kisah seorang gadis cupu yng dijadikan bahan taruhan oleh kakak kelasnya namun ketika taruhannya selesai akankah hubungan mereka berlanjut atau kandas yuk,,dibaca guys,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon scorpio_girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 3
Aldo mengangguk pelan. "Oh, pantesan. Ya udah, kalau capek jangan dipaksain. Mau aku anter pulang?"
Reva menggeleng. "Gak usah, aku masih mau jalan dulu. Lagian, aku naik motor sendiri."
Aldo menatapnya beberapa detik, lalu tersenyum kecil. "Oke deh, tapi kalau butuh sesuatu, kabarin aku ya?"
Reva mengangguk sambil tersenyum tipis.
Setelah beberapa saat mengobrol ringan, Reva merasa sedikit lebih tenang. Aldo memang selalu bisa bikin suasana jadi lebih ringan, meskipun ada hal-hal yang tetap sulit ia ceritakan.
"Tapi serius deh, aku penasaran," kata Aldo tiba-tiba. "Kamu beneran gak ada masalah?"
Reva tertawa kecil, meski terdengar agak dipaksakan. "Do, hidup aku kan gak selalu drama. Udah deh, jangan banyak tanya, kita nikmatin waktu aja."
Aldo menghela napas, lalu tersenyum. "Oke oke, princess-nya aku."
Reva mencibir pelan, tapi dalam hati, ia bersyukur Aldo gak memaksa untuk tahu lebih banyak.
Setelah selesai menghabiskan minuman mereka, Aldo melirik jam tangannya. "Aku ada janji sebentar lagi. Kamu masih mau di sini atau mau aku temenin dulu?"
Reva menggeleng. "Enggak, aku juga mau pulang abis ini."
Aldo mengangguk, lalu mengulurkan tangannya. "Oke, hati-hati di jalan ya, sayang."
Reva menyambut tangannya sebentar, lalu tersenyum. "Iya, kamu juga."
Setelah Aldo pergi, Reva duduk diam sebentar. Pikirannya kembali melayang ke pertemuannya dengan mamanya. Napasnya terasa berat, dan dadanya sedikit sesak.
Ia meraih ponselnya, menatap nomor Flora yang baru saja ia simpan. Jemarinya ragu-ragu di atas layar.
Tiba-tiba aku jadi inget dia…
Reva menghela napas panjang, lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku.
"Udahlah, gak usah mikirin yang gak penting," gumamnya pada diri sendiri sebelum bangkit dari kursi dan berjalan keluar dari kafe
Sementara itu malam pun tiba flora yang merasa lapar langsung berjalan menuju meja makannya yang disana sudah ada sang mama yang sedang menyiapkan makan untuk makan malam dan dengan sigap flora pun langsung mengambil piring kosong untuk dia dan sang mama dan diletakkannya diatas meja makan
”mah,,hari ini ayah pulang larut lagi”tanya flora
”ya,,seperti itu lah flo kayaknya sih soalnya ayah bilang dia lagi banyak kerjaan ya udah yuk kita makan”ucap sang mama
”mah,,mah,,hari ini aku seneng banget”ucap flora sumringah
”wah,,seneng kenapa kamu sayang?”tanya mama penasaran
”masa tadi disekolah ada yang nembak aku”
”hah,,yang bener dia anak kelas berapa sayang dan ganteng gak cowoknya“tanya sang mama
”kok ganteng sih mah ,dia tuh cewek mamah,,”
Sang mama yang sedang minum itupun langsung tersedak seketika
”apa cewek,,maksud kamu,,kamu di tembak ma segender kamu?”ucap mama kaget
”i ,,ya mah”
”trus,,kamu tolak kan”
”gak,,tapi aku terima”
”hah,,di terima,,ya ampun sayang kamu sadar gak sih kamu tuh cewek masa pacaran sama cewek lagi sih sayang?”ucap mama yang tidak setuju
”ya,,memang kenapa sih mah kalo aku pacaran sama cewek”ucap flora bingung
Sang mama menatap Flora dengan ekspresi sulit ditebak. Ia meletakkan sendoknya, lalu menarik napas panjang sebelum bicara.
"Flo, mama gak ngerti kenapa kamu tiba-tiba kayak gini... Sejak kapan sih kamu suka sama cewek?"
