya kan?" ucap Jessy tersenyum manis.

Bi Tuti menerima bungkusan teh itu, "Baik Neng."

Bi Tuti melangkah pergi ke dapur untuk membuat teh hijau untuk majikannya.

Tak berselang lama, Bi Tuti membawa nampan berisi teh hangat dan menyajikannya satu per satu kepada mereka yang ada di ruang tamu. Aroma teh hijau yang khas tercium samar di udara, menambah kehangatan ruangan.

Jessy tidak langsung mengambil cangkirnya. Sebaliknya, ia menatap Fina yang semakin terlihat gelisah. Wajah wanita itu pucat, tangannya menggenggam ujung roknya dengan erat.

"Kenapa panik, Fina?"

Jessy tersenyum tipis, lalu dengan tenang mengambil cangkirnya. Namun, ia tidak meminumnya.

"Mama, silakan diminum dulu. Ini teh hijau yang katanya bagus untuk kesehatan loh," ucapnya sambil menyodorkan cangkir pada Mama Ella.

Mama Ella menerima cangkir. "Iya. Kebetulan Mama suka teh hijau."

Tiba-tiba, Fina langsung bicara, suaranya sedikit bergetar. "T-tante, mungkin sebaiknya Mbak Jessy yang minum duluan. Itu teh khusus untuknya…"

Jessy menoleh ke arahnya dengan tatapan datar. "Khusus untukku? Memangnya kenapa?"

Fina tergagap. "A-aku hanya… Maksudku, aku membelinya untuk Mbak Jessy secara khusus. Jadi lebih baik Mbak Jessy yang minum duluan."

Jessy bisa merasakan debaran jantung Fina yang semakin cepat. Matanya yang berbinar penuh kepalsuan kini menyiratkan kecemasan.

"Kenapa kau begitu takut teh ini diminum orang lain, Fina?"

Jessy memutar cangkir di tangannya, membiarkan aroma teh menguar lebih kuat. Saat itulah kenangan pahit dari kehidupan pertamanya kembali menyerang.

Dulu, di kehidupan pertamanya, Fina memberinya segelas susu coklat dengan alasan sebagai bentuk perhatian. Jessy yang terlalu polos dan percaya langsung meminumnya tanpa curiga. Tak lama setelah itu, tubuhnya melemah, perutnya mual, dan dunia terasa berputar.

Ia ingat betapa sakitnya, betapa ia harus terbaring di rumah sakit selama tiga hari. Namun, yang lebih menyakitkan bukanlah rasa sakit di tubuhnya, melainkan kenyataan bahwa tidak ada satu pun yang peduli, kecuali sahabatnya.

Pikiran itu membuat Jessy semakin yakin bahwa teh ini pasti tidak beres.

Ia tersenyum lebih lebar dan menatap Fina dengan tatapan tajam. "Aku jadi penasaran dengan rasanya. Mama, Molly, ayo kita minum bersama."

Fina menelan ludah. Tangannya yang ada di pangkuannya mulai gemetar. Matanya melirik Bram, seolah mencari pertolongan.

Namun, Bram yang sejak tadi hanya mengamati akhirnya berkata dengan santai, "Benar juga, teh hijau bagus untuk kesehatan. Aku juga mau coba."

Wajah Fina semakin pucat. "T-tapi…"

Jessy menatapnya penuh arti. "Kenapa, Fina? Kau terlihat sangat tidak nyaman. Apa ada yang salah dengan tehnya?"

Fina tergagap, berusaha mencari alasan. "Bukan begitu… hanya saja…"

Mama Ella tak menghiraukan ucapan Fina, tanpa curiga mengambil cangkirnya dan meniup permukaan teh hijau yang masih hangat. "Hmm, aromanya enak kok. Baiklah, Mama minum duluan."

Ia lalu menyesap teh itu perlahan. Molly, yang melihat ibunya baik-baik saja, ikut mengambil cangkirnya dan meneguk isinya. "Iya, enak kok. Aku juga minum. Cobalah mas Bram."

Bram kini mengangkat cangkirnya dan menyeruput tehnya. "Benar, tehnya lumayan."

Sementara itu, Jessy masih memegang cangkirnya, menatap tehnya dengan tatapan dalam. Fina, yang duduk di seberangnya, terus mengawasi dengan gelisah.

Jessy tersenyum miring sebelum perlahan membawa cangkir ke bibirnya. Ia memiringkan gelas, pura-pura menyeruput, namun tak ada setetes pun yang melewati tenggorokannya. Hanya bibirnya yang menyentuh tepi cangkir, membuat seolah-olah ia benar-benar meminumnya.

Matanya melirik Fina yang semakin tidak tenang. Wanita itu tampak menggigit bibirnya, jari-jarinya yang saling bertautan terlihat semakin erat.

Jessy meletakkan kembali cangkirnya ke meja dan tersenyum tipis. "Hmm, baunya memang cukup khas. Kau beli di mana, Fina?" tanyanya santai.

Fina yang terkejut dengan pertanyaan itu, butuh waktu beberapa detik untuk menjawab. "A-aku membelinya di toko teh langgananku… di luar kota. Toko itu selalu menjual produk keluar negeri."

Jessy berpura-pura mengangguk paham, sementara di dalam hatinya ia mencatat kebohongan yang baru saja dilontarkan Fina. "Oh begitu? Aku jadi ingin tahu lebih banyak. Mungkin nanti aku bisa minta alamat tokonya. Aku tertarik mencoba varian lain."

Fina semakin pucat. Tatapannya seolah menjerit, namun bibirnya tetap memaksakan senyum.

Sementara itu, Mama Ella, Molly, dan Bram tampak biasa saja setelah meminum teh tersebut. Tidak ada reaksi aneh.

1
Nurhayati Sobana
Ayo Jason pepet terus Jessy sampai ke pelaminan 💪💪
Kamiem sag
apa kabar Bram Molly dan Ella thor
vj'z tri
kenapa batu yang di salah kan seharus nya ucapkan terima kasih dengan batu nya jas 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
bencana membawa berkah 🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤣🤣🤣🤣🤣🤣🥳🥳🥳🥳🥳🥳
Nurhayati Sobana
Hahaha mereka berdua jadi salting
Asyatun 1
lanjut
Retno Palupi
ayo Jess buka hatimu
Ah Serin
moga jessy buka hati untuk jason up lagi
Deandra🕊🌻
/Angry//Angry//Angry//Angry//Angry/
Tiara Bella
semangat Thor up nya ....
karina
up lagi thor semangat🔛🔥
Bonny Liberty
aku bisa bayangin "bibir sedikit terbuka" kalau "bulu mata tergerai lembut " aku tidak mengerti maksudnya gimana ya thor 🤔 kasih paham barang sedikit 🥺
Retno Palupi
ayo Jess kasian Jason udah berusaha keras lhoo
Amy
ayo Jes, Move on,,,, spya si Mantan tmbah nyesal
Maria Paiman
ceritanya menarik dn membuat makin penasaran
Tiara Bella
bagus ceritanya....
🦆 Wega kwek kwek 🦆
Jessy pintar berbisnis tapi bodoh soal cinta 🤣🤣🤣🤣 🤭 maap yh Thor ✌️
merry
aduh boy boy klo aku dh ngakak dehhh boyy dgrin obrolan mrkkk😂😂😂
merry
tertekan dach h mereka dgrrr Jason mau ikt wkkkkkk gk bbss
merry
karma itu berat bramm dr perbuatan mu kpda jesi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!