Flora menghela napas, lalu menatap mamanya dengan sedikit kesal. "Mama, ini bukan tiba-tiba. Aku juga gak ngerti kenapa harus suka sama cewek, tapi aku nyaman sama dia."
Sang mama menggeleng pelan. "Sayang, kamu masih muda. Mungkin ini cuma perasaan sesaat aja. Lagian, kalau ayah sampai tahu..."
Flora menegakkan tubuhnya, ekspresinya sedikit berubah. "Kenapa sih, Mah? Kenapa aku gak boleh? Aku gak ngerugiin siapa-siapa!"
"Sayang, mama cuma takut kamu nanti susah. Orang-orang gak akan selalu bisa nerima hubungan kayak gitu."
Flora tersenyum kecil, tapi kali ini ada kesedihan di matanya. "Jadi mama lebih mikirin omongan orang daripada perasaan aku?"
"Bukan gitu, sayang..."
"Tapi kenyataannya, mama gak bisa nerima aku kan?" potong Flora dengan suara yang lebih pelan.
Sang mama terdiam. Ia menatap anaknya, ingin bicara, tapi seolah kehabisan kata-kata.
Flora bangkit dari kursinya, meraih piringnya dan membawanya ke wastafel. "Aku udah kenyang, Mah. Makasih makanannya."
Tanpa menunggu jawaban, Flora berbalik dan berjalan menuju kamarnya, meninggalkan sang mama yang masih duduk diam dengan pikiran berkecamuk.
”ih,,nyebelin kenapa sih mama gak setuju padahalkan itu yang anaknya bahagia malah ditentang,,tapi okeylah aku bakalan buktiin kalo pilihanku ini benar dan gak salah”ucapnya dengan penuh keyakinan
Singkat cerita reva yang baru sampai rumah langsung disambut dengan kehadiran sang mama tiri yang sedang duduk dan menunggu kepulangan reva
”kamu sudah pulang sayang”ucap mama
Namun perkataan itu diabaikan oleh reva ia terus saja berjalan menuju kamarnya
”reva tunggu mama mau ngomong sama kamu?”ucap mama sambil memegang tangan reva
”mau ngomong apa lagi sih aku gak punya waktu tau gak ,aku capek pengen istirahat”
”kenapa tadi dijalan kamu pergi gitu aja hah?”
”gak,,gak kenapa-napa”jawab reva ketus
”sampai kapan sih kamu memusuhi mama sih reva,,mama bingung mama harus jelasin kayak gimana lagi supaya kamu maafin mama dan menganggap aku ini bukan perebut ayah mu dari mama kamu”
Reva menatap mamanya dengan tatapan dingin. Ia menarik tangannya dari genggaman sang mama, lalu menghela napas kasar.
"Mama gak perlu capek-capek jelasin, karena aku gak butuh penjelasan apa pun."
Sang mama menatapnya dengan wajah sedih. "Reva, mama gak pernah mau nyakitin kamu atau ibumu... Semua ini terjadi di luar kendali mama."
Reva tertawa kecil, tapi terdengar penuh sarkasme. "Di luar kendali? Jadi sekarang mama mau bilang kalau mama gak salah? Mau nyalahin keadaan?"
"Bukan gitu, sayang..."
"Jangan panggil aku sayang!" potong Reva dengan suara yang lebih keras. "Aku muak denger kata itu dari mulut mama!"
Sang mama terdiam. Air matanya mulai menggenang, tapi Reva tak peduli. Ia hanya ingin segera mengakhiri pembicaraan ini.
"Aku capek, aku mau istirahat," ucapnya sebelum berbalik dan berjalan menuju kamarnya.
"Tapi, Reva—"
Brak!
Pintu kamar Reva tertutup dengan keras. Sang mama berdiri di tempatnya, menggigit bibirnya untuk menahan tangis.
Sementara itu, di dalam kamar, Reva menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur. Ia menatap langit-langit dengan pandangan kosong.
Sial, kenapa harus begini...
Tangannya terangkat, meraih ponsel yang ia letakkan di meja samping tempat tidur. Jemarinya kembali ragu-ragu di atas layar.
Akhirnya, ia mengetik pesan singkat.
"Flora, kamu sibuk?"
Ia menatap pesan itu beberapa saat sebelum akhirnya menekan tombol kirim.